Benang Kusut Lapas di Indonesia

ilustrasi
KITA kembali disuguhi warta miris tentang kondisi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) di Indonesia.  Hari Minggu 18 Agustus 2013 atau hanya sehari setelah rakyat Indonesia merayakan HUT ke-68 Proklamasi Kemerdekaan RI, kerusuhan pecah di Lapas Labuhan Ruku Kabupaten Batu Bara, Provinsi  Sumatera Utara. Narapidana (napi) dan sipir beda pendapat lalu terjadilah rusuh yang diikuti dengan kebakaran Lapas.

Sekitar 35 sampai 30 orang napi kabur dan sebagian belum berhasil ditangkap petugas sampai hari ini. Dalam peristiwa itu ada sipir yang sempat disandera dan aparat kepolisian dipersulit memasuki Lapas. Selama beberapa jam Lapas Labuhan Ruku dalam kekuasaan para napi. Polisi butuh waktu sangat lama untuk bernegosiasi dengan para napi sebelum diizinkan masuk untuk mengamankan situasi.

Kerusuhan di Labuhan Ruku merupakan peristiwa yang kesekian tentang buruknya pengelolaan  Lapas. Pada pertengahan bulan Juli 2013 lalu, kericuhan napi yang berujung pada pembakaran gedung pun terjadi di Lapas Klas I Tanjung Gusta, Medan. Ratusan napi kabur dan masih ada yang buron hingga saat ini. Setelah peristiwa Tanjung Gusta,  masyarakat Indonesia digegerkan dengan penemuan pabrik narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta. Bahkan ruang kerja pejabat Lapas disewakan kepada napi untuk tempat bercinta.

Mengapa demikian buruk kondisi Lapas di Indonesia?  Kita kutip pernyataan
Mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM)  yang baru saja dilantik sebagai Hakim Konstitusi, Patrialis Akbar. Ia menilai memang tak mudah mengurus Lapas karena diisi oleh napi dengan latar belakang dan kebutuhan beragam.

"Lapas itu isinya beragam, ada orang yang sedang banyak masalah, ada yang frustasi, hidup tidak menentu, belum lagi ingat anak dan istri, belum lagi masalah kesehatan, kebersihan, komunikasi,"  kata Patrialis seperti dikutip Kompas.com, Senin (19/8/2013).

Patrialis ibaratkan masalah di Lapas seperti bom dengan pemicu yang mudah tercabut. Menurutnya, bom bisa meledak kapan saja begitu pemicu tersebut tercabut. Patrialis menilai, permasalahan yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan oleh persoalan pembinaan, remisi, hingga pelayanan di Lapas.

Mengurai benang kusut permasalahan ini tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Tetapi pemerintah mestinya tidak memandang remeh permasalahan  yang terus berulang ini.  Penghuni Lapas yang sudah melampaui kapasitas, pelayanan yang buruk dan pembinaan setengah hati harus segera diperbaiki. Jika tidak maka kerusuhan bisa saja menular ke Lapas yang lain di berbagai daerah di Indonesia. Kita berharap tidak demikian!

Sumber: Tribun Manado 20 Agustus 2013 hal 10

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes