Ramai-ramai Tanam Kelor

Kelor
AJAKAN Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor B Laiskodat agar masyarakat menanam kelor atau merunggai (moringa oleifera) mulai terlihat aksinya di lapangan.

Masyarakat baik perorangan maupun kelompok mulai melaksanakan ajakan gubernur. Mereka menanam tumbuhan dengan ketinggian batang 7-11 meter, daun berbentuk bulat telur ukuran kecil-kecil bersusun majemuk yang manfaatnya sangat besar bagi manusia tersebut.

Beberapa contoh bisa disebut. Kepala Desa Oematnunu, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang,  Yulianus Laitoto  menyiapkan lahan sekitar satu hektar untuk menanam kelor. Yulianus  tegas mengatakan langkah tersebut untuk mendukung ajakan Gubernur NTT.

"Saya siap lahan satu hektar untuk tanam kelor. Jika pemerintah siapkan bibit, maka saya siapkan lahan," katanya, Sabtu (13/10/2018).

Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT, Ir. Yohanes Tay Ruba, MM pun bergerak cepat. Saat ini pihaknya sedang menyiapkan bibit kelor yang ditanam dalam wadah polybag sebanyak 30.000 anakan. Yohanes menjelaskan,  untuk budidaya kelor, pihaknya memilih dua pola yakni pola inti dan plasma.

Aksi tanam kelor ternyata tidak cuma dilakukan instansi teknis terkait tetapi juga dinas lain di  lingkup Pemerintah Provinsi (Pemprov)  NTT.

Satu di antaranya Dinas Pariwisata Provinsi NTT yang menanam 1.000 anakan kelor di halaman gedung kantor tersebut. Mereka mengubah halaman belakang kantor itu  menjadi kebun kelor. Lahan yang semua kosong kini ada tanaman hijau kaya nutrisi.

Lembaga perguruan tinggi pun tidak tinggal diam. Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang menyambut baik rencana Pemprov NTT membangun kerja pengembangan kelor. Direktur Politani Kupang, Ir. Thomas Lapenangga, MSi menjelaskan,  pihaknya tengah melakukan konsolidasi internal dengan para dosen dan pimpinan jurusan untuk merajut kerja sama tersebut.

Kita mengapresiasi kegairahan semacam ini. Menanam kelor di halaman kantor yang kosong kiranya bisa menjadi inspirasi bagi instansi lainnya serta masyarakat agar dapat  memanfaatkan setiap jengkal tanah untuk kelor. Tanaman lokal tersebut tidak rewel. Tidak butuh perawatan rumit dan berbiaya tinggi. Kondisi iklim Nusa Tenggara Timur umumnya cocok untuk kelor.

Semangat ramai-ramai menanam kelor hendaknya perlu dijaga dan dipertahankan. Tugas pemerintah untuk mengatur sedemikian rupa agar gerakan ini tidak sekadar menanam tetapi sampai proses akhir kelor yang banyak khasiatnya itu benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Flobamora.

Sejauh ini kita belum mendapat jawaban serta gambaran  yang memadai kira-kira apa yang akan dilakukan pemerintah  daerah  ketika gerakan menanam kelor berhasil.

Produksi kelor yang berlimpah nantinya jangan sampai justru tidak memberi nilai tambah apapun secara ekonomis bagi masyarakat yang sudah berjerih lelah menaman. Artinya tidak sebatas mengajak tanam lalu habis perkara. Setelah tanam lalu apa? *

Sumber: Pos Kupang, 17 Oktober 2018 halaman 4

Kembalikan Kejayaan Kabupaten Sikka

HARI yang akan menjadi pusat perhatian rakyat Kabupaten Sikka sudah tiba.  Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos, M.Si atau akrab dengan sapaan Roby Idong dan Romanus Woga, BA menjadi Bupati dan Wakil Bupati akan dilantik Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT),  Viktor Bungtilu Laiskodat, S.H, M.Si, di Aula Fernandez Kantor Gubernur NTT, Jalan El Tari Kupang, Kamis (20/9/2018) ini.

Keduanya akan menahkodai Kabupaten Sikka periode 2018-2023. Roby Idong dan Romanus Woga meraih suara terbanyak dalam Pilkada Sikka 27 Juni 2018.

Pasangan yang maju dari jalur independen ini meraih dukungan  63.039 suara disusul pasangan calon Alexander Longginus-Fransiskus Stefanus Say 49.690 suara dan pasangan  Yoseph Ansar Rera-Rafael Raga 44.467 suara. Roby-Romanus menjadi  pasangan kepala daerah pertama hasil Pilkada 2018 di NTT yang dilantik Gubernur Viktor Laiskodat. Sementara sembilan daerah lainnya akan menyusul.

Setiap kali momen pelantikan pasangan kepala daerah kita selalu mengingatkan kembali mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang mereka.

 Kepala daerah antara lain bertugas memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD. Memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat. 

Kepala daerah pun memiliki sejumlah kewenangan semisal mengajukan rancangan Perda, menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD, mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat dibutuhkan oleh daerah dan atau masyarakat serta melaksanakan wewenang lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Singkat kata di tangan kepala daerah dan wakil kepala daerah masyarakat berharap  akan hadirnya kesejahteraan.

Bagaimana Kabupaten Sikka?  Selama lima tahun ke depan seluruh rakyat  Sikka menyandarkan harapan mereka pada Bupati Roby Idong dan Wakil Bupati Romanus Woga. Pasangan orang muda dan tokoh berpengalaman ini diyakini mampu membuat terobosan sehingga Kabupaten Sikka lebih cepat maju dibandingkan daerah lainnya. Rakyat Sikka lebih sejahtera lahir dan batin.

Jujur mesti dikatakan bahwa Sikka memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang luar biasa. Namun, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara baik sehingga Sikka pun menjadi kabupaten yang biasa-biasa saja. Hampir tidak ada yang menojol dari wilayah itu.

 Bahkan kalah pamornya dibandingkan nam Sikka di masa lalu yang menjadi pioner dalam berbagai bidang pembangunan. Untuk basmi rabies pun Sikka seolah tak berdaya sampai sekarang.  Letak geografisnya yang stategis di jantung Pulau Flores pun tidak dioptimalkan.

Pelabuhan Lorens Say dan Bandara Frans Seda, misalnya,  cenderung sepi belakangan ini. Geliat ekonomi berjalan biasa-biasa saja. Sikka pernah berjaya dan semoga pemimpin yang baru ini bisa mengembalikan kejayaan itu. Selamat bekerja bupati dan wakil bupati Sikka. *

Sumber: Pos Kupang 20 September 2018 hal 4

Energi Positif Asian Games 2018

PRESIDEN Dewan Olimpiade Asia (OCA) Ahmad Al-Fahad Al-Sabah ketika menutup Asian Games 2018 Jakarta-Palembang di Stadion Utama Gelora Bung Karno,  Minggu (2/9/2018) malam beberapa kali mengucapkan kata yang sangat menyentuh. "Indonesia, kalian hebat! Indonesia, kami cinta kalian.''

Ucapan  Presiden OCA tersebut disambut aplaus meriah ratusan ribu orang yang memenuhi Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta. Jutaan penonton televisi Indonesia  yang menyaksikan siaran langsung penutupan Asian Games   ikut merasa bangga dengan sanjungan Presiden OCA.

Indonesia sukses menjadi tuan rumah pesta olahraga bangsa-bangsa Asia yang bergulir sejak  18 Agustus 2018. China yang kali ini kembali menjadi juara umum akan menjadi  tuan rumah Asian Games empat tahun mendatang, tepatnya di Hangzhou, Provinsi Zhejiang.

Pujian Presiden OCA kiranya tidak berlebihan. Masyarakat internasional mengakui kita sukses menjadi tuan rumah Asian Games 2018. Sangat minim komplain atau keluhan dari para tamu yang datang dari 45 negara.  Banyak pemimpin dunia memuji  termasuk  Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), Thomas Bach.

 Bach bahkan mengatakan, dengan menutup sejumlah kekurangan saat Asian Games 2018,  Indonesia layak menawarkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade musim panas 2032. Bach salut atas antusiasme masyarakat Indonesia terhadap olahraga. Kesan positif ini menjadi modal lebih bila Indonesia serius  mengajukan diri sebagai tuan rumah Olimpiade.

Prestasi atlet  Indonesia juga luar biasa di Asian Games 2018. Mereka memenuhi target  10  besar bahkan meraih posisi empat besar berkat perolehan  98 medali yang terdiri dari 31 emas, 24 perak dan 43 perunggu. Perolehan medali emas hampir dua kali lipat dari target. Berada di urutan keempat setelah China, Jepang dan Korea Selatan merupakan prestasi terbaik anak-anak Indonesia sepanjang sejarah keikutsertaannya di ajang Asian Games.

Asian Games 2018 telah melahirkan energi positif bagi bangsa Indonesia dan Asia. Kita membuktikan kepada seluruh bangsa Asia dan juga dunia bahwa  kita mampu menjadi tuan rumah yang ramah, santun dan memberikan pelayanan terbaik bagi para atlet dan ofisial peserta Asian Games 2018.

Seluruh komponen bangsa telah memberikan kontribusi positif. Mereka bahu- membahu bersama  panitia dan segenap jajaran  pemerintah menyukseskan pesta olahraga empat tahunan ini baik di Jakarta maupun Palembang. Momentum ini perlu kita jaga agar terus mewarnai kehidupan kita sebagai sesama anak Indonesia.

Dari sisi prestasi,  pencapaian Asian Games tahun 2018 tidak mudah dipertahankan. Empat tahun lagi iklim kompetisinya berbeda. Hal ini merupakan pekerjaan rumah bagi pengurus, pembina dan pelatih cabang olahraga. Dan, tentu bagi atlet sendiri. Tidak boleh berpuas diri. Tetaplah menjadi atlet yang disiplin dan tekun berlatih.*

Sumber: Pos Kupang 4 September 2018 hal 4

Kabar Pilu dari Tanah Merah

KABAR pilu datang dari Tanah Merah. Bentrokan yang melibatkan sekelompok masyarakat dari Desa Oebelo dan Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang kembali terjadi pada Kamis (23/8/2018) petang. Insiden kekerasan itu menimbulkan korban jiwa luka-luka. Air mata duka tumpah lagi.

Dua kubu menggunakan benda keras dan senjata tajam. Para korban umumnya mengalami luka potong, terkena anak panah dan tembakan senjata rakitan dan senapan angin.

Sampai kemarin suasana di lokasi kejadian masih mencekam. Bahkan hampir terjadi aksi susulan. Untung aparat keamanan bertindak cepat sehingga mampu meredam bentrokan dalam skala yang lebih luas.

Kita turut berduka bersama keluarga korban yang meninggal dunia. Kita berharap mereka yang luka-luka segera pulih. Kita prihatin dan sedih karena peristiwa kekerasan itu bukan yang pertama.

Menurut catatan Pos Kupang,  kejadian dua hari lalu merupakan yang keenam sejak tahun 2005. Data tersebut berdasarkan pemberitaan Pos Kupang. Boleh jadi ada kejadian yang luput dari pantauan media.

Hampir semua bentrokan sejak tahun 2005 selalu menimbulkan korban manusia dan harta benda. Bakar rumah bahkan disertai pengungsian. Pemicu awal kerap masalah sepele tapi berlanjut penganiayaan serta bentrokan kelompok.

 Dampak psikologisnya pun tak terkira. Ada dendam kesumat. Fakta sosial tersebut  tidak bisa disembunyikan. Bayangkan, sudah lebih dari sepuluh tahun tapi  perdamaian belum sungguh membumi di Tanah Merah dan Oebelo. Ada apa gerangan?

Kita tiada henti  mengajak para tokoh masyarakat, tokoh agama dan pemimpin pemerintah setempat  agar menempuh langkah yang lebih sungguh guna mengakhiri konflik sosial berkepanjangan itu. Cari akar masalah  sebenarnya dan berikan solusi yang tepat. Kejadian berulang mencerminkan bahwa masalah sesungguhnya belum tuntas. Yang diselesaikan selama ini hanya reaksi permukaan.

Tidak cukup pendekatan hukum semata.Yang bersalah untuk kasus kekerasan hingga menimbulkan korban jiwa memang perlu mendapat hukuman. Namun, itu bukan satu- satunya solusi. Pemerintah hendaknya mengajak tokoh masyarakat kedua daerah itu serta tokoh kunci lainnya duduk bersama membahas masalah ini secara terbuka dalam spirit rekonsiliasi menuju penyelesaian final berjangka panjang. Bukan sekadar reaksi atas insiden dua hari lalu.


Para wakil rakyat baik di lembaga DPRD Kabupaten Kupang maupun DPRD Provinsi NTT kiranya tidak berpangku tangan. Bapak dan ibu  jangan hanya sibuk tebar pesona setelah  mencalonkan diri  lagi untuk Pileg 2019. Tidak cukup sekadar berkata-kata.

Segera bertindak melalui aksi konkret guna memberikan solusi terbaik mengakhiri konflik di Tanah Merah Oebelo. Korban sudah banyak berjatuhan. Tega nian jika tidak memberikan perhatian.

Menciptakan perdamaian di Tanah Merah-Oebeo hendaknya menjadi atensi pemimpin baru Kabupaten Kupang. Juga Gubernur dan Wakil Gubernur NTT terpilih. *

Sumber: Pos Kupang 25 Agustus 2018 hal 4

Aura Positif Joni Kala

Joni Kala dan Jokowi
Siswa Kelas VII SMP Negeri Silawan, Kabupaten Belu,  Yohanes Ande Kala (14) mendadak terkenal pasca aksi heroiknya memanjat tiang bendera setinggi 15 meter untuk membetulkan tali yang putus dan pengait tersangkut.  Dalam sekejap bocah yang akrab disapa Joni itu menjadi buah bibir masyarakat Indonesia.

Mengenakan  seragam putih biru, tanpa sabuk pengaman, ia memanjat  tiang bendera dari pipa pada peringatan HUT ke-73 RI di  lapangan Mota'ain, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, NTT, Jumat 17 Agustus 2018.

Joni sempat berhenti di pertengahan tiang. Beberapa orang berteriak  memintanya turun namun ia tetap semangat  memanjat hingga mencapai ujung tiang bendera.  Tiang bendera sempat melengkung oleh beban tubuhnya. Setelah sukses membenahi ujung tali, Joni pun meluncur  turun. Tepuk tangan membahana.

Sejak hari  itu nama Joni Kala viral di media sosial. Terkenal ke seantero negeri. Dia dan orangtuanya langsung diundang ke Jakarta menemui para petinggi negara. Joni bersua para menteri, antara lain Menpora Imam Nahrawi, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menko Polhukam Wiranto, Menko Kemaritiman Luhut Binsar  Panjaitan dan  bertemu Presiden Jokowi serta Wapres Jusuf Kalla.

Joni Kala  pun  kebanjiran rezeki. Dia mendapat beasiswa dan uang. Tempat tinggalnya di Dusun Halimuti,  Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto  Timur Belu, diperbaiki. Perhatian tersebut datang dari sejumlah pihak, di antaranya manajemen  PT PLN (Persero), Kemenpora, Panglima TNI, Kapolda NTT, Pemerintah Provinsi NTT dan pengacara kondang Hotman Paris Hutapea.

Joni Kala dielu-elukan. Banyak yang menyebutnya sebagai pahlawan. Tidak berlebihan memang sebab anak itu melakukan secara spontan. Bukan diperintah atau dipaksa.  Dia langsung bergerak  ketika mendengar ada masalah di tiang bendera. Padahal saat itu dia sedang sakit perut.

Berkat keberaniannya upacara bendera yang sempat terganggu bisa berjalan sampai tuntas. Bendera Merah Putih pun berkibar di Lapangan Mota'ain --daerah tapal batas antara Indonesia dengan Timor Leste. Beranda  NKRI!

Kepolosan dan spontanitasnya melahirkan simpati, respek dan hormat. Si bocah Joni Kala menebarkan aura positif pada momentum yang tepat, di kala kita menghadapi banyak tantangan dan godaan yang dapat mencederai rasa sebagai satu bangsa, bangsa Indonesia yang bhineka. Joni  mengingatkan kita untuk merawat dan menjaga agar Merah Putih terus berkibar dan NKRI tegak berdiri selamanya.

Sisi lain yang tak kalah penting adalah perhatian tidak sebatas pada Joni dan keluarganya. Tengok dan bangun sungguh-sungguh daerah perbatasan negeri ini, baik yang berbatasan dengan Timor Leste, Malaysia dan Australia maupun Papua Nugini.

Ketika tapal batas kita posisikan sebagai beranda NKRI, maka pembangunan mestinya menjadi prioritas utama. Rakyat di perbatasan harus maju, modern dan sejahtera. Fakta memperlihatkan kehidupan mereka jauh dari makmur.  Infrastruktur dasar umumnya belum memadai. Masih ada yang terisolir, sulit mendapatkan air bersih, fasilitas kesehatan dan komunikasi.

Aura positif Joni Kala hendaknya berlanjut pada ikhtiar membangun negeri ini secara adil dan merata dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote. Semoga. *

Sumber: Pos Kupang 20 Agustus 2018 hal 4

Prestasi Tetangga NTT Jauh Lebih Baik

DULU  Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan gudang atlet atletik. Juara nasional bahkan juara Asia datang dari provinsi ini. Sebut  beberapa sebagai contoh kisah sukses.

Welmince Adolfina Sonbay.  Tahun 1981 saat dia masih SD meraih medali perak PON X di nomor lari 3.000 meter puteri. Saat upacara penutupan, Presiden Soeharto menggendongnya.

Peristiwa yang sama terulang pada tahun itu juga. Welmince meraih medali perunggu Asian Games di Filipina sekaligus memecahkan rekor nasional 3.000 meter puteri atas nama Starlet.

Lagi-lagi si kecil ini digendong Presiden Marcos. Tiga tahun kemudian pada ajang yang sama Welmince yang masih duduk di bangku SMP kembali merebut medali di Korea Selatan.

Eduardus Nabunome adalah nama besar dari NTT. Dia pemegang 14 rekor nasional (rekornas)   lari. Sampai sekarang lima nomor di antaranya belum terpecahkan. Bahkan di tingkat ASEAN, rekor maraton SEA Games masih milik anak Timor itu.  Rekor Edu sudah bertahan selama 27 tahun.  NTT tidak hanya punya dua legenda ini.  Masih ada nama lain seperti Anton Falo, Osias Kamlasi dan  Oliva Sadi.

Namun, harus diakui secara jujur bahwa setelah masa kejayaan Welmince dan Nabunome, belum ada lagi pelari asal NTT yang mencetak prestasi fenomenal. Belum muncul generasi penerus yang lebih muda setelah Oliva Sadi,  Fery Subnafeu, Mery Paijo, Afriana Paidjo.

Hari-hari ini kita tersentak kaget menyadari betapa tetangga sebelah rumah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dulu tidak masuk hitungan di cabang atletik, sekarang sudah memiliki seorang juara dunia.

Juara dari nomor lari bergengsi 100 meter yang diraih Lalu Muhammad Zohri.  Zohri meraih medali emas nomor lari 100 meter dengan catatan waktu 10,18 detik pada Kejuaraan Dunia Atletik U-20 di Tempere, Finlandia, 11 Juli 2018.

Prestasi Zohri membuka mata Indonesia betapa NTB sejak lama mempersiapkan atlet atletik mereka dengan baik. Mereka fokus dan sangat serius  membentuk atlet berprestasi di cabang atletik. Hasilnya luar biasa. Langsung menjadi juara dunia!

Langkah tetangga mestinya melecut semangat pengurus PASI, KONI, pemerintah  daerah serta seluruh komponen masyarakat yang peduli pada olahraga untuk berbenah. Kembalikan NTT sebagai gudang atlet atletik nasional.

Dalam spirit itulah kita memberi apresiasi tinggi kepada manajemen Naga Timor Sport Club yang sampai saat ini  konsisten dan setia membina atlet atletik di daerah ini. Bekerja sama dengan Harian Pagi Pos Kupang, klub Naga Timor akan menyelenggarakan lomba lari 5K di Kota  Kupang, 11 Agustus 2018.

Lomba lari ini mengusung konsep berbeda dengan kegiatan serupa sebelumnya. Kali ini peserta lomba adalah khusus untuk usia 13-16 tahun. Sifatnya tidak semata olahraga tetapi ada pesan edukatif.

Dari lomba ini diharapkan lahir para juara usia muda seperti Delvita Bakun yang kini sudah menjadi atlet nasional. Poinnya adalah memberi ruang kepada anak-anak NTT kembali menekuni olahraga membanggakan ini.*

Sumber: Pos Kupang 20 Juli 2018 hal 4

Aplikasi Si Karang 13

DINAS Pemadam Kebakaran (Damkar)  Kota Kupang melakukan terobosan yang sejalan dengan spirit menjadikan Kupang sebagai Smart City. Demi  mengurangi dan menekan informasi bohong atau hoax tentang kebakaran di Kota Kupang, Dinas Pemadam Kebakaran akan meluncurkan Aplikasi Si Karang 13.

Si Karang 13 merupakan aplikasi berbasis android yang digunakan untuk melaporkan informasi kebakaran yang terjadi secara akurat kepada pihak Damkar yang memantau dari pusat kontrol di Markas Damkar.

Kepala Bidang Penanggulangan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Kupang, Johanes Bell, ST, MT mengungkapkan, selama ini petugas Damkar kerap menerima telepon atau laporan bohong dari masyarakat mengenai  kebakaran. Informasi hoax semacam itu menimbulkan keragu-raguan bagi petugas untuk bertindak cepat mengatasi kebakaran.

Johanes yang merupakan ketua tim kerja aplikasi Si Karang 13 ini mengungkapkan, dengan aplikasi tersebut masyarakat dapat memperoleh banyak manfaat. Selain untuk membuat laporan kebakaran secara cepat, realtime dan tepat, juga ada berbagai fitur penting lainnya terkait kebakaran.

Ada sosialisasi tentang tindakan preventif mencegah kebakaran, informasi tentang data dan tren kebakaran di Kota Kupang, data jalur tercepat dan posisi satuan Damkar serta informasi penting lainnya terkait Dinas Damkar Kota Kupang.

Aplikasi Si Karang 13 juga diproyeksikan untuk meningkatkan response  time Damkar dari 15 menit menjadi 13 menit saja.

Dengan menggunakan  aplikasi ini,  petugas Damkar akan lebih cepat tiba lokasi kebakaran karena aplikasi Si Karang 13  menunjukkan jalur tercepat dari markas Damkar menuju tempat kejadian perkara.

Warga Kota Kupang tentu menyambut gembira aplikasi tersebut. Di zaman digital sekarang keberadaannya sudah menjadi kebutuhan.Yang kita harapkan adalah sikap konsisten dan displin petugas Damkar Kota Kupang menanggapi laporan dari  masyarakat.

Jangan sampai terjadi warga  Kota Kupang sudah melapor dengan cepat dan tepat menggunakan aplikasi Si Karang 13 tetapi tanggapan dari petugas Damkar masih sama dengan kondisi sebelumnya. Poinnya kembali pada sikap profesionalisme  petugas Damkar. Apapun alatnya,   faktor manusia tetap sangat menentukan.

Problem lain yang juga perlu dibenahi adalah sarana dan prasarana pendukung. Menurut pandangan kita armada mobil Damkar di kota ini perlu ditambah jumlahnya mengingat permukiman penduduk, kawasan pusat perbelanjaan, hotel dan sebagainya tumbuh kian subur di Kota Kupang.

Armada yang ada saat ini pun sudah termakan usia sehingga tidak gesit dan tangguh lagi melahap medan dalam kota manakala terjadi musibah kebakaran. Akhirnya tidak kalah penting pelatihan bagi petugas Damkar. Mereka butuh pengetahuan baru dan keterampilan mereka harus terus diasah agar tetap profesional dalam menjalankan tugasnya. *

Sumber: Pos Kupang 12 Juli 2018 hal 4

Menguji Kesabaran Kesebelasan Milenial


Harry Kane
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM - St. Petersburg, kota pelabuhan yang eksotik di tepi Sungai Neva dan Teluk Finskiy ternyata meninggalkan luka di hati Lukaku. Bikin Kevin de Bruyne meringis dan Eden Hazard meradang pada Selasa malam 10 Juli 2018. Belgia baru sebatas kembang penyegar, bukan pahlawan bagi negaranya musim ini.

Berakhir sudah petualangan Si Merah. Prancis menang dengan sebiji gol Samuel Umtiti untuk meraih satu kursi terhormat di partai Final Piala Dunia 2018 tanggal 15 Juli nanti. Didier Deschamps berada sejengkal lagi untuk mencetak sejarah sebagai orang ketiga di planet ini yang sukses sebagai pemain dan pelatih di ajang World Cup.

Umtiti melengkapi kepiawaian bek timnas Prancis yang mencetak gol selama putaran Final Piala Dunia 2018 bersama Benjamin Pavard dan Raphael Varane. Ini kali pertama tiga bek Prancis mencetak gol setelah tahun 1998.



Tahun ini untuk ketiga kalinya Les Bleus mencapai babak final setelah Piala Dunia 1998 dan 2006. Rekor itu sudah selevel dengan Belanda yang tahun ini absen di Rusia. Deschamps menjadi pelatih Prancis pertama yang meraih dua kali final pada turnamen besar yaitu Final Piala Eropa 2016 dan Final Piala Dunia 2018.

Menghadapi Belgia yang bertaburan pemain bintang, Didier Deschamps kembali ke watak dasarnya sebagai gelandang bertahan. Prancis tidak obral serangan ofensif sebagaimana pada pertandingan-pertandingan sebelumnya.

Paul Pogba dan kolega lebih santai. Tidak terburu-buru menusuk ke jantung pertahanan Belgia yang memang rapat dan padu. Statistik FIFA menunjukkan, Belgia lebih banyak menguasai bola dengan persentase mencapai 64 persen.

Menghadapi Belgia, Selasa malam 10 Juli 2018 atau Rabu dini hari 11 Juli 2018 waktu Indonesia, Prancis cenderung defensif. Itulah yang membuat trio Belgia, Eden Hazard, Thibaut Courtois dan Kevin De Bruyne meradang. Kesal tak terkira.

"Saya lebih memilih kalah dengan tim Belgia ini daripada menang dengan cara Prancis," kata Hazard seperti dikutip Kompas.com dari Metro, Rabu (11/7/2018).

Hal serupa diungkapkan kiper Belgia, Courtois. "Prancis menerapkan sepakbola negatif. Saya tidak pernah melihat ada seorang striker sangat jauh dari gawang lawan," kata Courtois. "Menurut mereka itu adalah cara bermain yang benar, tetapi itu tidak enak dilihat," tambah kiper Chelsea tersebut.

Kevin De Bruyne agak diplomatis dengan mengatakan sudah terbiasa bermain melawan tim yang selalu bertahan saat membela Manchester City. "Apakah saya terganggu dengan permainan Prancis? Tidak, saya bermain di Man City dan saya sudah sering melawan tim yang bermain 90 persen bertahan. Inilah sepakbola, dan yang membedakan adalah gol," ucap De Bruyne.

Belgia gagal menciptakan gol. Begitulah faktanya. Prancis lebih beruntung. Meskipun lebih banyak menciptakan peluang dalam 19 percobaan, gol Prancis justru tercipta dari sepakan bola mati. Bermula dari sepak pojok, sundulan Samuel Umtiti pada menit ke-51 sudah cukup memulangkan Belgia lebih lekas.

***

KINI mari kita beralih ke babak semifinal berikutnya Rabu 11 Juli 2018 malam ini atau Kamis (12/7/2018) dini hari Wita. Inggris kontra Kroasia. Dua tim yang sebenarnya tidak begitu difavoritkan penggemar bola sejagat mengingat performa mereka belakangan ini.

Tak dinyana Inggris dan Kroasia sudah melangkah sedemikian jauh di Rusia dan berhak merebut satu kursi untuk meladeni Prancis di babak Final Piala Dunia 2018.

Bagi Inggris, berada di babak semifinal merupakan sesuatu yang membanggakan.  Terakhir mereka mencapai level itu pada tahun 1990. Selebihnya langkah terbaik pasukan Tiga Singa adalah babak perempafinal.

Dalam dua turnamen besar terakhir yakni Piala Dunia 2014 dan Piala Eropa 2016, Inggris malah meraih hasil mengecewakan.

Pada putaran Final Piala Dunia 2014 tim berjuluk The Three Lions ini terhenti di fase grup. Dua tahun berselang, pada ajang Piala Eropa, tim Tiga Singa pun tersingkir di babak 16 besar. Inggris bahkan kalah melawan tim debutan dari negara kecil di Eropa, Islandia.

Kegagalan Inggris dua tahun silam melengkapi berakhirnya era kejayaan sejumlah nama besar yang pernah menghiasi percaturan sepakbola Eropa dan dunia. Pelatih Roy Hodgson tinggalkan kursi pelatih timnas Inggris. Steven Gerrard, Frank Lampard, Michael Carrick, Jermain Defoe, James Milner, dan Wayne Rooney pun mengumumkan pensiun dari timnas Inggris.

Pelatih baru Gareth Southgate menata ulang tim Inggris yang lebih segar. Mereka terbilang anak-anak milenial seperti Jesse Lingard, Marchus Rashford dan Ashley Younh (Manchester United), Harry Kane dan Delle Ali (Tottenham Hotspur), Raheem Sterling dan John Stones (Manchester City), Jordan Pickford (Everton), Harry Maguire (Leicester), Jordan Henderson (Liverpool) dan lainnya.

Kapten timnas Inggris Harry Kane usianya baru memasuki 25 tahun pada 28 Juli 2018 nanti. Tapi kematangan dan ketenangannya sebagai pemimpin di lapangan sudah terbukti. Dia juga pencetak gol paling subur sejauh ini di putaran Final Piala Dunia 2018. Gelar top scorer Piala Dunia 2018 kemungkinan besar menjadi miliknya.

Bermaterikan hampir 90 persen pemain muda usia, Inggris 2018 pantas disapa sebagai kesebelasan milenial. Hebatnya lagi mereka tidak bernaung di bawah bayang-bayang pemain bintang. Misalnya dibandingkan dengan timnas Inggris pada era David Beckham, Michael Owen, Steven Gerrard dan Wayne Rooney.

Pemain Inggris yang bisa disebut bintang saat ini hanyalah Harry Kane seorang. Yang lainnya biasa-biasa saja. Nama mereka tenggelam oleh kebesaran legiun asing yang merajai klub-klub terbaik Liga Inggris.

Justru karena itulah Inggris 2018 bermain lebih rileks alias tanpa beban sejak fase grup. Mereka memperlihatkan diri sebagai anak-anak milenial Britania yang mampu menyihir dan memabukkan lawan.

Mungkin Kroasia menjadi korban berikutnya sekaligus membawa Inggris ke final di Moskwa. Kuncinya adalah kesabaran serta kerja tim yang kompak. Pelatih Gareth Southgate kiranya sudah tahu apa yang akan diraciknya.

Satu yang pasti Inggris tidak memandang rendah lawannya. Inggris tahu betul bahwa Kroasia merupakan lawan paling tangguh dari Eropa Timur. Krosia mencapai hasil luar biasa di Rusia 2018 bila acuannya adalah perjuangan mereka di babak kualifikasi. Terakhir negeri itu mencapai babak semifinal pada putaran Final Piala Dunia 1998 di Prancis.

Timnas Kroasia mendapatkan tempat pada gelaran Piala Dunia 2018 setelah mengalahkan Yunani pada babak play-off kualifikasi zona Eropa dengan agregat 4-1. Mereka harus melalui play-off karena kalah bersaing dengan Islandia yang pada babak penyisihan Grup 16 Juni 2018 lalu membuat pusing kepala Lionel Messi dkk dalam laga yang berakhir 1-1.

Dari sisi kematangan tim jelas milik Kroasia. Pelatih Zlatko Dalic mempunyai pemain dengan kemampuan merata di semua lini. Mulai dari Danijel Subasic di bawah mistar hingga tukang jebol gawang Mario Mandzukic.

Ivan Strinic, Domagoj Vida, Dejan Lovren dan Sime Vrsaljko merupakan pilar pertahanan yang sangat solid. Di lapangan tengah, ada jenderal inspirator Luka Modric. Modric begitu padu menjaga irama permainan bersama Ivan Rakitic, Ivan Perisic, Ante Rebic dan Andrej Kramari. Aksi para gelandang Kroasia akan sangat merepotkan Inggris.

Jangan lupa Kroasia adalah reinkarnasi Yugoslavia, nama besar dari timur Eropa yang selalu diperhitungkan lawan dalam ajang Piala Dunia sejak tahun 1930 hingga 1990. Yugoslavia sudah berakhir gara-gara perang Semenanjung Balkan yang melahirkan sejumlah negara baru termasuk Kroasia sekarang. Tradisi sepakbola di negeri itu sudah berakar lama dan membumi.

Setelah terhenti di babak semifinal tahun 1998, mungkin tahun ini saatnya Kroasia melaju ke grandfinal untuk menghadapi Prancis yang juara di kandangnya sendiri 20 tahun silam. Jika sudah di final laju Kroasia bisa tak tertahankan.

Panggung Rusia 2018 berpeluag melahirkan juara baru. Bukan mustahil pula Dewi Fortuna memihak anak-anak milenial Inggris, negeri asal leluhur bola yang sudah menanti pesta sangat lama sejak 1966. Selamat menonton.  (*)

Orang Ketiga Bernama Didier Claude Deschamps



Didier Deschamps
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG. COM - Prancis beruntung memiliki anak bola bernama Didier Claude Deschamps. Pria kelahiran Bayonne, 15 Oktober 1968 tersebut sejauh ini selalu mempersembahkan yang terbaik dari ladang bola demi keharuman bangsa dan negara.

Didier Deschamps memang tak setenar Zinedine Zidane. Apalagi dibandingkan si flamboyan Eric Cantona dan anak ganteng David Ginola. Tapi hanya dia pekerja cerdas di tubuh Les Bleus. Tangguh dan efektif sebagai gelandang bertahan bahkan cukup sering berubah peran sebagai libero.

Dengan daya jelajah yang tinggi, Deschamps melayani dengan sungguh rekan- rekannya. Itulah sebabnya Pelatih Prancis 1998, Aime Jacquet lebih memilih dia ketimbang Cantona dan Ginola.



Dia bagian dari kisah sukses generasi emas Prancis kala merebut trofi Piala Dunia 1998 setelah menekuk tim unggulan Brasil di final. Deschamps bersinar bersama koleganya si botak Fabien Barthez, Marcel Desailly, Laurent Blanc, Bixente Lizarazu, Zinedine Zidane, Lilian Thuram, Emanuel Petit, Thiery Henry, dkk. Tim yang sama pun berjaya di Piala Eropa 2000.

Bagi Prancis, Didier Deschamps yang bermain sebanyak 103 kali untuk timas dan mencetak 4 gol adalah legenda. Nama besar yang akan terkenang selalu.

Dibanding rekan seangkatanya seperti Laurent Blanc dan Zidane, Didier Deschamps tercatat paling sukses menjadi pelatih baik di klub maupun tim nasioal (timnas).

Keberhasilannya sebagai pelatih terlihat sejak ia membawa klub AS Monaco menjadi runner-up Liga Champions Eropa pada tahun 2003. Ia pun sukses membantu bekas klubnya Juventus kembali ke Serie A Italia serta mengantar Marseille juara Liga Prancis hingga akhirnya dipercayakan Federasi Sepakbola Prancis sebagai pelatih timnas tahun 2012.

Didier Deschamps menangani Les Bleus setelah tampil ngos-ngosan di ajang Piala Eropa 2012. Tugas berat dia pada waktu itu adalah mempersiapkan tim untuk Piala Dunia 2014 di Brasil. Dalam berbagai keterbatasan, Didier bisa membawa tim asuhannya bertahan sampai babak perempatfinal. Empat tahun lalu, langkah Prancis dihentikan Jerman yang akhirnya keluar sebagai juara dunia.

Sejak kegagalan di Brasil tersebut, Deschamps melakukan peremajaan pemain. Dia memberi kesempatan lebih besar kepada talenta muda seusia Paul Pogba. Terbukti polesan tangan dinginnya membuahkan hasil.

Selain faktor tuan rumah, Prancis tampil trengginas hingga lolos ke babak grandfinal Piala Eropa 2016. Sayang seribu sayang kala itu Paul Pogba, Olivier Giroud dan Antoine Griezmann dkk kalah melawan Portugal.

Tren kinerja kepelatihan Didier Deschamps bersama pasukan mudanya menjulang positif. Kini mereka sudah berada di babak semifinal Piala Dunia 2018 setelah menyingkirkan tim-tim yang lebih diunggulkan.

Prancis 2018 memiliki peluang besar untuk mengulang sukses 1998. Banyak pemain hebat di tim Deschamps. Sebut misalnya Kylian Mbappe, Ousmane Dembele, Benjamin Pavard dan Nabil Fekir. Mereka merupakan talenta muda berbakat yang bakal terus bersinar.

Selama di Rusia 2018 Deschamps cenderung memakai formasi 4-2-3-1. Kemungkinan skema yang sama bakal dia pakai melawan Belgia, Selasa (10/7/2018) malam atau Rabu (11/7/2018) dini hari Wita.

Paul Pogba dan N'Golo Kante merupakan kunci kekuatan lini tengah Prancis. Ada yang melukiskan peran Kante sebagai mesin perebut bola dan pemutus rantai serangan lawan. Sedangkan Pogba cerdas melihat arah permainan dan mampu mengelolanya dengan apik untuk menghasilkan peluang manis.

Didier Deschamps percaya kekuatan dan kecepatan Mbappe dan serta kelincahan Griezmann akan merepotkan lawan. Apalagi dibantu Olivier Giroud yang bisa hadir mengejutkan dari lini kedua.

Sejarah Piala Dunia mencatat baru dua orang yang pernah memenangi Piala Dunia dalam perannya sebagai pemain dan pelatih, yaitu Mario Zagallo (Brasil) dan Franz Beckenbauer (Jerman). Didier Deschamps berpeluang menjadi orang ketiga bila tahun 2018 ini dia sukses membawa Prancis meraih trofi Piala Dunia di Rusia.

Langkah ke sana terbuka lebar. Malam ini mantan pemain klub Nantes, FC Girondins de Bordeaux, Olympique de Marseille, Juventus, Chelsea dan Valencia ini harus mengalahkan Belgia.

Sanggupkah Prancis? Sulit menjawabnya karena Belgia pun sedang on fire dan memiliki pemain bintang dari kiper hingga striker. Di atas kertas Belgia jelas kurang diunggulkan dan ini menguntungkan. Mereka siap meledak untuk menghentikan langkah Prancis menuju trofi Piala Dunia yang kedua.

Duel di Kota St Petersburg beberapa jam lagi pun akan sangat familiar bagi para pencinta Liga Primer di Indonesia lantaran banyak pemain dari kedua tim yang membela klub anggota liga utama Inggris.

Tercatat 11 pemain Belgia yang berkiprah di Liga Primer, dan lima pemain dari Prancis yang bermain di kompetisi paling meriah sejagat itu.

Kiper Belgia, Thibaut Courtois dan Kapten Belgia, Eden Hazard akan melawan rekannya di Chelsea, Ngolo Kante dan Olivier Giroud. Sedangkan gelandang Prancis Paul Pogba bakal bertarung melawan sobatnya di Manchester United, Romelu Lukaku dan Marouane Fellaini. Seru!

Kita berharap laga semifinal antara Prancis vs Belgia menghasilkan gol. Belgia sejauh ini sudah mengoleksi 14 gol dari lima pertandingan atau rata-rata 2,8 gol di setiap laga.

Tim asuhan Pelatih Roberto Martinez dibantu asistennya yang merupakan rekan seangkatan Didier Deschamps, Thierry Henry merupakan tim haus gol.  Belgia memiliki trisula piawai dalam diri  Eden Hazard, Romelu Lukaku dan Kevin de Bruyne.

Prancis yang sempat mandul di fase penyisihan grup, mulai membaik di babak knock-out dengan menggilas Argentina 4-3 dan Uruguay 2-0.

Dengan komposisi  tim yang relatif seimbang di semua lini, wajar bila Prancis lebih diunggulkan. Namun, sekali lagi perlu diingatkan bagi fans Les Bleus bahwa generasi emas Belgia yang bertabur bintang akan memberikan kejutan. Jangan- jangan Prancis menjadi korban berikutnya setelah Brasil. Selamat menonton. *

Sepenggal Kisah Ngongo dan Nganga


ilustrasi
Catatan Sepakbola Dion DB Putra

POS-KUPANG.COM – Langkah Brasil berakhir di Kazan Arena 6 Juli 2018 malam atau 7 Juli waktu Indonesia. Liukan goyang Samba tak sanggup mengalahkan tim bertabur bintang asal Eropa, Belgia. Selecao pulang sebelum babak Final Piala Dunia 2018. Takdir Neymar, Paulinho, Marcelino, Coutinho, Willian, Gabriel Jesus dan kolega hanya sampai di sini. Babak perempat final.

Banyak yang sedih, tak sedikit pula yang kecewa. Air mata tumpah di banyak tempat. Sumpah serapah, ungkapan getir sedih memenuhi linimasa media sosial. Dari musim ke musim rontoknya Brasil selalu menyembulkan kehebohan. Dunia terlanjur jatuh cinta pada tim Samba. Cinta dan air mata kerap seiring sejalan.

Jumlah penggemar Brasil terbesar sejagat raya. Maklum negara ini pemegang trofi Piala Dunia terbanyak yaitu lima kali. Selama pesta Rusia 2018 sudah ada korban nyawa gara-gara bakuolok mengenai kiprah tim Samba. Hukum psikologi idola hanya mau mendengar, melihat dan menerima yang baik-baik saja. Peribahasa bilang tahi kucing pun rasa cokelat.

Apa daya Brasil 2018 tak segarang Brasil 2002. Lagak cengeng, manja dan makan puji menyertainya. Bahkan cukup sering berpura-pura, bikin blunder dan sekadar ngongo dan nganga (baca: bingung alias tidak tahu mau melakukan apa) di mulut gawang lawan sebagaimana dikatakan pencintanya asal Kota Kupang, Pius Rengka.

Baca: Malam Bertabur Bintang di Kazan

Brasil memang sempat berjuang keras setelah tertinggal pada paruh pertama. Namun, secara taktikal Belgia lebih baik sehingga mampu mempertahankan keunggulan 2-1 sampai akhir laga. Belgia pantas berada di semifinal bersua juara 1998, Prancis yang menghentikan langkah menawan Uruguay 2-0. Habis sudah wakil Latin Amerika. Bumi Eropa milik Eropa. Juara dunia 2018 milik benua biru.

Sejumlah orang mengaitkan kegagalan Uruguay dengan absennya striker hebat Edinson Cavani yang cedera saat mereka memulangkan Cristiano Ronaldo dan rekan di babak 16 besar. Sesungguhnya ketidakhadiran Cavani hanya mengurangi daya gedor Uruguay, tetapi bukan itu musabab kekalahan.

Uruguay antiklimas. Penyakit semacam ini kerap melanda tim-tim solid ketika mengikuti kejuaraan bergengsi dalam kurun waktu lama. Setelah meraih hasil sempurna di fase grup dan gagah perkasa menekuk Portugal 2-1 di perdelapan final, Uruguay gagal merawat spiritnya ketika jalannya kompetisi makin menanjak. Melawan Prancis, Uruguay tampil jauh di bawah level terbaik mereka.

Luis Suarez dan kolega yang begitu solid pilar pertahanannya dengan noda hanya sekali kebobolan, mendadak longgar kala melawan Les Bleus. Amat mudah ditembus Antoine Griezmann, Giroud, Kylian Mbape dan Paul Pogba.

Gol serangan udara Varane cermin lemahnya koordinasi Caceres, Godin, Gimenez mengawal musuh. Blunder Musrela yang menghasilkan gol kedua Prancis melengkapi nasib tragis Uruguay. Luis Suaez selama 90 menit hanya berlari-lari kecil karena minimnya umpan matang dari sayap kiri, kanan apalagi assist manis dari blok tengah. Uruguay pantas tersisih.

***

MALAM ini , Sabtu 7 Juli 2018 air mata mungkin akan tumpah lagi di berbagai negeri termasuk di bumi Flobamora ketika Inggris bertempur melawan Swedia demi meraih satu jatah semifinal. Sebagai pusat rujukan liga terbaik dunia, timnas Inggris punya banyak fans. Saban pekan serunya Liga Utama Inggris menjadi tontonan penggemar bola sejagat. Dunia pun familiar dan mengenal nama-nama pemainnya.

Setelah menyingkirkan Kolombia, pasukan Gareth Southgate kini berada di jalur yang benar demi mengulang kejayaan 1966. Ada yang menyebut peluang Harry Kane dan kolega sangat besar untuk menjadi semifinalis lantaran “hanya” bersua Swedia. Tim medioker Eropa yang penggemarnya minim amat.

Jangan salah duga kawan. Swedia itu diam-diam ubi berisi. Mereka memiliki modal kuat untuk menjegal langkah Inggris. Penggemar Italia dan Belanda pasti belum lupa bahwa Swedialah yang memupus harapan tim kesayangan mereka lolos ke Piala Dunia 2018. Di babak kualifikasi zona Eropa, Swedia begitu dingin menghabisi kans Gli Azzuri dan tim Oranye Belanda.

Selama berkiprah di Rusia 2018, Swedia pun mengemas hasil meyakinkan. Sukses Emil Forsberg dkk menjuarai Grup F dengan menggeser Meksiko dan Jerman lalu menekuk Swiss tanpa perpanjangan waktu, merupakan peringatan serius bagi Inggris.

Sejak dulu Swedia selalu menjadi lawan tangguh bagi pasukan Tiga Singa. Selama 43 tahun atau sejak 1968 hingga 2011, Inggris tanpa kemenangan menghadapi Swedia. Dalam pertandingan kompetitif, Inggris bahkan cuma sekali unggul dari delapan pertemuan melawan Swedia.

Pertemuan terakhir mereka di turnamen besar adalah ajang Piala Eropa 2012. Kala itu the Three Lions menang dramatis 3-2 berkat gol Andy Carroll, Theo Walcott, dan Danny Welbeck. "Sebagian besar dari mereka menghormati kami,” kata striker Swedia, Marcus Berg seperti dilansir Reuters.

Buruknya rekor pertemuan Inggris vs Swedia diakui Gareth Southgate. Pelatih yang selalu tampil rapi itu tidak meremehkan Swedia. "Selama bertahun-tahun kita (Inggris) selalu meremehkan mereka (Swedia). Namun, Swedia melahirkan kisah mereka sendiri dan membuat sejarah. Kami tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi,” kata Southgate seperti dikutip Telegraph.

Swedia merupakan tim yang solid. Kinerja pilar pertahanan mereka sangat bagus. Dari empat laga yang sudah dijalani, Swedia hanya sekali kebobolan. Sejak fase grup sampai 16 besar, mereka cuma kemasukan gol saat kalah dari Jerman. Swedia sulit ditembus. Saat bertahan, para striker bisa menjadi bek. Begitu rapi tim ini melindungi kotak penalti dari serbuan lawan.

Sebaliknya, Inggris selalu kebobolan sejauh ini di Piala Dunia 2018. Gawang Jordan Pickford kemasukan masing-masing 1 gol saat melawan Tunisia, Panama, Belgia, dan Kolombia. Artinya Inggris mesti merapikan lini pertahanan mereka sambil menambah daya kreasi untuk menembus barikade Swedia demi menciptakan gol.

Harry Kane, Dele Ali, Raheem Sterling, Jesse Lingard, Kieran Trippier cs hendaknya tidak bosan menggempur. Jauhkan sindrom ngongo dan nganga di kotak penalti Swedia. Diperlukan beragam skenario yang efektif agar bisa mencetak gol dalam waktu 90 menit. Kalau sampai babak perpanjangan waktu dan adu penalti, nasib baik belum tentu memihak Inggris lagi.

Kapten Swedia, Andreas Granqvist sangat optimistis menjelang pertandingan melawan Inggris di Samara Arena malam nanti. Dia yakin Swedia bisa memulangkan Harry Kane dan kawan-kawan lebih dini.

"Ada yang berkata, dari seratus kali pertemuan, sembilan puluh sembilan kali Inggris bakal menang. Ya, mari kita bermain dan lihat hasilnya. Kami tahu Swedia biasanya bermain bagus ketika berhadapan dengan Inggris. Kami selalu mendapat hasil yang baik,” kata Andreas Granqvist.

Mantan pelatih timnas Inggris asal Swedia, Sven-Goran Eriksson juga mengingatkan pasukan Gareth Southgate agar tidak makan puji serta over percaya diri. "Sebuah kesalahan apabila mereka (Inggris) berpikir pertandingan nanti bakal berlangsung mudah. Ini akan menjadi laga tersulit mereka di turnamen," kata Eriksson seperti dilansir oleh Sky Sports.

Kalau Inggris sanggup mengalahkan Swedia, maka jalan mereka sangat mungkin berakhir indah hingga malam 15 Juli 2018 di Kota Moskwa yang bertaburan kerlap kembang api, bir dan vodka. *
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes