Pemakaman CJ Rantung (foto Rizky Adriansyah TM) |
"Kami semua adalah hasil binaannya," kata Mokoginta, wakil Gubernur Sulu pada masa kepemimpinan CJ Rantung ini sambil terisak. Mokoginta mendapat kesempatan pertama untuk menyampaikan kata sambutan dalam persemayaman jenazah CJ Rantung di ruang Mapalus Kantor Gubernur Sulut, Sabtu (6/4/2013) siang.
Dengan terbata-bata, ia melanjutkan kesannya tentang mantan pasangannya ini. "Semasa saya jadi ketua DPRD, kami tetap dekat," katanya. Mokoginta dua kali terisak sebelum mengakhiri sambutan dengan kata - kata. "Semoga beliau diterima di sisiNya," ujarnya.
Jenazah CJ Rantung disemayamkan di kantor Gubernur Sulut sebelum dibawa ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kairagi Manado untuk dimakamkan di sana. Meski jenazah Rantung dari Tondano tiba di ruang mapalus sekitar pukul 14.32 Wita, namun para pelayat telah berdatangan sejak empat jam sebelumnya.
Jelang pukul 14.00 Wita, aula itu telah dipadati ribuan orang dari berbagai penjuru Sulawesi Utara. Di antara yang hadir tampak Gubernur Sulut SH Sarundajang, Menteri Perhubungan RI yang juga mantan Gubernur Sulut EE Mangindaan, Danrem Brigjen TNI Johny Tobing, Kapolda Sulut Brigjen Pol Dicky Atotoy, pimpinan BNN Mayjen TNI Benny Mamoto, Danlantamal VIII Laksamana Pertama Guguk Handayani serta Danlanudsri Manado Kolonel Ferdinand Roring. Hadir pula para pejabat dan mantan pejabat, para tokoh agama, tokoh masyarakat serta masyarakat umum.
Suasana mengharukan kembali menyeruak tatkala mantan Gubernur Sulut EE Mangindaan memberikan kata sambutan. Suara Mangindaan sudah bergetar sewaktu menceritakan kedekatannya dengan almarhum CJ Rantung di akademi militer. "Kami sama-sama di akademi militer, ia kakak sekaligus guru saya," kata Mangindaan.
Mangindaan tak kuasa membendung air matanya ketika ceritanya sampai pada bagian
dimana Rantung meminta kesediannya untuk menjadi gubernur di hadapan Panglima TNI. Terdiam beberapa menit lamanya untuk menghapus air matanya, ia kembali melanjutkan meski air matanya tak susut juga.
CJ Rantung yang mengusulkan dan Rantung pula yang banyak memberikan masukan kepada Mangindaan tentang bagaimana memimpin masyarakat Sulawesi Utara. "Ia banyak memberikan masukan kepada saya," bebernya.
Gubernur Sarundajang yang menjadi irup, membacakan kata sambutan seperti sedang membaca bait-bait puisi yang lirih dan hadirin mendengarnya seperti kitab ratapan atau buku hamlet. "Ia telah pergi meninggalkan kita semua, tapi kita tidak dibiarkannya dalam gelap, petuah-petuahnya akan tetap abadi," demikian Sarundajang.
Rasa kehilangan CJ Rantung pun diungkapkan JA Damopolii, Bupati Bolaang Mongondow pada era kepempinan Gubernur Rantung. Mengenakan batik serta kopiah, dia setia menanti dimulainya acara persemayaman sejak beberapa jam sebelumnya.
Ia tak sendiri. Beberapa sejawatnya tampak di kursi sampingnya. Ia tampak larut dengan pembicaraan dengan mereka, melulu tentang pengalaman bersama Rantung sembari sesekali menengok gladi resik oleh anak-anak IPDN.
Ditanya kesannya tentang Rantung, sambil mengangkat jempol, ia menyatakan jika Rantung adalah gubernur yang baik. "Ia sangat baik," tuturnya. Dia selalu menjadikan Rantung sebagai panutan. "Semoga ia diterima di sisinya," katanya. E Kaligis, mantan pegawai Pemprov Sulut mengaku berduka dengan kematian mantan atasannya itu. Rantung dengan keramahannya mampu mengayomi masyarakat meski ia juga tegas jika ada yang berbuat salah. "Banyak yang bisa ditiru darinya," kata Kaligis.
Bapak Pembangunan
Bupati Minahasa, Drs Jantje W Sajow MSi mengatakan CJ Rantung telah menjadi bagian dari sejarah Sulut. Saat memberikan sambutan pada acara pelepasan jenazah CJ Rantung di gedung Wale Ne Tou Tondano, Sabtu (6/4) pagi, Sajow mengatakan Gubernur Sulut periode 1985-1995 tersebut telah melaksanakan program nyata untuk membangun Sulut.
"Saya melihat Pak CJ Rantung sebagai bapak pembangunan di Sulut. Beliau telah merintis rencana pembangunan di Sulut yang telah berjalan sampai saat ini. Saya kagum pada sosok Pak Rantung," ujarnya.
Sajow mengatakan salah seorang putra terbaik Sulut telah dipanggil Tuhan, namun jasa dan pemikiran beliau telah tertanam bahkan akan terus dirasakan warga Sulut sampai kapan pun.
Pelepasan jenazah CJ Rantung di gedung Wale Ne Tou Tondano kemarin dihadiri ribuan warga. Keluarga, teman, dan jajaran PNS Pemkab Minahasa memadati gedung megah tersebut. Hampir tidak ada kursi kosong yang tersisa. Dari ribuan orang hadir didominasi PNS dan guru dari berbagai daerah di Kabupaten Minahasa. Cornelis John Rantung meninggal dunia, Rabu (3/4) lalu di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta.
(art/luc)
Selamat Tinggal Opa...
TEMBAKAN salvo dari belasan prajurit TNI AD sekali namun serempak, membahana di seluruh TMP Kairagi Manado, Sabtu (6/4/2013) sore.
Bersamaan dengan itu, peti jenazah mantan Gubernur Sulut CJ Rantung turun perlahan ke dalam liang lahat, yang berada di pojok kanan depan, di bawah teduhnya pohon kamboja.
Bendera Merah Putih yang sebelumnya sudah ditanggalkan dari peti jenazah, masih membentang, dengan dipegangi oleh empat pemimpin tinggi TNI dan Polri pada empat pojoknya.
Bendera itu digulung, lalu peti jenazah tiba di dasar liang lahat. Tanah kemudian disiramkan secara simbolis oleh Gubernur Sulut Dr Sarundajang dan keluarga.Sebelum di utup dengan papan, anggota keluarga yang didahului oleh Ibu Helda Rantung menyiramkan bunga di atas peti jenazah. "Selamat tinggal opa," kata seorang cucu dari CJ Ratung yang masih kecil.
Seorang perwakilan keluarga Rantung kemudian mengucapkan terima kasih sambil menangis kepada seluruh yang hadir dalam acara pemakaman tersebut. "Kami tak bisa bisa membalas ini, kiranya Tuhan membalas segala kebaikan dari saudara-saudara," katanya.
Gubernur SH Sarundajang sekali lagi menyatakan rasa dukacitanya sembari menguatkan keluarga besar CJ Rantung agar tabah. Usai prosesi pemakaman, langit yang semula mendung memuntahkan hujan lebat. Alam bersedih, tapi menumpahkan ekspresinya pada waktu yang tepat yaitu seusai pemakaman. Seperti yang dikatakan EE Mangindaan, bahwa ini adalah pemakaman yang ideal. (art)
Sumber: Tribun Manado 7 April 2013 hal 1