Layaknya orang normal, para tunarungu bercanda satu sama lain. Suasana tampak meriah meski yang digunakan adalah bahasa isyarat.
TARIAN dari tujuh anak tunarungu membuka perayaan ibadah perayaan Natal DPD Gerkatin (Gerakan Untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia) Sulut yang berlangsung di Kantor Sekretariat DPD Gerkatin Sulut, Jl Lumimuut No 28 Manado, Minggu (2/12/2012) siang.
Sambil memegang rebana, para penari mengawali tarian berdurasi lima menit itu dengan melakukan serangkaian gerak di tempat. Bergoyang sambil membunyikan rebana, para penari ini lalu bergerak dari tempatnya semula. Rupa-rupa gerak diperlihatkan mulai dari duduk, melompat dan berputar-putar. Rebana dipukul keras-keras, lalu tarian berhenti.
Tak ada musik, hanya suara serta isyarat tangan dari Pdt Nova Umboh Gerung yang menuntun tarian itu sejak awal hingga berakhir.
Usai tarian singkat itu, ibadah pun dimulai. Tak ada satupun dari puluhan tunarungu ini yang pegang buku liturgi. Liturgi serta tata cara ibadah itu dipantulkan oleh proyektor ke dinding putih yang ada di depan.
Seorang MC dengan menggunakan bahasa isyarat menuntun para tunarungu untuk melalui setiap bagian dari ibadah itu. Tampak jari MC wanita itu menunjuk ke atas jika yang dimaksud adalah Tuhan. Jika jarinya menunjuk ke bawah, yang dimaksud adalah manusia. Tiba waktu berdoa, wanita itu menyatukan jemarinya kiri dan kanan. Dan jemaat pun berdoa. Waktu menyanyi lagu Gita Sorga Bergema, jemari wanita itu bergerak tanpa henti. Pada lirik "lahir raja mulia" di bait kedua, wanita itu harus membuat tiga gerakan berturut-turut dengan cepat.
Usai doa dan nyanyi, jemaat mendengar pesan Natal yang dibawakan oleh Pdt Nova Umboh Gerung. Pada dinding itu, liturgi dan tata cara hilang, berganti slide tentang seorang anak cacat yang tengah berjuang untuk hidup. Tampak di situ, anak yang tidak lagi punya tangan ini mengerjakan segala sesuatu mulai dari bermain hingga menggosok gigi dengan kakinya.
Dari adegan ke adegan, jemaat mengikuti perjuangan anak itu dan terharu. Dalam khotbahnya, Pdt Nova Umboh Gerung yang juga kepala panti Tunarungu Damai Tomohon berbicara sambil memainkan bahasa isyarat dengan tangannya. "Yesus lahir untuk semua manusia, semua manusia berharga di matanya. Untuk itulah ia mati di kayu salib," katanya sambil menggerak-gerakkan tangan.
Ia mengajak tunarungu untuk eksis di tengah masyarakat dengan cara hidup mandiri serta membantu orang lain "Marilah kita saling menguatkan dan menolong satu dengan yang lain," tuturnya. Selesai ibadah, ramah tamah digelar. Layaknya orang biasa, para tunarungu bercanda satu sama lain. Suasana tampak meriah, meski yang digunakan adalah bahasa isyarat.
Samson Mamudi, Ketua DPD Gerkatin Sulut yang diwawancarai Tribun Manado dengan cara menulis pertanyaan pada kertas menyatakan, kekurangan yang dialami bukanlah penghalang bagi seorang tunarungu untuk berkarya. "Saya adalah karyawan Balai Latihan Pendidikan teknik pada GMIM, juga petugas pembinaan warga gereja GMIM," ujarnya..
Untuk bisa berkarya, seorang tunarungu harus percaya pada kemampuan dirinya. "Tuhan sudah memberi karunia kepada semua orang," kata Samson yang juga Sekretaris DPP PPCI (Persatuan Penyandang Cacat Indonesia ) Sulut. Dari semua yang telah diberikan Tuhan, ia paling bersyukur dengan dua anaknya yang lahir normal, kendati istrinya Jois Lolowang, juga tunarungu. "Semoga Natal ini kami sekeluarga dapat dijaga oleh Tuhan Yesus," katanya. (arthur rompis)
Sumber: Tribun Manado 3 Desember 2012 hal 1