TAK terasa puasa selama sebulan penuh segera berakhir. Tibalah sudah Idul Fitri, hari yang fitri atau secara harafiah berarti hari yang suci. Menyambut momentum yang indah ini kita mengucapkan selamat kepada umat Muslim di mana saja Anda berada teristimewa pembaca setia harian ini. Selamat Lebaran. Mohon maaf lahir dan batin.
Di negeri ini, Idul Fitri merupakan perayaan yang unik. Hari raya Idul Fitri atau lebih populer dengan istilah lebaran bukan hanya perayaan umat Muslim semata. Hampir seluruh elemen bangsa merayakannya dalam cara yang khas. Sudah seharusnya demikian mengingat spirit Lebaran sesungguhnya merajut kembali persaudaraan dan solidaritas sosial. Jika selama bulan Ramadhan kita menyaksiksan banyak pihak menyelenggarakan acara buka puasa bersama, maka acara tersebut terkandung maksud mulia yakni mempererat tali silaturahmi, merekatkuatkan persahabatan.
Selama bulan puasa kita juga melihat solidaritas sosial yang kental dalam berbagai rupa. Orang menjadi lebih mudah tergugah untuk memperhatikan sesama yang kurang beruntung. Misalnya lewat sumbangan materi bagi kaum fakir miskin. Bagi kalangan dunia usaha, bulan Ramadhan mereka jadikan moment untuk memperlihatkan tanggung jawab sosialnya. Perusahaan tidak semata mengejar profit, tetapi memberi sumbangan nyata sesuai dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Bazar murah yang digelar selama bulan Ramadhan hendaknya dimengerti dalam konteks itu.
Makna Lebaran, dengan demikian, tidak hanya berdimensi religius tapi juga berdimensi ekonomi dan sosial budaya. Sebagai bangsa yang majemuk sudah sepatutnya kita mensyukuri tradisi tersebut. Bahwa melalui bulan Ramadhan semangat kebhinekaan terjaga. Lewat kehadiran bulan puasa setiap tahun semangat persatuan dan kesatuan kita sebagai anak bangsa Indonesia kembali disegarkan.
Keunikan lainnya dalam perayaan Idul Fitri di Indonesia adalah tradisi mudik. Sejak pekan lalu kita melihat jutaan orang pulang ke kampung halamannya untuk sejenak bertemu dengan orang tua, sanak keluarga dan handai taulan. Ini merupakan tradisi masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun lalu. Tradisi yang telah menjadi identitas Indonesia setiap Lebaran tiba.
Setelah setahun sibuk mencari nafkah untuk kehidupan masing-masing di tempat yang berbeda bahkan berjauhan, mudik Lebaran merupakan kesempatkan untuk bersua kembali dengan keluarga, dengan orang-orang yang dicintai. Mudik lalu menjelma sebagai jembatan sosial yang menihilkan batas ruang sosial antara kota dan desa, antara si kaya dan si miskin. Maka mudik atau pulang kampung niscaya menebarkan energi positif yang menjadi modal untuk menata kehidupan selanjutnya.
Dampak ekonomi dari tradisi mudik sangat dashyat. Yang paling nyata adalah melonjaknya permintaan akan jasa transportasi. Hampir semua perusahaan transportasi harus menambah jumlah armada mulai dari perusahaan bus, kereta api, kapal laut dan pesawat terbang. Harga tiket pun melonjak drastis karena tingginya permintaan. Artinya, Lebaran juga membawa rejeki. Uang ratusan miliar berputar pada waktu bersamaan. Belum lagi jika ditambah dengan kebutuhan lain seperti baju baru, bensin, solar, makanan dan minuman, pulsa HP dan lainnya.
Beberapa tahun belakangan ini dengan keluarnya kebijakan pemerintah tentang cuti bersama, Lebaran menjadi masa libur panjang bagi seluruh masyarakat Indonesia yaitu hampir sepekan. Kesempatan itu dimanfaatkan keluarga untuk kumpul atau melakukan perjalanan wisata bersama. Masyarakat Indonesia meninggalkan rutinitas pekerjaannya. Inilah waktu untuk bersantai sejenak. Waktu yang tepat untuk sedikit mengendurkan keletihan. Ada saat bekerja, ada waktu untuk berlibur. Sekali lagi kita mengucapkan selamat merayakan Idul Fitri. Selamat berlibur. Semoga Lebaran 2011 membangkitkan semangat hidup baru. *
Pos Kupang, 29 Agustus 2011 hal 4