Prestasi Liliyana Natsir

Butet dan Owi
JIKA  Anda  menonton siaran langsung babak final kejuaraan dunia bulutangkis 2013 di Guangzhou China, Minggu (11/8/2013) petang, agaknya sepakat bahwa perjuangan pebulutangkis asal Manado, Liliyana Natsir luar biasa!

Bersama pasangannya di nomor ganda campuran,  Tontowi Ahmad, atlet kelahiran Manado 9 September 1985 yang akrab disapa Butet itu hampir saja gagal meraih gelar juara dunia.

Di game ketiga yang sangat  menentukan, mereka tertinggal poin 18-20 dari pasangan tuan rumah China,  Xu Chen/Ma Jin. Semestinya tinggal satu poin lagi andalan China akan merebut gelar juara dunia. Ribuan penonton  di Tianhe Indoor Stadium Guangzhou bahkan sudah mengelu-elukan nama Xu dan Jin.

Dalam posisi di bibir jurang kekalahan, Butet dan Owi -- sapaan akrab Tontowi tetap tenang. Menerima servis dari Xu, Butet menyodorkan bola ke sudut lapangan yang sulit dikembalikan lawan. Poin berubah 19-20. Kini giliran Owi yang pegang servis. Namun,  gemuruh suara penonton tuan rumah di Tianhe Indoor Stadium Guangzhou tetap membahana. Butet dan Owi benar-benar dalam tekanan yang luar biasa.

Lagi-lagi Butet dan Owi menunjukkan kelasnya sebagai pemain terbaik. Smes keras Owi menyamakan skor 20-20 (deuce). Ketegangan mulai merebak di Tianhe. Stadion berubah hening. Tekanan mental berbalik menghantui pasangan Xu dan Jin. Owi kembali servis dibalas neting tipis lawan. Butet kembali membunuh lewat penempatan bola akurat. Skor berubah 21-20 untuk pasangan Indonesia.

Owi dan Butet kini di atas angin. Buktinya  servis terakhir dari Owi malah dikembalikan lawan dengan keras hingga keluar lapangan. Dalam tempo kurang dari tiga menit, pasangan Butet/Owi membalikkan keadaan dan menang. Xu dan Jin seolah tak percaya mereka kalah di kandang sendiri. Demikian pula dengan penonton tuan rumah yang tertunduk lesu lantaran kemenangan di depan mata buyar sudah.  Lagu Indonesia Raya pun berkumandang di Guangzhou.

Sukses Butet/Owi seolah membuka jalan bagi pasangan ganda putra Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan meraih juara setelah menundukkan unggulan ketiga asal Denmark Mathias Boe-Carsten Mogensen 21-13, 23-21.

Seluruh anak bangsa ini pastilah bangga dengan prestasi atlet bulutangkis Indonesia yang berkibar lagi di kejuaraan dunia setelah terakhir pada tahun 2007.  Khusus Liliyana, inilah gelarnya ketiga dengan pasangan berbeda. Liliyana pun mencatatkan namanya sebagai pemain Indonesia pertama yang tiga kali jadi juara dunia sejak kejuaraan itu bergulir tahun 1977 silam. Pencapaian prestasi yang mengagumkan dan sulit disamai atlet lainnya.

Spirit kemenangan Butet tentunya mengusik sekaligus memberi insipirasi. Siapa lagi atlet asal Sulawesi Utara yang akan mengikuti jejaknya? Bumi Nyiur Melambai ini memiliki potensi atlet di hampir semua cabang olahraga. Kalau pembinaan berjalan konsisten sejak usia dini, bukan mustahil Sulawesi Utara akan kembali melahirkan Butet-Butet yang baru. Tidak hanya di cabang bulutangkis, tetapi juga di cabang olahraga lainnya. Prestasi Liliyana memancing kepedulian kita akan olahraga prestasi yang mengharumkan nama daerah, bangsa dan tanah air. *

Sumber: Tribun Manado 13 Agustus 2013 hal 10
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes