Agus Dapa Loka (paling kanan) |
Melalui novelnya "Perempuan itu Bermata Saga" terbitan Elex Media Komputindo 2011 (Gramedia Group) Agust Dapa Loka meraih penghargaan NTT Academia Award (NTT AA) 2011 untuk kategori SASTRA. Novel tersebut berisi true story yang pernah ia alami sendiri. Pada 10 Juni 2009 Agust mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah melalui pengobatan yang ternyata gagal, pada 14 Juni 2009 ia menjalani amputasi kaki kanannya, beberapa centi meter di atas lutut.
Ketika ia masih sehat, dia adalah tipe lelaki pekerja keras, aktif dalam berbagai kegiatan masyarakat, sekolah, gereja, keluarga dan lain-lain. Ia pun pernah menjadi petani sawah dan penjual ikan keliling untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sebab gajinya sebagai guru swasta tergolong kecil dan tidak mampu membiayai keluarganya.
Praktis setelah amputasi itu, apalagi sempat divonis menderita infeksi tulang, dia tidak bisa berbuat banyak. Sakit pada kakinya selalu menyiksa (bahkan tanpa henti). Di saat menghadapi penderitaannya, ia menyaksikan kekuatan istrinya Anastasia Talu Tadi yang sangat "luar biasa". Sang istri dengan inner stength-nya mampu menyelesaikan semua pekerjaan yang sebelumnya Agust kira tak bakal bisa dikerjakan oleh istrinya sebab menyangkut urusan dengan orang luar dan yang lain menuntut kekuatan fisik.
Apa yang terjadi? Sang istri bahkan bisa melakukannya lebih baik dari dirinya. Sementara itu sang istri tetap merawatnya dengan sepenuh hati dan cinta. Sice, demikian sapaan sang istri yang telah memberinya 3 putri itu berusaha menumbuhkan kepercayaan diri Agust. Dan benar saja, meski dalam keadaan sakit, Agust berusaha tampil di depan umum sebagai pemandu acara dalam berbagai event di Kota Waingapu, Sumba Timur, NTT. Sekadar informasi, Agust adalah MC terbaik di Sumba bahkan mungkin di NTT. Dengan dorongan istrinya, kepercayaan diri Agust lekas pulih. Di samping itu dia bisa memperoleh tambahan dana untuk membiayai keluarganya.
Bagi Agust, istrinya adalah pahlawan dalam hidupnya yang "tidak sempurna" lagi. Dia melihat istrinya sebagai wanita pemberani. Berani menghadapi berbagai tantangan hidup. Tak sudi menyerah! Dari kesimpulan inilah ia menulis novel tersebut. Jadi Sang Perempuan Bermata Saga itu adalah istrinya sendiri. Agust mengumpulkan energi yang masih tersisa ungtuk merangkai kata meramu kisah yang kemudian menjadi novel tersebut.
Suatu ketika ia pernah mengatakan, cinta istrinya telah menyembuhkannya. Selain itu, Agust meyakini, menulis merupakan terapi yang ikut menyembuhkan atau meringankan penderitaannya. Beberapa bulan lalu, berdasarkan pemeriksaan dari seorang dokter ahli ortopedi dari Australia, Agust dinyatakan telah sembuh dari infeksi tulang yang sempat meniksanya. Berita gembira ini memberi harapan hidup lebih panjang bagi tenor andal ini. Tahun lalu seorang dokter ahli ortopedi di Bekasi memvonisnya menderita infeksi tulang. Ia bahkan dianjurkan untuk menjalani operasi lanjutan.
Karena tak punya dana Agust memilih pulang ke Sumba. Di sana dia hanya mengonsumsi ramuan suplemen kesehatan sambil berdoa mendapat mukjizat dari Tuhan. Kompasiana melalui kebaikan Pak Hardja, Bu Soyo dan kompasianer yang lain sempat menggalang dana untuk upaya operasi lanjutan Agust. Terima kasih untuk kepedulian ini.
Atas penghargaan tersebut, Agust mengaku sangat terharu. "Tuhan memberi saya penghargaan di saat saya begini, namun saya sangat bersyukur. Terima kasih juga untuk Panitia dan juri yang memilih saya. Saya yakin, saya bukanlah yang terbaik di NTT. Masih banyak orang lain yang lebih baik. Saya akan terus melakukan yang terbaik di tengah keadaan yang kerap dianggap sebagai keterbatasan," kata alumni Pendidikan Bahasa Indonesia IKIP Sanata Dharma (sekarang universitas) Yogyakarta ini.
Lebih lanjut tambah Agust, ia sangat mengapresiasi upaya keras panitia menyelenggarakan acara tahunan tersebut. "Semestinya begitulah kaum intelektual harus mengadakan kegiatan intelektual. Saya yakin akan muncul orang-orang muda yang lebih cerdas, dan baik dari kami yang menerima ini," ungkap Agust melalui sambungan telepon.
***
Selain kategori SASTRA, ada juga kategori lain. Kategori Bidang Sains dan Inovasi Keteknikan diraih Maria Loretha, Pemburu Benih Sorgum Flores. Kategori Entrepreneurship/kewirausahaan diraih dr. Bobby Koamesah, dalam usaha peternakan babi di Oenesu yang juga memberdayakan masyarakat sekitar dan pembangunan pabrik pakan babi di Kupang. Ada juga John Ndolo dari Rote Ndao yang meraih penghargaan di bidang Kategori II : Inovasi Pembangunan.
Para penerima penghargaan usai penyerahan NTT AA. Foto dokumen panitia
NTT Academia Award 2011 tersebut digeser pelaksanaannya pada 14 Januari 2012. Hal ini terjadi karena kendala teknis yang tidak bisa dihindari panitia. Apa kendala teknis itu? Terutama masalah dana, di samping masalah lain! Hingga tahun kelima, Panitia masih mengandalkan swadaya anggota yang seluruhnya adalah intelektual NTT yang tersebar di seluruh dunia. Mereka terhubung oleh bantuan mailing list dan grup face book. Para anggota yang memiliki rezeki "lebih" menyumbangkan uangnya ke kas panitia. Ada juga usaha panitia yang lain, yakni menjual kaos yang keuntungannya dimasukkan semua ke kas panitia.
Panitia benar-benar bekerja secara sukarela, bahkan mengorbankan tenaga, pikiran dan dana pribadi. Semua ini dimaksudkan agar ikut membangun dunia dari NTT. "Membangun Dunia dari NTT" begitu teman acara yang digelar di gedung Museum, Kupang, NTT.
"NTT Academia Award" adalah penghargaan tahunan yang hendak dicitrakan dan dimaknai sebagai penghargaan prestasi akademik tertinggi yang dicapai oleh para academia NTT. Analogi sederhananya adalah NTT Academia Award adalah penghargaan tahunan "Nobel" alternatif bidang pendidikan tinggi level Provinsi NTT
Hadir dalam penyerahan NTT Academia Award kali ini adalah para seniman yang tergabung dalam Rumah Poetika dan ANBI (Anak NTT Bermusik Indipenden), aktivis ornop, akademisi di NTT dan para tokoh agama.
Sumber: http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/16/agust-dapa-loka-raih-ntt-academia-award-kategori-sastra/
Baca juga link ini