Jejak Langkah 40 Tahun STM Nenuk

Gedung STM Nenuk (2010)
KEBERADAAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Nenuk atau lebih dikenal dengan sebutan STM St.Yosef Nenuk- Atambua sudah dikenal luas. Lembaga pendidikan ini tidak hanya dikenal di NTT, tetapi juga di seluruh tanah air, termasuk di luar negeri (RDTL).

Berada di bawah naungan Serikat Sabda Allah (SVD), letak sekolah ini sangat strategis dalam kawasan Biara SVD Nenuk. Sudah 40 tahun lembaga ini hadir dan sudah menamatkan XXXVII angkatan.

Untuk mengenang keberadaan lembaga ini, pada tanggal 31 Oktober 2010, segenap alumni, termasuk para siswa dan guru di lembaga tersebut, akan merayakan pesta Panca Windu (40 tahun) sekolah tersebut. Usia 40 tahun, jika disamakan dengan umur manusia, termasuk usia matang.

Penggagas berdirinya sekolah ini adalah P. Wilibrodus Meulendyk, SVD, Superior Regional SVD Regio Timor. Dua tahun sebelum resmi berdiri, penggagas terlebih dahulu membuka dua sekolah setingkat SMP yang dapat dianggap sebagai dasar untuk mendirikan sekolah lanjutannya.

Dua sekolah itu adalah ST (Sekolah Teknik) St. Yosef Nenuk dan SMPK (Sekolah Menengah Pertama Kemasyarakatan) St. Yosef Nenuk.Dua sekolah ini dikelola YASUKTI (Yayasan Sekolah Umat Katolik Timor), meliputi jurusan pertanian, pembangunan kayu dan besi.

Kehadiran lembaga ini mengacu pada Surat Keputusan Yayasan Sekolah Umat Katolik Timor No: C-95-68, tanggal 28 Desember 1968. Ada beberapa pertimbangan pembangunan sekolah tersebut.




Pertama, perkembangan di bidang pendidikan terasa sangat membutuhkan tenaga-tenaga pembangunan di masyarakat; Kedua, sesuai dengan rencana pemerintah, perlu lebih memperhatikan sekolah-sekolah kejuruan untuk mengatasi kesulitan tenaga-tenaga pembangunan; Ketiga, bahwa di Nenuk (Atambua) tersedia perbengkelan yang dapat dipinjamkan untuk mengajarkan jurusan pembangunan kayu, mesin dan tanah pertanian untuk ladang dan tanaman sayur-sayuran;

Keempat, di samping itu, dapat dipinjam pula gedung sekolah (ruang kelas), tempat penginapan, lengkap dengan penerangan dan air; Kelima, bahwa telah diperoleh tenaga-tenaga pengajar untuk suatu sekolah menengah pertama kemasyarakatan yang meliputi jurusan pembangunan kayu, besi dan pertanian.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka terhitung mulai tahun pelajaran 1969 (1-1-1969), Sekolah Menengah Pertama Kemasyarakatan (SMP Kemasyarakatan) St.Yosef Nenuk resmi berdiri. Pater Drs. Zenon Stezycki ditunjuk sebagai kepala sekolah.

Sedangkan biaya penyelenggaraan sekolah tersebut didapat dari uang sekolah siswa dan sumbangan-sumbangan lain yang sah.
SK pendirian sekolah tersebut dikeluarkan Ketua Yayasan Sekolah Umat Katolik Timor, H.Lalawar. Berdasar pada SK tersebut, maka tanggal 1 Januari 1970, STM St. Yosef Nenuk dibuka di Biara St. Yosef Nenuk dengan angkatan pertamanya yang berhasil tamat sebanyak 17 orang.

Salah seorang guru senior STM Nenuk (30 tahun mengabdi), Ir.Ale Kayus, punya pengalaman tersendiri dengan STM Nenuk. Meski baru menjadi staf pengajar tahun 1976, cikal bakal keberadaan STM Nenuk cukup diketahuinya.

Sebelum berpindah ke lokasi sekarang, STM Nenuk dimulai di Biara SVDNenuk. Ketika itu dibangun dua lembaga, yakni Sekolah menengah Pertama Kemasyarakatan (SMPK St. Yosef dan Sekolah Teknik.

Setelah dua tahun, ST dan SMPK St. Yosef Nenuk dipindahkan dari Biara SVD Nenuk ke Halilulik. Sementara penggagas, Pater Wilibrodus Meulendyk SVD, mendirikan pula STM.

"Ketika itu memang Pater Meulendyk sudah memikirkan jauh ke depan. Gagasannya kemudian disahuti para guru yang ketika itu bekerja sama untuk mengajar, baik guru dari seminari, SMA Surya Atambua maupun guru-guru yang ada di SMPK/ST," kata Kayus.

Seluruh proses belajar mengajar berjalan laksana air mengalir. Semua kegiatan masih terpusat di Biara SVD. Baru tahun 1986, ketika dimulai perekrutan para frater (novisiat SVD), maka biara yang sebelumnya menjadi tempat kegiatan belajar dialihkan menjadi tempat pembinaan para frater. Secara otomatis lembaga STM Nenuk berpindah ke lokasi baru.

Gedung STM Nenuk yang baru berada di Jalan Nela Raya, persisnya di kilometer 9 Jalan Atambua jurusan Kupang di wilayah Desa Naekasa, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu, Propinsi NTT. Luas kawasan STM Nenuk lebih kurang 13 ha dengan pemanfaatan meliputi: lokasi bangunan sekolah, lokasi bangunan asrama putra dan putri, lokasi bangunan asrama karyawan/ti sekolah, lokasi bangunan bengkel sekolah, lokasi bangunan rumah komunitas SVD, lokasi bangunan rumah dinas guru/pegawai STM, lokasi halaman sekolah, lokasi lapangan olahraga siswa, lokasi kebun sekolah, lokasi tempat pemeliharaan dan penggembalaan ternak, lokasi wilayah kosong yang masih dalam rencana pengembangan, dan lokasi ruas jalan dalam lingkungan sekolah.

Lokasi ini merupakan lokasi baru yang diserahkan oleh pimpinan SVD Provinsi Timor kepada YBST (Yayasan Bentara Sabda Timor) selaku pengelola unit STM St. Yosef Nenuk pada tahun 1987 untuk dimanfaatkan bagi kepentingan sekolah. Pada saat penggunaan gedung baru secara resmi, saat itu STM berada di bawah kepemimpinan P. Yuvens Sebatu SVD.

Jika dibandingkan dengan lokasi lama, maka lokasi baru lebih luas dan lebih mandiri, jauh dari lingkungan biara SVD Nenuk.
Menurut Kepala STM Nenuk, Pater Mikael Rusae, SVD, kehadiran STM Nenuk ini berawal dari sebuah ide yang muncul dari pendiri sekaligus pemilik sekolah ini, para misionaris Serikat Sabda Allah Provinsi Timor. Yayasan sangat peduli terhadap pendidikan, kondisi masyarakat dan program pemerintah saat itu.

Yayasan juga memperhitungkan/mempertimbangkan potensi-potensi yang ada di sekitar yang memungkinkan dibukanya sekolah baru.

Lebih dari itu, jelas Pater Mikael, beberapa karya pastoral kategorial SVD lain yang sebagian besar ditangani oleh para bruder di Provinsi Timor, jelas terpotret adanya gambaran bahwa para misionaris tidak hanya berpikir tentang membangun iman kristiani dengan kegiatan rohani, tetapi juga membangun iman sambil mempersiapkan manusianya, terutama tenaga-tenaga pembangunan masyarakat agar siap menghadapi dunia yang ditandai dengan kemajuan teknologi, yang pada saat itu belum terasa, namun saat ini sangat terasa.


Disiplin Yes
STM Nenuk merupakan salah satu sekolah swasta ternama di NTT pada era 1970-an. Kunci sukses lembaga ini adalah disiplin. Para guru mendidik siswa dengan penuh tanggung jawab. Para siswa diwajibkan menetap di asrama.

Misi lembaga ini adalah menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki otak/nalar yang baik, memiliki keterampilan yang handal dan mental yang kuat.

Dalam buku kenangan buat alumni STM Nenuk, dikisahkan soal kehidupan asrama kala itu. Setiap pergantian kegiatan ditandai dengan lonceng kecil yang dibunyikan oleh pemimpin asrama. Bunyi lonceng memberi isyarat bagi penghuni asrama untuk segera beraktivitas.

Terkadang saat lonceng bangun tidur siang belum dibunyikan, para siswa sudah tidak ada lagi di kamar tidur karena sudah ke sekolah ataupun menjalankan aktivitas lainnya. Hal ini karena begitu tingginya tingkat kesadaran untuk mengatur sendiri.
Warna attitude para siswa mengalami perubahan ketika STM melewati suatu peristiwa kelam yang menggemparkan, yaitu peristiwa terbunuhnya Yohanes Tuname, seorang pengemudi bus. Tentu masing-masing siswa yang mengalami peristiwa itu memiliki cerita masing-masing, bagaimana bergulat melewati semua itu. Bahkan ada yang tidak ingin menceritakan dan ingin agar peristiwa itu dilupakan saja bahkan kalau memungkinkan lebih baik dihapus dari sejarah.

Banyak hal termasuk kebijakan pun mulai mengalami perubahan. Suatu saat, diputuskan bahwa STM harus pindah lokasi dari biara SVD ke lokasi yang sekarang. Kehidupan asrama di lokasi baru sedikit berubah. Salah satunya, lonceng kecil diganti dengan lonceng besar. Bunyi lonceng itu telah membuat banyak siswa, terutama siswa kelas I dan II, harus kehilangan keinginan untuk bersantai-santai karena di bawah koordinasi kakak kelas III, semua adik kelas amat sangat ditertibkan.

Singkat kata, dalam era tahun '80-an dan 90-an, setelah tragedi itu, STM mempertahankan eksistensinya dengan menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang khas, yang dapat ditemukan di kamar makan, di dalam kelas, dan lain-lain.

Semua kebiasaan yang khas itu dapat diceritakan dengan baik oleh para alumni. Suatu saat pernah terjadi seorang calon siswa yang datang mendaftar perlu melewati masa inisiasi pra-plonco yang ditentukan oleh anggota senior kelas III. Permintaannya bermacam-macam dan agak ganjil.

Pada dekade terakhir ini, praktik-praktik perpeloncoan semakin dikurangi bahkan ditiadakan oleh karena imbauan pemerintah untuk mengurangi hal-hal yang berbau kekerasan dalam lingkungan sekolah.

"Saya punya pengalaman pribadi. Saya bersama empat teman wanita merupakan siswi pertama yang masuk STM. Bayangkan saja, bagaimana kikuknya kami ketika masuk ke lembaga yang semuanya laki-laki. Pola perpeloncoan merupakan lagu lama yang tetap diberlakukan bagi para calon siswa. Saya sendiri sesungguhnya tidak tertarik masuk STM karena terkenal dengan karakter yang keras. Tapi dorongan orangtua, makanya saya bertahan.

Saya menangkap kesan sangat positif ketika belajar di STM Nenuk. Pola pembinaan membuat kita disiplin terhadap diri sendiri. Jadi Disiplin Yes, Plonco No. Dan, kalau ada yang tanya kenapa STM Nenuk begitu banyak diminati oleh calon siswa dari luar Belu bahkan dari luar negeri, jawabannya karena disiplin," ujar alumna STM Nenuk, Klara Kartina Kolly, ST.

Kepala STM Nenuk, Pater Mikael Rusae, SVD mengamini sistem pembinaan siswa di STM Nenuk pada awal-awal berdirinya sangat keras. Hal ini berkenaan dengan pola penerimaan siswa ketika itu hanya untuk kaum laki-laki. Namun, sejak tahun 1990-an, mulai ada kelonggaran untuk menerima calon siswi dengan pertimbangan kesetaraan gender.
"Pola pembinaan di STM sekarang sudah mulai berubah. Kalau dulu masih mengenal plonco, sekarang sudah pada upaya pembinaan nalar dan keterampilan," ujar Pater Mikael.


Di lembaga STM Nenuk, istilah kompetensi, kompetisi yang sehat, prestasi, networking, profesionalisme, komunikasi, koordinasi, kolaborasi, pemberdayaan, kepercayaan, tanggung jawab dan sebagainya begitu gencar dikumandangkan.

Dalam membentuk tenaga-tenaga profesional manusia zaman sekarang, ternyata dasar-dasarnya sudah ditanamkan oleh para misionaris SVD Timor ketika mereka memulai karya raksasanya di bidang pendidikan di Timor.

Lebih dari itu, skill yang diperkaya dengan knowledge dan attitude, sebagaimana dalam dunia pendidikan saat ini, menjadi tiga elemen yang tak terpisahkan. Pola ini telah diteropong dan dijadikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam pendampingan oleh para misionaris pendidik dan rekan guru awam yang menangani pendidikan formal dan kursus keterampilan untuk membekali peserta didik sejak dekade pertama berdirinya sekolah ini. Tempat kursus dan lembaga pendidikan selalu dilengkapi dengan asrama-asrama untuk tujuan pembentukan sikap (attitude).


Tidak Eksklusif
TANGGAL 31 Oktober 2010 akan menjadi hari yang sangat istimewa. Para alumni STM Nenuk dari berbagai pelosok akan memeriahkan hari bersejarah, pesta Panca Windu (40 tahun), sekolah tersebut.

Berbagai persiapan sudah dilaksanakan. Sumbangsih dari para alumni, baik moril maupun materil, demi suksesnya acara bermartabat ini sudah hampir mencapai 100 persen.

Lalu, apa yang menjadi agenda utama acara itu? Apakah sebatas menghadiri acara, bersilaturahmi dan selesai? Ataukah menyimpan kado istimewa buat calon siswa berikutnya untuk dikenang?

Tentu agenda khusus sudah dipersiapkan pihak penyelenggara. Muaranya agar para alumni yang sudah banyak menjadi orang besar di berbagai bidang di tanah air maupun luar negeri itu bisa berbuat lebih untuk kemajuan STM Nenuk ke depannya.
Sudah 40 tahun lembaga ini hadir di tanah Belu. Mutu lulusannya pun tidak diragukan. Sebagian besar lulusan dari STM Nenuk terserap di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Pola pembinaan di lembaga ini tidak eksklusif. Semua golongan, suku, bangsa, ras dan agama diterima. Intinya, lembaga mendidik sumber daya manusia (SDM) yang handal untuk mengabdi bagi dirinya sendiri dan daerah.

"STM Nenuk berada dalam biara SVD. Bukan berarti eksklusif. Siswa yang diterima bukan hanya dari golongan Katolik, tetapi semua agama, suku dan golongan dididik di lembaga ini. Sejak awal berdirinya penggagas sudah memberi ruang kepada siapa pun tanpa membedakan dari mana asalnya, agama mana pun untuk menuntut ilmu di STM Nenuk.

Mekanisme pembelajaran di lembaga ini tentu para siswa harus patuhi. Tapi, lembaga tidak pernah memaksa para siswa agama lain untuk masuk mengikuti aliran Katolik. Kita berikan kebebasan kepada anak-anak beragama lain untuk mengikuti ibadatnya. Pendidikan yang diajarkan di sekolah tidak eksklusif," ujar Kepala STM Nenuk, Pater Mikael Rusae, SVD.

Menurut Pater Mikael, solidaritas antara para siswa yang berlainan agama justru terjalin sangat bagus di lembaga STM Nenuk. Semua siswa diasramakan sehingga nuansa kekeluargaan sangat nampak. Beberapa lulusan dari lembaga ini yang beragama Islam bahkan sudah menjadi orang penting di beberapa instansi di tanah air.

Pengalaman ini pun diakui mantan siswa STM Nenuk, Ir. Nahak Blasius, yang kini menjabat Kadis Pekerjaan Umum dan Perumahan Belu. Dirinya bangga dengan didikan yang diterapkan para guru di lembaga tersebut. Keakraban di antara siswa dari berbagai suku dan agama sangat kuat.

"Banyak rekan kami dulu berasal dari Flores, Jawa, Kupang, dll. Beda agama, tapi kami begitu menyatu. Saya merasakan betul, penerapan disiplin yang ditunjukkan para pengajar baik pastor maupun guru awam. Bayangkan, meja gambar sepertinya sangat menyatu dengan para siswa di ruang belajar," kata Nahak mengenang.

Menurutnya, pola pendidikan yang diterapkan di STM Nenuk sebelum berlakunya kurikulum saat ini berjalan selama empat tahun. Tiga tahun teori dan satu tahun praktik. Saat praktik, semua siswa disebarkan ke berbagai lokasi yang sudah ditentukan guru pembimbing.

"Zamannya kami dulu, tiga tahun full dalam kelas, sementara satu tahun siswa diterjunkan ke daerah-daerah. Siswa diberikan kesempatan untuk mengaktualisasikan teori yang sudah didapat di kelas. Saya punya pengalaman bersama Bruder Albert, kami membangun Kapela Wekmidar, membuat gantungan lonceng gereja Niki-Niki, membangun asrama susteran di Besikama. Kita begitu disiplin dididik oleh para guru ketika itu," tutur Nahak. **** 

Memasuki usia 40 tahun tentu masih banyak agenda yang harus dikerjakan manajemen STM Nenuk ke depannya. Bersama Yayasan Bentara Sabda Timor (YBST) tentu ada program-program khusus, terutama pembinaan tenaga pengajar (kaderisasi), pembenahan fasilitas dan sarana-prasarana penunjang KBM.

Sejak sekolah ini berdiri, program kaderisasi tenaga guru produktif secara periodik dilaksanakan. Sejak tahun 1971, ada delapan orang guru yang sampai sekarang aktif bekerja diperoleh melalui program kaderisasi oleh yayasan. 

Sebagai sekolah swasta, program ini sejak dulu dipandang sebagai jalan terbaik untuk memperoleh guru kejuruan bermutu bagi sekolah. Walaupun angin segar bantuan ketenagaan melalui jalur PNS atau Guru Bantu semakin terbuka bagi sekolah swasta, program kaderiasi masih mutlak diperlukan agar tetap terpelihara kesinambungan penjaminan mutu tenaga-tenaga guru produktif yang utama bagi sekolah. Program kaderisasi terakhir telah dipanen hasilnya tahun 2005.

Sejak tahun 2004 satu guru kader menempuh pendidikan tahun ke-2 di PPPGT Medan untuk program keahlian Mesin Produksi melalui jalur Beasiswa Dikmenjur atas nama Yulius Moruk.
Dalam rangka penyesuaian metode diklat yang diterapkan guru/instruktur di kelas dan di bengkel agar sesuai dengan metode dan pola diklat yang dituntut Kurikulum Spektrum, maka dipandang perlu untuk menyiapkan program pelatihan Guru Mata Diklat, baik untuk kelompok normatif, adaptif, maupun kelompok produktif.


Perencanaan program diklat bagi Guru Mata Diklat ini sebagian besar diupayakan melalui jalur Dikmenjur atau Dinas PPO Propinsi NTT.

Lalu, bagaimana dengan sarana dan prasarana? Pater Mikael menjawab, dengan memperhatikan prospek perkembangan STM ke depan, termasuk mempertimbangkan kondisi dan kapasitas ruang kelas yang ada, maka STM St. Yosef Nenuk masih merencanakan adanya pengembangan bangunan sekolah, meliputi perluasan bangunan perpustakaan sekolah (1 unit), perluasan kantor tata usaha (dua ruang), penambahan ruang OSIS (1 ruang), bangunan Satpam sekolah dan asrama (1 unit), penambahan gudang sekolah (1 unit), penambahan bengkel praktek TP dan TKBB (2 unit), penambahan kapela (1 unit), penambahan rumah guru/kantor alumni (1 unit), penambahan ruang tidur di komunitas SVD (3 ruang).

Mempertimbangkan kemungkinan bertambahnya jumlah siswa yang akan sekolah di STM St. Yosef Nenuk, maka rencana pengembangan asrama meliputi penambahan kamar tidur siswa berkapasitas 36 siswa (2 ruang), penambahan ruang rekreasi berkapasitas 200 siswa (1 ruang), pengadaan bangunan kapela sekolah berkapasitas 500 orang (1 unit), perluasan kamar mandi/WC (1 unit).

Bangunan gedung yang ada sekarang sebagian berasal dari bangunan yang sudah didirikan saat berpindah ke tempat ini, sebagaian lain ditambahkan setelah itu.

"Kehadiran STM Nenuk hingga sekarang tentu berkat dukungan dari pimpinan sekolah sejak awal berdirinya. Kami perlu memberikan penghargaan yang tinggi atas jasa para mantan kepsek, seperti P. Zenon Stezicky SVD (1 Jan 1970 - Juni 1972), P. Joseph Bloch SVD (1972), P. Adri Conterius SVD (1972 -1973), Ir. Feliks T.B. Morghen (1973-1976), Br. Markus Anin SVD (1976), P. Hendrikus Rua SVD (1976-1978), P. Rufinus Tjeun Fin (1978-1979), Rm. Paulus Klau. Pr (1979-1980), P. Drs. Feliks M. Kosat SVD (15 Feb 1986 - 28 Apr 1988), P. Drs Yuvens Sebatu SVD (28 April 1988 - 20 Juni 1992), P. Drs Petrus Salu, SVD (20 Juni 1992-13 Juni 1997 dan 1 Juli 2002- . 2007), P. Drs Benediktus Bria SVD (13 Juni 1997-1 Juli 2002), P. Drs David Amfotis SVD, MA(2007 - Juni 2010)," kata Pater Mikhael Rusae yang mengabdi di STM Nenuk sejak Juni 2010 lalu.(Oleh Ferdinandus Hayong)

Sumber: Pos Kupang edisi 27-29 Oktober 2010 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes