Lelucon Umberto Bossi

Oleh Dion DB Putra

LELUCON yang tidak lucu. Begitulah yang dilakukan politisi senior Italia, Umberto Bossi. Sehari menjelang laga hidup mati antara juara bertahan Italia vs Slowakia, Kamis (24/6/2010), politisi dari Lega Nord itu secara bercanda menyarankan Italia membeli saja sejumlah pemain Slowakia agar menang.

Menurut Bossi, akan ada dua atau tiga pemain Slowakia yang bermain di Serie A Italia musim depan sebagai kompensasi jika Italia menang dan lolos ke babak 16 besar. Wah!

Guyonan Bossi yang ditulis media massa itu membuat para pejabat Federasi Sepakbola Italia (FIGC) merah kupingnya. Mereka marah besar. Meski Bossi beralasan bahwa itu sekadar lelucon, FIGC mendesak Bossi minta maaf.
Bossi mengatakan, ia hanya bercanda saat mengatakan, Italia harus membeli pemain lawan untuk menang. Bossi lupa kalau candaannya itu bisa diartikan sebagai penyuapan. Sesuatu yang sangat sensitif bagi Italia mengingat negara itu memiliki rekor terburuk dalam skandal suap-menyuap di lapangan bola.

"Saya meminta maaf kepada tim nasional. Itu hanya candaan yang dimaksud sebagai penyegaran," kata Bossi seperti dikutip kantor berita ANSA. "Saya akan lebih berhati-hati, akan ada keributan jika Anda salah paham. Saya berharap Azzurri meraih gelar juara dunia dan saya mendoakan mereka yang terbaik," katanya.

Doa Bossi rupanya tak terkabulkan. Di Stadion Ellis Park, Johannesburg, Kamis malam, Italia tersingkir secara dramatis. Fabio Canavarro dkk ditumbangkan Slowakia 2-3. Slowakia yang baru pertama ikut Piala Dunia cetak prestasi gemilang. Sementara Gli Azzurri mengikuti jejak runner-up 2006, Perancis, yang tersingkir secara memalukan diwarnai skandal pembangkangan pemain. Piala Dunia 2010 pun mencatat sejarah unik. Juara dan runner-up Piala Dunia sebelumnya sama-sama tersisih di fase grup dengan rekor tidak pernah menang.

Italia dan Perancis sungguh menampar wajah sepakbola Eropa, yang kecuali Jerman dan Belanda, tampil buruk di South Africa 2010. Persis sama dengan enam wakil Afrika yang tunggang langgang di tanah air sendiri. Untung ada Ghana yang masih bisa mengibarkan bendera benua hitam di babak 16 besar Piala Dunia pertama di Afrika. Ghana pun lolos ngos-ngosan.


Fase penyisihan grup sungguh milik tim-tim Amerika, Latin Amerika dan Amerika Tengah Utara. Dan, sepakbola Asia tidak boleh dipandang sebelah mata lagi. Asia meraih hasil 50 persen dengan lolosnya Korea Selatan dan Jepang. Hanya Australia yang kurang beruntung dan Korea Utara, tim misterius itu, belum sanggup berkibar lagi setelah absen selama 44 tahun.
***
GUYONAN Umberto Bossi di atas sesungguhnya mewakili perasaan umum publik Italia atas rapuhnya tim nasional mereka. Kegagalan tim Asuhan Marcello Lippi di Afrika Selatan tidak mengejutkan. Sejak lama warga Italia pesimis tim Azzurri bakal mempertahankan gelar yang direbut empat tahun lalu di Jerman.

Orang yang paling sakit pastilah Marcello Lippi. Empat tahun lalu Lippi disanjung setinggi langit. Pulang dari Jerman dijemput pesawat khusus serta dikawal 16 jet tempur memasuki Kota Roma dengan tropi FIFA World Cup.

Hari ini Lippi disalahkan atas kegagalan mempertahankan kehormatan Gli Azzuri. Tragis! Tahun 2004 saat sepakbola Italia remuk redam pasca kegagalan di fase grup Piala Eropa, Marcello Lippi berani mengambil tanggung jawab melatih tim Azurri. Dia menerima kepercayaan FIGC menggantikan Giovanni Trapattoni. Saat mempersiapkan tim ke Piala Dunia 2006 di Jerman, Lippi diganggu oleh gencarnya penyelidikan atas skandal pengaturan skor di Serie A yang dikenal dengan skandal calciopoli.

Skandal itu memukul wajah Italia yang selama tiga dekade lebih menjadi kiblat sepakbola dunia. Tim raksasa Juventus yang pernah diasuh Lippi terbukti suap dan turun ke Serie B. Di tengah pesimisme publik Italia kala itu, Lippi justru membuktikan bahwa dia seorang pelatih hebat. Tim yang remuk-redam berhasil diraciknya menjadi para pekerja keras tak kenal lelah. Lippi sukses mengantar Italia hingga ke grandfinal dan meraih juara dunia untuk keempat kalinya setelah tahun 1934, 1938 dan 1982. Pemerintah Italia memberikan medali Cavaliere del Lavoro atau Ksatria Pekerja Keras kepada Lippi dan seluruh skuad Azzurri.

Setelah berjaya di Jerman 2006, Marcello Lippi mengundurkan diri. Roberto Donadoni, mantan pemain AC Milan dan pelatih klub Livorno ditunjuk sebagai pengganti. Pengunduran Lippi diikuti mundurnya dua pilar Azzurri, Francesco Totti dan Alessandro Nesta. Hal itu menambah berat beban Donadoni untuk meloloskan Italia ke putaran final Euro 2008 di Swiss-Austria.

Meski memulai dengan langkah gontai, Italia berhasil lolos ke putaran final Euro 2008 setelah mengalahkan Skotlandia. Di putaran final, Italia tergabung di Grup C bersama Belanda, Perancis dan Rumania. Laga pertama, Italia takluk 0-3 dari Belanda, ditahan Rumania 1-1 dan menekuk Perancis 2-0 untuk maju ke perempatfinal melawan juara Grup D, Spanyol. Italia tersingkir lewat drama adu penalti setelah skor 0-0 bertahan hingga perpanjangan waktu. Spanyol akhirnya menjadi juara Piala Eropa 2008.

Buntut kegagalan di Euro 2008, FIGC memecat Donadoni. Italia punya banyak stok pelatih hebat seperti Carlo Ancelotti, Fabio Capello, Roberto Mancini dan lainnya. Tapi mereka menampik tawaran FIGC, lebih memilih klub ketimbang timnas. Capello, Ancelotti dan Mancini sadar betul kursi pelatih Azurri itu sangat panas. Harus memiliki mental baja menghadapi cercaan publik Italia yang sangat keras jika gagal.
FIGC akhirnya kembali merayu Lippi. Marcello Lippi tak sanggup berpaling. Dia setuju menangani Italia hingga tahun 2010. Hasilnya tidaklah buruk. Italia tampil cukup menjanjikan selama babak kualifikasi.

Di South Africa 2010 Lippi tak bersinar lagi. Seperti panas setahun terhapus oleh hujan sehari. Gli Azzurri dihujat sebagai kuda tua tak bergigi atau dalam kata-kata Gennaro Gattuso, berhak mendapatkan medali Cavaliere of Shame atau Ksatria Memalukan.

Bagaimana sikap Lippi setelah kegagalan ini? Lippi tetaplah Lippi yang tidak lari dari tanggung jawab. "Saya tidak menyesal kembali melatih timnas, saya kembali dengan antusiasme besar. Saya memikul semua tanggung jawab," kata Lippi dengan wajah merah dalam jumpa pers usai kekalahan atas Slowakia. "Saya gagal melatih tim dengan cukup baik, mereka tidak siap untuk laga sepenting ini," kata pria berusia 62 tahun itu yang posisinya sebagai pelatih Italia segera digantikan Cesare Prandelli.

Ini pengakuan jujur manajer tim. Dari seorang pemimpin. Lippi sungguh sosok pemimpin yang tabu mencari kambing hitam. Dia memikul seluruh tanggung jawab atas kegagalan timnya. Luar biasa! Dunia kiranya patut mengenang Lippi. Lippi yang rendah hati.

Tentang "tragedi Lippi" di South Africa 2010 ini, menarik nian pesan Bora Milutinovic. "Jangan pernah kembali ke tim yang sukses Anda tangani," kata Bora dengan rekor melatih timnas Piala Dunia lima negara berbeda, yaitu Meksiko, Kosta Rika, AS, Nigeria dan China. "Anda tidak mengulang sukses dengan tim yang sama dua kali," kata pemain legendaris Belanda, Johan Cruyff. Lippi mungkin ingin menumpas "mitos" bola semacam ini. Terima kasih Lippi! *

Pos Kupang, Sabtu 26 Juni 2010 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes