SETELAH melalui penjurian yang ketat dewan juri NTT Academia Award tahun 2013 memutuskan untuk memberi penghargaan kepada Ir.I Gusti Ngurah Djalantik, M.Sc., PhD, untuk Kategori Science, Mezra Pellondou untuk Kategori Sastra dan Humaniora, Baco Gaebo untuk kategori Social Entrepreneur, dan Itja Frans untuk kategori Life Time Achievement.
Dalam siaran pers yang diterima Tribun Manado, Selasa (28/1/2014), panitia NTT Academia Award 2013 menjelaskan, keempat penerima penghargaan ini dipilih berdasarkan beberapa penilaiaan antara lain konsistensi berkarya, ketahanan, sumbangsih untuk masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), dan tema NTT Academia Award Tahun ini Hidup dari Tanah Air.
Tatkala pertanian mulai ditinggalkan, maraknya perdagangan manusia, hantu tambang menghantui Nusa Tenggara Timur, para penerima NTT Academia Award 2013 kali ini membuktikan bahwa Hidup dari Tanah Air itu masih mungkin.
Mezra E Pellondou |
Menurut panitia NTT Academia Award 2013, I Gusti Ngurah Djelantik merupakan pemikir utama tentang sapi di NTT. Terobosan pemikirannya soal peternakan sapi merupakan acuan bagi para peneliti. Sayangnya, di kalangan birokrat pengetahuan dasar tentang peternakan sapi moderen ditinggalkan. Kemenangannya kali ini merupakan penghargaan atas kerja kerasnya, sekaligus merupakan penekanan bahwa tidak mungkin membangun sektor peternakan di NTT, entah dalam skala perencanaan pembangunan provinsi maupun koridor pembangunan regional tanpa berbasis pengetahuan.
Mezra E. Pellondou adalah salah satu sastrawan perempuan NTT. Meskipun dalam nominasi kategori ini muncul nama sastrawan muda lain asal NTT, tetapi dewan juri memutuskan untuk memberikan penghargaan ini untuk Mezra yang sebagai guru dan ibu rumah tangga yang masih mampu `idealis'. Sastrawan perempuan asal NTT masih minim, dunia sastra masih dianggap sebagai dunia maskulin. Tak hanya itu bekerja sebagai PNS kadang bagi banyak orang sudah merupakan akhir dari bersikap idealis, Mezra mampu memberikan gambaran lain.
Baco Gaebo adalah kader Posyandu sejak tahun 1984. Urusan anak sering kali dianggap hanya sebagai urusan perempuan, tetapi tidak bagi Baco. Baco yang memilih bekerja di Posyandu sejak 30 tahun silam merupakan bapak langka yang memilih menjadi `pekerja sosial'. Ia memilih untuk melayani komunitas nelayan Bajo di daerah Wuring di Kabupaten Sikka selama 30 tahun terakhir
Pdt. Ishak Nicolas Frans, atau biasa dipanggil Itja Frans, tak hanya diingat oleh para aktivis maupun birokrat di NTT yang pernah bekerja bersamanya. Sejak tahun 1960-an Itja Frans sebagai salah seorang pendeta muda telah memilih bahwa mewartakan tak hanya persoalan membaca kitab suci, tetapi juga berkaitan dengan membaca kesulitan hidup yang ada dan menjadi pergulatan masyarakat. Baginya seorang pendeta tak hanya harus mampu membaca kitab suci dengan mumpuni, tetapi menjawab persoalan kebutuhan dasar manusia. `Susah sama-sama, senang sama-sama, kenapa itu begitu sulit sekarang?' tanyanya.
Keempat penerima NTT Academia Award 2013 ini merupakan warga pilihan berdasarkan hasil penilaian dewan juri untuk NTT academia Award 2013 yang terdiri dari Frangky Salean (Rektor UKAW), Merry Kolimon PhD (UKAW), Romo Leo Mali (Fakultas Filsafat Unwira), dan Dr. Ermi Ndoen (Forum Academia NTT), Dr.Jonatan Lassa (Rektor IRGSC).
Penyerahan penghargaan akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 1 Februari 2014 di kompleks F-Square di Jalan Shopping Center, Oebobo, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Acara dimulai pukul 17.00 Wita. (osi)
Sumber: Tribun Manado