ilustrasi |
Banyak agenda yang akan mereka lakoni selama program pengenalan kehidupan kampus tersebut. Acara semacam ini memang bukan barang baru. Itu sudah mentradisi di perguruan tinggi Indonesia. Tradisi yang telah berlangsung puluhan tahun. Ada banyak kisah positif, namun tak sedikit sisi kelam yang menyertainya.
Memori kolektif kita agaknya masih ingat peristiwa kelam tahun 2007 yang terjadi di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) di Jatinagor, Sumedang, Jawa Barat. Cliff Muntu, Praja Madya (mahasiswa tingkat II) IPDN asal Provinsi Sulawesi Utara meninggal dunia akibat siksaan fisik dari para seniornya pada tanggal 3 April 2007.
Peristiwa memilukan tersebut menjadi puncak kritik masyarakat terhadap perilaku para mahasiswa senior lembaga pendidikan terhadap mahasiswa juniornya yang biasa dinyatakan sebagai bagian dari pembentukan mental. Hal ini pun menjadi titik berangkat banyak pihak meninjau kembali sistem perpeloncoan di berbagai lembaga pendidikan tinggi di tanah air bahkan sejak tingkat SMP dan SMA.
Syukurlah belakangan ini insiden kekerasan pada masa pengenalan kampus bagi mahasiswa baru cenderung menurun baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Idealnya dunia kampus memang tidak membalut diri dengan kekerasan.
Membangun mental mahasiswa yang tangguh dengan kekerasan justru hasilnya kontrapoduktif karena sebuah kekekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru. Pengalaman sudah membuktikan hal tersebut.
Dalam kerangka pandang semacam itulah kita sependapat dengan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi Unsrat Daniel Tampi yang mengatakan panitia
PK2MB akan membangun mental mahasiswa baru tanpa kekerasan atau kontak fisik. Ya sudah seharusnya demikian. Mahasiswa senior Unsrat mesti memberikan teladan kepada para juniornya tentang hal-hal yang positif. Tentang bagaimana mengikuti aktivitas organisasi di kampus, bagaimana mengatur jadwal kuliah yang efektif, bagaimana kiat-kiat meningkatkan prestasi akademik agar kuliah bisa selesai tepat waktu dan lulus sebagai sarjana yang siap terjun ke tengah universitas kehidupan sesungguhnya yaitu masyarakat.
Dalam catatan kita selama ini Unsrat menjalankan program pengenalan kehidupan kampus kepada mahasiswa baru dengan elegan. Keutamaan tersebut perlu dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi bobot kualitasnya. Dengan demikian mahasiswa baru tahun akademik 2012 menyongsong status baru mereka sebagai mahasiswa dan mahasiswi sebagai orang terpelajar, berbudi luhur serta kreatif.
Bangun mental tanpa kekerasan merupakan kampanye yang terus kita geloragaungkan sampai kapan pun. Bravo mahasiswa Sulawesi Utara! *
Sumber: Tribun Manado 9 Agustus 2012 halaman 10