Gerakan Mengurangi Sampah Plastik

ilustrasi
DATA yang dirilis Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Manado Julises Oehlers tentang sampah plastik sungguh menarik perhatian kita. Produksi sampah plastik setiap hari di Kota Manado mencengangkan dari sisi jumlah sekaligus mengerikan dampaknya bagi lingkungan bila tidak dikelola dengan bijak. Dari 2.000 kubik sampah yang dihasilkan warga kota ini per hari, hampir separuhnya merupakan sampah plastik dengan 20 persen tercecer di sungai dan hanyut ke laut.

Dengan produksi per hari berkisar antara 680-700 kubik, kita bisa menghitung sendiri berapa banyak sampah plastik dalam sebulan dan setahun yang berputar di Kota Manado saja.

Seperti diakui Oehlers dari tahun ke tahun pemakaian sampah di ibu kota Provinsi Sulawesi Utara ini terus meningkat. Di satu sisi menyenangkan karena itu tanda kemajuan ekonomi. Di sisi berbeda, betapa mengerikan dampaknya terhadap lingkungan mengingat sekitar 20 persen sampah plastik tercecer begitu saja. Sekuat- kuatnya pemulung mengumpul untuk daur ulang, banyak penelitian menunjukkan sampah yang tercecer di kota-kota berkisar antara 15-20 persen.

Jeritan banyak kalangan tentang sampah yang menggunung di Teluk Manado dan sebagian mulai mengusik keindahan terumbu karang di Bunaken merupakan ujung dari semua itu. Betapa sampah plastik merupakan ancaman nyata di depan mata.
Benar bahwa kita tidak mungkin hidup tanpa plastik.  Banyak nian kebutuhan rumah tangga sehari-hari yang memerlukan bahan atau wadah dari plastik yang mudah diperoleh dengan harga murah serta praktis penggunaannya.

Lalu apa yang mesti kita kerjakan? Manado sejak lama memiliki Perda tentang Sampah. Sudah terbukti pendekatan hukum tidaklah cukup. Toh perkara sampah erat hubungannya dengan kebiasaan, dengan perilaku setiap individu. Maka jalan yang bisa ditempuh guna menerobos kebuntuan itu mesti berupa gerakan sosial dari titik paling basic yaitu membangun kesadaran personal.

Seperti dikatakan pengamat lingkungan Roy  Pangalia, mungkin baik jika pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait menggelorakan kampanye terfokus yang berkesinambungan guna mengubah perilaku masyarakat, misalnya  membawa tas sendiri dari rumah saat berbelanja. Dengan begitu bisa membantu mengurangi gunungan sampah plastik.

Kampanye pun menyentuh sisi kelembagaan. Manajemen pasar tradisional maupun modern, pusat perbelanjaan, hotel, restoran dan lainnya secara bertahap diajak mengurangi pemakaian plastik. Sebagai sebuah gerakan, pada tahap awal Pemko Manado bisa mewajibkan, misalnya seminggu sekali, mall, supermarket, tidak memakai tas belanja plastik.

Kedua, gunakanlah plastik biodegradable yang mudah terurai serta jangan bakar sampah plastik secara serampangan. Bila gerakan ini bisa dirajut niscaya Manado bisa menjadi kota model yang cerdas dan bijak mengelola sampah plastik di Indonesia. Pengelolaan berbasis masyarakat. Kalau ada kemauan pasti ada jalan bukan? *

Sumber: Tribun Manado 30 Agustus 2012 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes