Masih Menulis Buku di Usia 88 Tahun

Alex Beding di BSA Larantuka, 30 Jan 2012
BIARA Santo Arnoldus Janssen (BSA) Larantuka terletak dekat Gereja Katedral di kota Reinha itu. Di depannya berdiri STMK Bina Karya Larantuka yang diasuh oleh Serikat Sabda Allah (SVD). Dari tempat ini siapa pun dapat menikmati kesibukan Kota Larantuka.

Deru mesin kapal motor yang meninggalkan Pelabuhan Larantuka terdengar jelas. Di depan sana, Pulau Solor dan sebagian Adonara terlihat kokoh dipermainkan lautan biru nan tenang.

Di biara yang asri itulah Pater Alex Beding, SVD kini menjalani hari-hari tuanya. Usianya genap 88 tahun pada tanggal 13 Januari 2012. Ia masih setia membaca dan menulis. Refleksi-refleksinya senantiasa setia mengisi lembaran sejarah. Di antara deretan huruf-huruf ia meninggalkan pesan yang akan setia berbicara dalam konteks apapun. Bisa dinikmati dan memberi manfaat untuk generasi yang akan lahir kemudian.

Tentang aktivitas membaca dan menulis, Pater Alex melukiskan sebagai berikut seperti dikutip Steph Tupeng Witin, SVD dalam buku “Bersyukur dan Berharap, Kenangan 60 Tahun Imamat Alex Beding, SVD (Ledalero 2011, hal 30-32).

“Sejak kecil saya sudah berkenalan dengan membaca. Di rumah saya membaca Bintang Timoer yang Om saya dapat dari guru-guru. Waktu di sekolah Vervolgschool Larantuka saya pernah curi-curi baca novel Saija dan Adinda dari rak buku bapa asrama P Thijssen. Di seminari Mataloko di kelas 1 pada waktu les bahasa Melayu, P Van Trier menyuruh saya ambil buku cerita dari biliknya, kemudian kami mendengarkan dia membaca dongeng-dongeng. Dalam pelajaran bahasa Belanda saya suka mendengar tentang sastra Belanda yang kaya dengan penulis-penulis besar. Yang bahasanya enak.

Waktu di seminari tinggi saya diajak P Boumans untuk membuat naskah buku lalu bersama Fr. Anton Sigoama kami menyusun buku kecil tentang Santa Maria dari Fatima. Sejak itu selain cinta saya bertumbuh terhadap Bunda Maria, saya senang kalau bisa menulis supaya dibaca orang lain.
Nah dengan tugas yang diberikan kepada saya untuk belajar bahasa di perguruan tinggi sebagai benuming saya setelah tamat di Ledalero, saya merasa bahwa pembesar saya ingin membantu saya di jalan di mana ada sedikit bakat ke arah itu. Terutama P Bouma yang memberi kepada frater-frater bimbingan dalam pengetahuan bahasa Indonesia, saya kira dia sebagai rektor punya suara yang mendukung penunjukan saya untuk studi bahasa, padahal saya sama sekali tidak memperhitungkan kemungkinan itu.”

Kebiasaan membaca dan menulis sejak bocah serta pengetahuan bahasa yang mendalam baik bahasa Indonesia maupun sejumlah bahasa asing, merupakan salah satu kunci sukses Alex Beding sepanjang kariernya. Dia tidak hanya cakap dan piawai menulis, mengedit dan menerbitkan buku serta mengelola majalah DIAN dan KUNANG-KUNANG selama belasan tahun. Dia juga cerdas menerjemahkan buku dalam bahasa Inggris, Belanda dan Jerman ke dalam Bahasa Indonesia.

Kebiasan membaca dan menulis itu masih ditekuninya dengan serius pada usia sepuh sekarang. Saat ditemui wartawati FloresStar, Syarifah Sifah di biara Arnoldus Janssen Larantuka, Senin (30/1/2012), Pater Alex Beding tengah menggarap sebuah tulisan di depan komputer dalam ruang kerjanya di biara itu. Ruang kerjanya apik dan lengkap dengan alat tulis-menulis, perpustakaan mini, koran-koran dan majalah dan sejumlah barang yang berkaitan dengan dunia kerjanya.

Pater Alex masih penuh semangat dan ramah sewaktu menerima kehadiran Syarifah. Pater Alex pun langsung berbagi cerita. Mengisahkan ziarah kehidupannya sejak seminari terus kuliah di UGM Yogyakarta dan pindah ke UI Jakarta namun belum selesai studi sudah dipanggil untuk mengajar di Seminari Mataloko, Ngada. Setelah mengabdi di Mataloko sekitar 11 tahun dia pindah ke Ende tahun 1970 dan mendirikan Penerbit Nusa Indah serta melahirkan Majalah DIAN dan KUNANG-KUANG. Setelah 15 tahun di Ende pada tahun 1985, Pater Alex pindah ke Larantuka tahun untuk mengurus sekolah.

“Dan, baru dua tahun saya mengajar di SD saya dapat tugas baru dari pemimpin saya di Roma untuk menerjemahkan dokumen dari bahasa Jerman, Belanda dan Inggris. Itu memang keahlian saya,” katanya.

Pada usia 88 tahun, secara fisik Pater Alex Beding masih sehat. Ia mengucapkan puji syukur kepada Tuhan yang telah memberinya umur panjang dengan tubuh dan jiwa yang tetap sehat. “Saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan yang memberi saya kesehatan di akhir umur saya. Walau umur sudah 88 tahun satu bulan tapi saya tetap sehat. Sakit-sakit ringan itu biasa dan cepat sembuh,” ujarnya.

Pater Alex Beding kini sedang mempersiapkan sebuah buku yang akan terbit dalam waktu dekat. Buku tersebut berisi sejarah perjuangan dua imam dan uskup pasa masa sebelum Indonesia merdeka. “Puji Tuhan buku yang saya tulis ini walaupun tidak seperti buku besar, namun saya berharap bisa menjadi kenang-kenangan buat kita semua. Saat ini sudah sampai di pertengahan,” kata Pater Alex yang belum memberi judul buku tersebut.

Menurut Pater Steph Tupeng Witin, SVD, Pater Alex juga sedang menerjemahkan dokumen dari Bahasa Belanda dan Jerman sebagai bahan untuk penulisan buku tentang para misionaris yang berkarya di Pulau Lembata. Kemampuan bahasa asing dalam dirinya tidak meluntur sedikit pun sampai usia hampir 90 tahun. Suatu anugerah yang luar biasa untuk tokoh pers NTT ini. Tokoh peradaban Flobamora.

Sejarah telah mencatat kiprah Pater Alex Beding dalam dunia intelektual di Nusa Tenggara Timur (NTT). Kita dapat membaca itu pada buku-buku karya tangannya maupun terjemahan. Sebanyak kurang lebih 37 buku dan banyak artikel yang tersebar di berbagai majalah dalam dan luar negeri menggambarkan kekuatan dahsyat dari karya tulisnya.

Berbagai penghargaan, baik dari kalangan Gereja maupun pemerintah mencerminkan penghormatan atas karya intelektual yang menerangi peradaban masyarakat di mana saja karya-karya itu berbicara. Di bumi Flores dan Lembata, tanah Flobamora maupun di berbagai belahan dunia lainnya.

Maka sudah layak dan sepantasnyalah bila kita mengucapkan selamat berbahagia dan terima kasih untuk semua jasa dan pengorbanan Pater Alex Beding, SVD. Intan imamat adalah kebahagiaan seluruh umat yang mengalaminya dalam hidup dan karya Pater Alex. Sejak dari tena laja Lamalera hingga kini di biara Arnoldus Janssen Larantuka. (dion db putra/habis)

Sumber: Harian FloresStar Kamis 2 Februari 2012 halaman 1

Artikel Terkait
Intan Imamatnya jadi Mahkota bagi Lembata
Dia Menjala di Lautan Lain
Dari Mataloko ke Ende demi Nusa Indah
Membangun Nusa Indah dari Kantor Sederhana
Terpikat indahnya Cahaya Kunang-Kunang
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes