Stadion Allianz Arena (14 Maret 2010) |
"KALAU sudah berada di Munich, tidak lengkap kalau belum sempat melihat Stadion Allianz Arena," kata Christian Woff. Kolega yang sama-sama menjalani pelatihan kepemimpinan di Gummersbach itu mempromosikan Allianz Arena ketika kami dalam perjalanan dengan bus menuju Munich, akhir pekan lalu.
Sebagai anak Jerman yang gila bola, Wolff sangat bangga dengan stadion megah tersebut. "Saya sudah berkali-kali menonton pertandingan Bayern Munich dan tim nasional Jerman di stadion itu," kata Wolff yang tinggal di Kota Erlangen.
Sejak awal saya memang sudah berniat untuk bertandang ke Allianz Arena meskipun tidak begitu yakin apakah mungkin, mengingat jadwal pelatihan sangat padat dan disiplin tinggi khas Jerman. Niat itu akhirnya terwujud hari Minggu 14 Maret 2010. Setelah program city tour berjalan kaki yang cukup menguras energi di bawah siraman hujan salju, bersama Saidiman, sesama peserta pelatihan asal Indonesia, kami menuju Allianz Arena.
Keraguan sempat muncul mengingat kami "buta" tentang Munich dan baru pertama coba menjelajahi kota metropolitan terbesar di Jerman ini. Birgitt, resepsionis Hotel Maritim, tempat kami menginap, memupus keraguan dengan memberikan peta transportasi kota serta petunjuk tentang cara mencapai Allianz Arena. "Jika Anda bingung dalam perjalanan nanti, tanyakan pada orang-orang atau temui polisi. Mereka akan senang membantu," kata Birgitt dengan ramah.
Birgitt benar. Peta transportasi Kota Munich sangat memanjakan siapa pun yang berkunjung ke kota tersebut. Meskipun tertulis dalam bahasa Jerman yang relatif asing bagi kami, tetapi rute kereta api bawah tanah, trem dan bus memberi petunjuk jelas, baik berupa mesin penjualan tiket dan harganya, papan rute pemberhentian di setiap peron maupun pengumuman otomatis di setiap pemberhentian. Jadi agak muskil tersesat, kecuali kalau malu bertanya.
Setelah membeli tiket kereta api bawah tanah seharga 5 euro (sekitar Rp 65 ribu) yang berlaku sehari penuh, saya dan Saidiman memulai perjalanan ke Allianz Arena dari stasiun pusat Munich. Jaraknya sekitar 15 km dari pusat kota. Tidak ada kesulitan berarti meskipun harus berganti jalur kereta dan melewati sepuluh stasiun pemberhentian. Dengan peta di tangan kami menceklis setiap pemberhentian yang dilewati. Tidak sampai dua belas menit kami sampai di Fortmaning, stasiun pemberhentian terakhir menuju Allianz Arena yang berada di pinggiran Munich. Dari stasiun Fortmaning hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit berjalan kaki untuk mencapai stadion.
"Ban Oto" Terbesar
Desain Stadion Allianz Arena futuristik dan unik. Keunikannya terletak pada bentuk dan kontur dinding penutup stadion sangat mirip "ban oto" alias ban mobil. Jadi bisa dilukiskan sebagai ban mobil terbesar di dunia. Dilihat dari udara maupun dari darat kesan pertama yang tertangkap adalah "ban mobil" dalam posisi tergeletak. Dari luar juga terlihat seperti sebuah pesawat UFO yang sedang parkir.
Keunikan lain Stadion Allianz Arena Munich terdiri dari tiga warna yang berganti sesuai keperluan, yakni warna merah, biru dan putih. Stadion triwarna ini adalah home base klub Bayern München atau Bayern Munich dan TSV 1860 Munich. Jika Bayern Munich atau FC Holywood menjadi tuan rumah maka stadion akan berwarna merah. Sebaliknya jika TSV 1860 München bermain akan berwarna biru. Stadion akan berwarna putih bila tim nasional Jerman bermain.
Ketika saya berkunjung ke stadion itu 14 Maret 2010, warna stadion putih. Artinya stadion itu milik Jerman. Jerman seolah mengatakan kepada dunia bahwa inilah wajah teknologi mereka yang super canggih.
Tri warna sesungguhnya warna pembungkus stadion yang terdiri dari 2.874 bantal udara transparan. Bantalan udara itu dapat memantulkan sinar cahaya dari dalam stadion. Artinya, perubahan warna merah, biru dan putih dipantulkan dari dalam stadion.
Allianz Arena dengan kapasitas kursi 59.416 menjadi tempat pembukaan Piala Dunia 2006 di Jerman. Ukuran lapangan 105 x 68 meter serta pencahayaan 1.500 lux menjadikan Arena salah satu stadion terbaik di dunia. Tanggal 19 Mei 2005, pukul 19.00 gawang Stadion Allianz Arena pertama kali digunakan Bayern Munich dan TSV 1860 sebagai tanda pra-pembukaan stadion.
Secara resmi stadion ini dibuka tanggal 30-31 Mei 2005. Tanggal 30 Mei adalah pertandingan TSV 1860 melawan FC Nurenberg dan 31 Mei pertandingan FC Bayern Munuich melawan timnas Jerman. Kedua pertandingan tersebut merupakan tanda resmi pembukaan Stadion Allianz Arena. Walikota Munich saat itu, Christian Ude memimpin pembukaan stadion Allianz Arena. Stadion ini pun ramah terhadap penyandang cacat. Tersedia tempat duduk khusus bagi sesama kita yang kurang beruntung secara fisik.
Saat bertandang ke sana stadion sedang tidak digunakan untuk bertanding. Namun, para pengunjung sangat ramai. Ada yang datang sendiri maupun dalam grup. Stadion ini rupanya menjadi salah satu obyek wisata di Jerman sekaligus tempat rekreasi. Di Stadion ini terdapat arena tour dan tempat berbelanja. Para petugas dengan ramah melayani para pengunjung yang ingin tahu data dan informasi.
Ada bioskop bernama Arena Kino. Ada FC Bayern Munich Megastore, TSV 1860 Megastore, Showroom Medion, Showroom Audi, Allianz-Arena shops untuk sovenir, T-Com Haus dan Restaurant Arena a la Carte.
Dengan alamat Werner-Heisenberg-Allee 25, 80939 Munich, siapa pun bisa mengunjungi "ban oto" terbesar di dunia ini karena akses ke sana sangat mudah, baik dari pusat kota atau dari Bandara Munich yang berjarak sekitar 29 km. Rute kereta api dan bus langsung ke stadion itu sehingga para penonton dari berbagai kota di Jerman atau dari kawasan Eropa tidak sulit saat pergi dan atau meninggalkan stadion tersebut.
"Kapan ya kita di Indonesia punya stadion seperti ini? Stadion yang bisa menjadi obyek wisata dan tempat rekreasi keluarga, " kata Saidiman. Saya tak tanggup menjawab! (Dion DB Putra, dari Munich)*
Data Sekilas:
Nama Stadion: Allianz Arena
Kota: Munich (penduduk 1,4 juta jiwa)
Investasi stadion : 340 juta euro
Kandang klub : Bayern Munih dan TSV 1860 Munich
Kapasitas total : 66.016 orang
Kapasitas kursi : 59.416
Pos Kupang edisi Minggu, 21 Maret 2010 halaman 1