Di sini kutulis tentang asal-usulku. Juga kucatat penggalan-penggalan kisah nenek moyang. Aku bagian dari darah daging mereka yang ada dan mengalir adanya hingga anak cucu Lise mendatang.
Dion Dosi Bata Putra
Embu Woda, Ana Mbete, Wewa Tani Woda, Mamo Ngaba Tani, Benge Dede Dosi, Putra Bata. Gelombang yang tiada henti bergelora dalam arus zaman.
DENGAN bangga saya selalu mengucapkan kata-kata ini. Aku ata Lise (Saya orang Lise atau berasal dari Suku Lise). Begitulah setiap kali jawabanku bilamana ditanya tentang asal-usul.
Saya tidak pernah malu mengatakannya atau pura-pura tak peduli dengan pertanyaan semacam itu mengingat kehidupan ini sesuatu yang terberi (given). Toh saya dan juga orang-orang Lise lainnya tak pernah meminta lahir sebagai ata Lise bukan?
Kau pasti bertanya-tanya, Lise itu di mana? Baiklah saya beri sedikit penjelasan. Lise merupakan salah satu sub etnis Lio-Ende yang secara geografis menempati wilayah timur dan sebagian kawasan tengah Kabupaten Ende, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia.
Wilayah Suku Lise berada di sisi timur Kabupaten Ende membentang dari pantai selatan hingga pantai utara Flores dan berbatasan langsung dengan wilayah teritorial pemerintahan Kabupaten Sikka.
Jika mengacu pada teritorial administrasi pemerintahan masa ini, maka etnis Lise bermukim di Kecamatan Lio Timur (Watuneso), sebagian Kecamatan Maubasa, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Kotabaru di sisi tengah dan utara Flores. Dalam bahasa setempat, Lise mengenal istilah Lise Tana Telu yang artinya terdiri dari tiga wilayah besar yaitu Lise Lowobora atau Lise Detu, Lise Nggonderia dan Lise Kuru Lande.
Secara demografis maupun geografis, etnis Lise Lio termasuk penting, strategis dan punya kekuatan dalam struktur pemerintahan adat, pemerintahan kolonial hingga pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia modern dewasa ini.
Untuk kepentingan politik pemerintahan Hindia Belanda, salah seorang putra Lise yaitu Pius Rasi Wangge pernah diangkat menjadi Raja Lio yang wilayah kekuasaan dan pemerintahannya mencakup 90 persen luas Kabupaten Ende saat ini bahkan sebagian wilayah Sikka. Awalnya pengangkatan Raja Lio ini semata-mata demi kepentingan politik Belanda tetapi secara de facto maupun de jure tidak mengaburkan sama sekali struktur lembaga adat orang Lise yang berlangsung turun-temurun dari masa nenek moyang. Sampai saat ini struktur organisasi persekutuan adat Lise lestari dan tetap dihormati. *