Keselamatan Penerbangan

POS KUPANG.COM - Dalam rentang waktu sembilan bulan terakhir sudah terjadi tiga kecelakaan pesawat terbang yang menyebabkan seluruh awak dan penumpangnya meninggal dunia.

Peristiwa pertama terjadi pada bulan Desember 2014 beberapa saat setelah hari Natal tepatnya tanggal 28 Desember. Kala itu pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501 rute Surabaya-Singapura jatuh di perairan Selat Karimata, Kalimantan Tengah.  Pesawat naas tersebut mengangkut 155 orang penumpang.

Kecelakaan berikutnya menimpa pesawat Hercules tipe C-130 yang jatuh di Jalan Letjen Djamin Ginting Medan beberapa menit setelah lepas landas dari Lanud  Soewondo Medan, hari Selasa 30 Juni 2015 sekitar pukul 11.45 WIB. Sedianya pesawat angkut militer itu menuju Tanjung Pinang. 

Dalam musibah ini  seluruh penumpang dan awak pesawat juga tidak ada yang terselamatkan. Berdasarkan data manifes, jumlah penumpang Hercules sebanyak 122 orang terdiri dari 33 anggota TNI AU, enam anggota TNI AD dan 83 orang anggota keluarga prajurit TNI.

Kecelakaan pesawat terkini melanda pesawat Trigana Air nomor penerbangan  IL-257 pada hari Minggu 16 Agustus 2015 atau sehari menjelang Indonesia berusia 70 tahun. Pesawat yang terbang dari Bandara Sentani Jayapura menuju Oksibil jatuh di daerah Pegunungan Bintang, Papua. Sebanyak 49 penumpang dan lima awak pesawat meninggal dunia. Hari-hari ini masih berlangsung proses evakuasi jenazah para korban dari lokasi kejadian.

Setiap kali terjadi musibah kecelakaan pesawat udara, perasaan kita selalu teriris-iris  sedih lantaran kemungkinan sangat kecil ada penumpang atau awak pesawat yang selamat. Banyak faktor pemicu terjadinya kecelakaan penerbangan. Sebut misalnya faktor cuaca yang tidak bersahabat serta topografi medan yang sulit, armada yang tidak laik terbang atau karena faktor kesalahan manusia (human error). Sejumlah pengamat menduga jatuhnya pesawat Trigana Air di Pegunungan Bintang boleh jadi disebabkan beratnya medan di Papua serta perubahan cuaca yang ekstrem. Bisa juga karena faktor  manusia.

Guna mendapat jawaban pasti kita perlu menunggu hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang diberi waktu selama satu bulan oleh Menteri Perhubungan RI. Analisa terhadap kotak hitam yang sudah ditemukan Tim SAR akan mengungkap misteri mengapa pesawat yang diawaki pilot senior Hasanuddin tersebut jatuh menabrak tebing hingga hancur berkeping-keping.

Menyangkut kemungkinan faktor kesalahan manusia, kita tiada henti mendorong agar operator penerbangan di negeri ini tidak bermain-main soal keselamatan. Prinsip safety first itu keniscayaan!  Perawatan pesawat secara rutin sesuai standar dunia penerbangan hendaknya ditaati dengan sungguh-sungguh.

Kerapkali demi efisiensi serta mengejar profit manajemen maskapai tertentu menomorduakan kelaikan terbang armadanya. Rute dan  jadwal terbang awak pesawat pun perlu diatur sedemikian rupa agar tidak melampaui kemampuan fisik mereka. Kebugaran fisik dan mental mutlak  bagi awak pesawat udara. Di ketinggian langit sana satu kekeliruan kecil saja bisa berakibat fatal bagi nyawa manusia.

Tentu saja prinsip mengutamakan keselamatan tidak hanya berlaku untuk moda transportasi udara. Moda transportasi darat dan laut pun mutlak mematuhinya. Kita tiada bosan  untuk menggarisbawahi  hal itu mengingat layanan transportasi publik di Indonesia masih jauh dari harapan yaitu murah, aman dan nyaman.*

Sumber: Pos Kupang 20 Agustus 2015 halaman 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes