Kupang Pesta Monolog 2016

ilustrasi
Di atas panggung kecil aktor Abdy Keraf  berjalan ke sana kemari. Ia hanya mengenakan singlet warna putih dipadu celana hitam. Kedua tangannya dililit seutas tali berwarna putih. Di panggung teater malam  itu, Abdy Keraf membius penonton lewat pentas monolog berjudul Monologia Tubuh yang Palsu.

Sang aktor  bercerita tentang perilaku anak-anak manusia yang penuh kemunafikan. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang berusaha menutupi keasliannya. Mereka melemparkan senyum kepada sesamanya bahkan tak tanggung-tanggung meneteskan air mata untuk memperlihatkan rasa duka cita. Namun, semua yang ditampilkan di depan mata sesama, bahkan orang yang dicintai sekalipun tidak terlepas dari apa yang disebut kemunafikan.

"Jangan takut. Malam ini tak ada perbedaan di antara kita. Kau dan aku sama." Demikian sepenggal kata Abdy Keraf saat tampil dalam acara Kupang Pesta Monolog (Kesal) 2016 di Aula F-Square Kupang, Jumat (11/3/2016) malam. Aksi panggung Abdy sungguh membius. Energinya begitu kuat menghentak, menarik penonton larut menyelami pesan-pesannya.

Bukan cuma Abdy yang memukau. Dua seniman dari group teater Perempuan Biasa menyuguhkan kritik sosial yang mencerahkan. Karya arahan sutradara Lanny Koroh ini pun mengisahkan kehidupan sehari-hari. Dia menepis anggapan selama ini tentang perempuan yang tidak mampu, perempuan yang masih dianggap warga kelas dua setelah kaum laki-laki.

Penampilan Galuh Tulus Utama, seniman asal Surabaya pada malam kedua, Sabtu (13/3/2016)  tak kalah menghanyutkan. Demikian pula dengan Komunitas Kahe  dari Maumere. Pokoknya kita memberi acungan jempol buat semua aktor dan aktris yang tampil dalam pesta monolog selama dua hari itu. Salut untuk  Teater Price, Linda R Tagie, Margareth Nona Djokaho, Lanny Koroh, Abdy Keraf, Galuh Tulus Utama, Komunitas Kahe dan semua yang sudah total memberikan tontonan berkelas, sesuatu yang masih sangat jarang di Kota KASIH Kupang.

Tentu saja kita patut memberi apresiasi yang tinggi terhadap mereka yang berada di balik sukses pesta monolog tersebut. Sebut misalnya  sang koordinator program
dari Coloteme Art's Movement,  Ragil Sukriwul, Elcid Li (IRGSC), Ermi Ndoen, pelaku seni Silvester Hurit dan  orang-orang kreatif  lainnya yang tak dapat kita sebut satu persatu dalam ruangan yang terbatas ini.

Antusiasme penonton selama dua malam itu sungguh menggembirakan. Bukan soal jumlah tapi pada sikap batin mereka yang senang mendapatkan tontotan  bermutu. Warga Kota Kupang sangat butuh pesta-pesta serupa itu. Kita berharap Ragil Sukriwul, Lanny Koroh, Abdy Keraf  dan para pelaku seni di Flobamora ini menghadirkan panggung teater secara rutin. Kita ajak masyarakat memberikan dukungan nyata. Datang dan beri apresiasi yang pantas kepada para seniman kita.

Dan, kepada pemimpin pemerintah serta wakil rakyat yang terhormat, kiranya buka mata dan hati untuk memberi tempat yang elok bagi aktivitas seni seperti pesta monolog yang digelar orang-orang kreatif itu. Bosan kita bicara politik melulu. Jemu kita mendengar ocehan dan aksi menguber kekuasaan politik dan ekonomi semata.*


Sumber: Pos Kupang 15 Maret 2016 hal 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes