ilustrasi saja |
Sejak pesta sebulan penuh pada Juni Juli dua tahun lalu, anak kecil di Kupang pun tahu siapa saja pemain Perancis. Didier Deschamps, Zinedine Zidane, Youri Djorkaeff, Marcel Desailly, Bixente Lizarazu, Christian Karembeu, Lilian Thuram, Fabien Barthez, Laurent Blanc atau Emanuel Petit dan lainnya bukan lagi nama yang asing. Tidak cuma nama, wajah serta aksi aksinya di lapangan hijau pun dikenal dengan mesra dan akrab.
Jadi wajar saja, ketika Euro 2000 bergulir di Belgia Belanda, Perancis begitu banyak mendapat simpati dunia. Ia menjadi salah satu favorit juara bersama Belanda, Spanyol, Inggris dan Jerman. Ternyata nasib Inggris dan Jerman tak semanis perkiraan banyak orang. Mereka terjungkal dengan cara memalukan. Langsung cium kanvas pada ronde pertama. Yang mengejutkan malah Italia yang diremehkan tapi justru melanglang buana hingga ke semifinal.
Sebagai favorit, Perancis praktis sendirian melaju bersama tuan rumah Belanda. Bergabung di Grup D, Perancis dan Belanda memperlihatkan superioritasnya dengan memukul Denmark dan Republik Ceko, runner up Euro 1996. Bahwa Perancis akhirnya menyerah 2 3 kepada tim Oranye dalam laga terakhir grup, tim yang ditunjuk Roger Lemerre cumalah pelapis. Ayam Jantan tipe B yang nyatanya cukup merepotkan juga Belanda yang turun paripurna.
Ayam Jantan berkokok lagi di perempatfinal, Senin Wita (26/6/2000). Tim Matador Spanyol dipatuk 2 1. Menangislah Raul Gonzalez dengan nada getir. Anak anak Antonio Camacho langsung mengemas koper dan pulang ke Spanyol. Tak ada lagi teriakan Espanaaa...Espanaa di Belgia Belanda. Perancis menghancurkan Spanyol dengan gagah berani. Laksana Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh benua Eropa pada abad yang lampau.
Hari ini, Perancis pasukan para cucu Napoleon itu sudah berada pada etape terakhir menjelang puncak tertinggi. Mereka akan menghadapi Portugal di semifinal yang berlangsung di Stadion King Baudouin, Brussel, Belgia. Sekali lagi, semua orang sudah tahu tentang mereka. Mereka dijagokan, mereka diunggulkan, difavoritkan akan keluar sebagai pemenang!
Mungkinkah terjadi demikian? Tunggu dulu. Jangan tergesa gesa Anda memberi kesimpulan sebelum Wasit Guenter Benko (Austria) menuip peluit panjang di Baudouin, Kamis dinihari nanti. Benar bahwa sejarah mencatat, dalam 18 pertemuan Perancis vs Portugal sejak 18 April 1926 sampai yang terakhir 22 Januari 1977, Perancis menang 12 kali, seri 1 kali dan cuma kalah 5 kali. Lagipula Portugal terasa begitu asing untuk penggemar bola di sini, kecuali dalam urusan Timtim (mungkin?).
Portugal memang underdog, tetapi bukan berarti mereka akan mudah menyerah. Hasil sempurna sejak penyisihan Grup A dengan menaklukkan Jerman 3 0, Inggris 3 2, Rumania 1 0 kemudian Turki 2 0, sudah seharusnya ditulis bahwa mutunya tidak lebih buruk dari Perancis atau benarlah kata dunia, mereka merupakan generasi emas.
Omong sepakbola menyerang, Luis Figo dkk sudah memperlihatkannya dalam empat kali penampilan mereka. Jadi tidak kalah bagus dengan Zinedine Zidane dkk. Soal kolektivitas, justru itulah salah satu kekuatan tim asuhan Humberto Manuel de Jesus Coelho.
Kalau Perancis mengajak main terbuka, agresif, menyerang, Portugal pun siap. Kekurangan Perancis justru di lini depan yang belum cukup mengilap. Duet Thierry Henry Nicolas Anelka atau Henry Dugarry sejauh ini baru mengoleksi paling banyak dua gol. Perancis masih seperti dua tahun lalu. Yang mencetak gol adalah pemain tengah dan belakang, bukan depan!
Bagaimana dengan Portugal? Nah, inilah bahaya besar yang harus dapat diantipasi Lemerre. Tim berirama Samba ini punya kekuatan yang sama bagus di semua lini (depan tengah belakang). Kemampuan mencetak gol pun luar biasa. Ada Sergio Conceciao, Nuno Gomez, Sa Pinto, Luis Figo, Couto, Sousa juga Etxeberria. Akan sulit jika Perancis cuma memberi perhatian pada satu atau dua pemain. Duel lapangan tengah pun hampir imbang. Kualitas Figo dan Zidane tidak jauh berbeda sebagai dirigen yang mengatur irama.
Empat tahun mendatang, Euro 2004 akan berlangsung di Portugal. Negeri Latin Eropa itu akan menjadi tuan rumah. Sanggupkah Vitor Baia saat itu akan disebut sebagai juara bertahan? Semuanya tergantung anak anak Portugal sendiri. Peluang emas itu sudah ada di depan mata. *
Sumber: Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra, juga Pos Kupang edisi Rabu, 28 Juni 2000. Artikel ini dibuat ketika Perancis akan menghadapi Portugal di babak semifinal Euro 2000. Perancis akhirnya lolos ke final setelah menang 2-1