Bandara Komodo (ist) |
Kepada Pos Kupang, Kamis (22/10/2015), Fuadani menjelaskan, rapat persiapan untuk status baru bandara itu akan berlangsung di Kantor Bandara Otoritas Wilayah IV Denpasar tanggal 27 Oktober 2015 ini.
"Dengan kenaikan status itu maka peralatan pendukung akan segera dilengkapi, termasuk instansi terkait akan berkantor di terminal Bandara seperti Bea Cukai, Imigrasi dan Kesehatan. Demikian juga dengan lampu-lampu landasan. Itu merupakan aturan standar bagi bandara internasional," kata Fuadani. Menurut dia, semua pembenahan itu akan dilaksanakan secara bertahap.
Kementerian Perhubungan RI tentu tidak begitu saja menaikkan status suatu bandara. Jika Bandara Komodo naik status berarti kapasitasnya memang harus ditingkatkan demi memenuhi kebutuhan. Sebagai kota wisata di ujung barat Flores dengan jualan utama Taman Nasional Komodo yang tiada duanya di dunia, dapat dimengerti bila frekwensi penerbangan dari dan ke Labuan Bajo makin tinggi.
Kita memberi apresiasi yang tinggi untuk manajemen Bandara Komodo yang segera membenahi sarana dan prasarana di sana. Selama ini penerbangan ke Bandara Komodo memang hanya berlangsung pada siang hari. Dengan demikian jadwal untuk maskapai pun terbatas.
Bila sudah bisa melayani penerbangan malam hari seperti Bandara Ngurah Rai Denpasar dan Bandara Lombok, Nusa Tenggara Barat, maka frekwensi penerbangan dari dan ke Labuan Bajo otomatis meningkat. Dan, itu merupakan kabar gembira bagi geliat ekonomi masyarakat Kabupaten Manggarai Barat serta Flores pada umumnya. Wisawatan dari berbagai belahan dunia juga akan lebih leluasa datang dan pergi ke Labuan Bajo.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana pemerintah dan masyarakat Manggarai Barat menyambut kenaikan status bandara tersebut? Jangan-jangan sekadar menjadi penonton yang pasif karena menganggapnya sebagai hal biasa. Pemerintah dan masyarakat setempat hendaknya memanfaatkan dengan baik peluang emas tersebut.
Kota Labuan Bajo perlu dipercantik menjadi kota hunian yang nyaman bagi siapa saja. Dengan kata lain jadikanlah dia sebagai kota yang manusiawi. Masih kuat kesan Labuan Bajo tidak lebih dari sebuah kampung besar berlabel kota. Tidak dianjurkan mesti merias diri menjadi Bali atau Lombok. Labuan Bajo tetap mempertahankan ciri khasnya. Yang utama adalah tunjukkan diri sebagai kota wisata yang dikelola secara baik dan bermanfaat bagi masyarakat.*
Sumber: Pos Kupang 26 Oktober 2015 hal 4