Semarak Pengucapan Syukur di Minahasa

Puncak  Acara Pengucapan Syukur di berbagai daerah di Sulut baru berlangsung Minggu (8/7/2012). Namun, kemeriahannya telah berdenyut sejak beberapa pekan lalu.

FAKTA
menarik terlihat di Kota Manado.  Sepekan menjelang perayaan pengucapan syukur di wilayah Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan, dan Minahasa Tenggara, permintaan jasa service sepeda  motor meningkat drastis.Pantauan Tribun Manado di bengkel Ahass King Motor Malalayang, Jumat (6/7/2012),  pemilik sepeda motor ramai-ramai mendatangi bengkel resmi sepeda motor Honda ini.

 "Dalam sehari motor yang dibawa ke sini sampai 50 unit. Biasanya hanya 30 unit sehari," ujar Trisno Molle, kepala bengkel Ahass King Motor Malalayang. Menurut dia, hal itu sudah terjadi sejak sepekan terakhir.

Menurut Trisno, peningkatan tersebut berkaitan dengan persiapan warga Kota Manado menjelang pengucapan syukur. "Seperti tahun lalu, biasa kalau sudah dekat pengucapan syukur ada banyak warga yang minta diservice motornya," jelas Trisno.
Jasa yang paling banyak diminta adalah service ringan semisal ganti oli, setel rantai, cuci karburator dan saringan udara, setel rem dan lampu.

"Biasanya service ringan yang paling banyak  agar performa motor mantap jika melakukan perjalanan jauh," kata Tresno. Tresno menambahkan, selama  bulan Juni 2012  permintaan jasa service ringan di bengkel itu ini mencapai angka 1.100 unit motor. "Untuk sekali service konsumen hanya dikenakan biasa 30 ribu rupiah," kata Tresno.

Sementara itu pada puncak perayaan pengucapan syukur Minggu besok sejumlah ruas jalan di wilayah Minahasa dipastikan macet. Untuk itu  Polres Minahasa akan mengerahkan 50 anggota Satuan Lalulintas (Satlantas). Kepala Satlantas Polres Minahasa, AKP Leo Defretes  mengatakan,  anggotanya akan ditempatkan pada titik-titik persimpangan yang rawan terjadi kemacetan.

"Kami  bekerja maksimal untuk menjaga ketertiban dan kelancaran lalulintas saat perayaan pengucapan syukur nanti,"  ujarnya, Jumat (6/7). Beberapa titik yang rawan terjadi kemacetan adalah simpang empat Gereja GMIM Schwars Langowan, simpang empat Tompaso dan simpang empat Kawangkoan yang menuju Minahasa Selatan. Potensi kemacetan paling besar terjadi di simpang empat Gereja GMIM Schwars Langowan karena warga di Minahasa Tenggara (Mitra) juga merayakan pengucapan syukur. Arus lalulintas pada ruas jalan ini akan padat karena simpang empat itu menjadi jalur favorit dari Manado menuju Mitra.

"Kami mengimbau warga tidak terpaku pada jalur utama dan memilih jalur-jalur alternatif agar tidak terjadi penumpukan kendaraan. Selain itu kami juga mengimbau agar mengikuti aturan lalulintas dan tidak berkendara dalam keadaan mabuk. Kami ingin semua pengendara dan penumpang selamat kembali ke rumah masing-masing," ujarnya.

Kultur Minahasa

Hampir semua  etnis di Nusantara bahkan dunia mengenal tradisi bersyukur. Namun beda dengan pengucapan syukur yang dirayakan tou (etnis) Minahasa. Tradisi perayaan pengucapan syukur sudah seutuhnya jadi fenomena kultural masyarakat Minahasa. Orang Minahasa merayakan penuh totalitas.  Dari intensitas kesemarakan yang ditandai pesta-pora konsumsi makanan.

Itulah mengapa etnis Minahasa yang sudah hidup jauh di rantau senantiasa menjadikan momentum pengucapan syukur sebagai kerinduan akan kampung halaman yang tidak dapat tergantikan oleh konsumsi hiburan lain seramai apapun, semodern apapun, di manapun. Perayaan thanks giving di Minahasa punya arti luas.

Tak sekadar mengucap syukur kepada Tuhan setelah diberikan hasil panen pertanian,  perikanan, perkebunan yang melimpah.  Namun, hajatan tahunan ini menjadi ajang silahturahim (bakudapa) antara saudara, kerabat, dan handai tolan.
Pengucapan seutuhnya fenomena Minahasa. Itu sangat kentara dan khas bila ditampak oleh orang dari luar lingkaran budaya Minahasa. Memang tampak di permukaan itu hanyalah bahwa orang Minahasa gandrung pesta, konsumtid suka hura-hura, dan boros. Tetapi sejatinya tidak demikian, tidak melulu senegatif itu.

Dan yang penting digarisbawahi, menghilangkan apa yang dianggap negatif itu sama dengan menghancurkan keutuhan tou Minahasa. Pesta pengucapan tumbuh dalam budaya agraris. Manusia memperoleh sumber penghidupan langsung dari alam, sehingga rasa syukurnya langsung diarahkan kepada Sang Pencipta dan Pemelihara Alam Raya.


Bukan Berfoya-foya


Warga Kecamatan Pasan, Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) serta daerah lainnya di Minahasa siap merayakan pengucapan syukur hari ini,  Minggu (8/7). Setiap rumah tangga atau keluarga tentu telah menyiapkan anggaran mereka.  Robby Lumbu misalnya. Dosen pada beberapa universitas ini mengaku menyiapkan anggaran jutaan rupiah. "Saya rasa hampir semua rumah tangga rata-rata sekitar Rp 2 juta," ujarnya kepada Tribun Manado, Jumat  (6/7/2012).

Menurutnya,  anggaran sebesar itu cukup untuk membeli beras, daging, sayur dan berbagai jenis minuman. "Karena kan tidak semua makan di tempat. Kalau ada yang suka bungkus, tuan rumah harus siap-siap juga," tambah Robby.

Menurut Robby yang juga Sekretaris KNPI Mitra, momen pengucapan syukur bukan ajang berfoya-foya karena esensinya adalah rasa syukur. Pernyataan senada datang dari Ryo Lembong,  warga Buku Utara Kecamatan Belang. Ia pun mengaku menyiapkan dana sekitar Rp 2 juta. Dengan biaya sebesar ini dirasakan cukup untuk menjamu keluarga yang datang berkunjung.

Ita,  warga Watuliney Kecamatan Belang mempersiapkan anggaran sekitar 1 juta rupiah untuk pengucapan syukur tahun ini. "Ya sekitar sejuta untuk ikan, daging, sayur, kue-kue, dodol," katanya. Pernyataan berbeda datang dari Sujiharto Modeong. Dia tak merayakan pengucapan syukur  tetapi tetap ikut meramaikan perayaan hari ini. Sedangkan Veppy Rambi, warga Tolombukan Kecamatan Pasan tak merayakan pengucapan kali ini karena ada acara keluarga di Minahasa Selatan yang juga akan merayakan pengucapan. "Mungkin di rumah ada persiapan tapi ya biasa-biasa saja tak berlebihan karena saya juga ada acara di Minsel," tuturnya.

Camat Pasan, Yefta Sengka memprediksikan jumlah biaya yang dikeluarkan setiap keluarga tidak sampai jutaan rupiah. Menurut dia,  tak semua warga di wilayahnya menghabiskan dana jutaan rupiah. "Memang ada yang jutaan tapi kan tidak semua. Kalau mau dipukul rata mungkin sekitar 500 ribu per kepala keluarga (KK)   untuk pengucapan syukur kali ini," jelasnya.

Camat menambahkan,  jumlah KK yang tersebar di 11 desa di Pasan sebanyak 1.500 KK. Bila setiap KK menyiapkan dana Rp 500 ribu, maka pada pengucapan syukur  tahun ini dana yang dikeluarkan untuk belanja di Pasan sekitar Rp 750 juta. Di Minahasa Tenggara, ada dua kecamatan yang merayakan pengucapan syukur yaitu Pasan dan Belang. Dengan demikian total biaya sekitar Rp 1,5 miliar.

Menurut Sengka,  minimnya anggaran pengucapan di Kecamatan Pasan tahun ini dikarenakan panenan cengkih yang kurang melimpah dibandingkan tahun sebelumnya. "Tahun ini sekitar 10 sampai 15 persen saja yang panen, dengan hasil berkisar 200 kilogram. Kalau  harganya Rp 80 perkilogram,  pendapatan Rp 16 juta bagi tiap keluarga yang panen cengkih," jelasnya lagi.

Camat Pasan menyatakan, jika panen cengkih melimpah maka aroma perayaan pengucapan syukur bisa lebih kental lagi. "Minimal 50 persen saja yang berbuah itu sudah kentara sekali pengucapannya, apalagi kalau sampai 100 persen seperti beberapa tahun lalu pasti lebih ramai," ujarnya. Pasan adalah sentra cengkih terbesar di Kabupaten Minahasa Tenggara. "Kalau panen raya memang akan ramai sekali," demikian Yefta Sengka. (ika/luc/quin)

Sumber: Tribun Manado 7 - 8 Juli 2012 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes