Kisah Sweater Biru

Oleh Dion DB Putra

JERMAN berkibar di Afrika, Inggris tetap hot dengan gosip- gosipnya. Memang bukan Inggris kalau sepi dari gosip. Setelah musuh bebuyutannya itu mempermalukan tim "Tiga Singa" 4-1 dan menyepak Argentina 4-0, tabloid Inggris, The Sun menulis dengan sudut pandang (angle) spesial tentang Pelatih Jerman, Joachim Loew.

Bukan tentang teknik kepelatihan Loew yang hebat atau tentang kehidupan pribadi. Wartawan The Sun justru bertanya kepada Loew tentang sweater biru. Kok bisa? Apa hubungannya dengan kiprah Jerman di Piala Dunia 2010.

Dan, inilah pengakuan Loew. Pelatih Jerman berusia 50 tahun itu sejatinya tidak percaya sedikit pun dengan jimat keberuntungan. Tapi orang-orang terdekat memintanya tetap mengenakan sweater warna biru karena dipercaya membawa keberuntungan bagi Jerman selama di South Africa 2010.


Loew semula menganggap itu sekadar lelucon. Namun, asisten pelatih, para staf dan anggota timnas Jerman antara lain gelandang Bastian Schweinsteiger menunjukkan bukti tak terbantah. Loew dan asistennya, Hansi Flick mengenakan sweater biru saat Jerman melumat Australia 4-0 dalam laga perdana grup D, 13 Juni 2010.

Melawan Serbia 18 Juni 2010, Loew ganti baju dan Jerman tersungkur 0-1. Saat Jerman mengalahkan Ghana 1-0, menggilas Inggris 4-1 di perdelapanfinal dan Argentina 4-0 di perempatfinal, Loew mengenakan sweater biru. Itulah sebabnya mereka percaya sweater itu punya suatu kekuatan. "Saya ini tidak percaya tahayul tetapi staf pelatih meminta saya memakai sweater biru karena kami selalu mencetak empat gol saat saya memakainya. Ini hampir menjadi lelucon. Tapi mereka mempercayainya. Bahkan saya tidak boleh mencuci meski sudah saya pakai berkali-kali. Saya kira saya akan memakainya lagi saat melawan Spanyol," kata Loew seperti dikutip The Sun.

Kalau begitu perhatikan baik-baik, apakah benar Loew kembali memakai sweater biru di Durban malam ini saat Der Panzer berduel hidup mati melawan Spanyol di semifinal Piala Dunia 2010?

Boleh juga laporan The Sun yang sanggup melihat hal-hal kecil. Selain pelatih Inggris, Fabio Capello, Joachim Loew dikenal sebagai pelatih dengan penampilan modis abis. Publik Jerman telah lama mengenal Loew dengan gaya hidup metroseksualnya. Di luar urusan sepakbola, pelatih kelahiran 3 Februari 1960 itu adalah bintang iklan produk pelembab wajah khusus pria. Loew menggemari sweater berleher kura-kura, bros dan baju putih. Busananya selalu bermerk papan atas buatan Jerman. Aksesoris pilihannya antara lain, syal yang populer dengan sebutan Syal Jogi dan jas warna gelap. Loew juga suka kaca mata hitam.

Dibandingkan pelatih Jerman terdahulu, rekam jejak Joachim Loew terbilang unik. Setelah Jurgen Klinsmann gagal di semifinal Piala Dunia 2006, Loew mengambil alih kursi pelatih Der Panzer. Penunjukan Loew sempat mengejutkan publik Jerman karena sebagai pemain dulu prestasi Loew biasa-biasa saja. Dia bahkan tidak pernah memperkuat timnas Jerman selama kariernya (1978-1995). Loew pun hanya bergabung dengan klub-klub "kecil" di Jerman yaitu SC Freiburg, VfB Stuttgart, Eintracht Frankfurt, Karlsruher SC, FC Schaffhausen FC Winterthur dan FC Frauenfeld. Selama kariernya, Loew yang berposisi sebagai gelandang serang mencetak total 78 gol.

Hanya setahun setelah gantung sepatu, Loew langsung menjadi pelatih. Klub pertama yang ditanganinya adalah VfB Stuttgart (1996-1998). Dari sana dia terbang ke Turki melatih klub papan atas Fenerbache selama satu musim (1998-1999) terus pindah lagi ke Karlsruher SC, Adanaspor dan FC Tirol Innsbruck.

Tahun 2004, Loew menjadi asisten pelatih timnas Jerman, Jurgen Klismann. Duet pelatih muda kala itu melahirkan ekspetasi yang luar biasa di Jerman saat negeri itu menjadi tuan rumah Piala Dunia 2006. Di tanah air sendiri Der Panzer mulus hingga babak semifinal. Sayang dukungan penuh publik tidak membuat Jerman terhindar dari kekalahan. Italia di luar dugaan menggusur Tim Panser 2-0, masuk ke final dan akhirnya juara setelah menang adu penalti atas Perancis. Kekalahan Jerman empat tahu lalu disambut tangis para pendukung dan curahan air mata kapten Michael Ballack seusai laga dramatis.

Klismann mundur, Loew mengambil tongkat estafet. Di tangan Loew prestasi Jerman tak patut dibilang remeh. Loew terbukti tangan dingin dan lebih sukses ketimbang Klisnmann. Dia mengantar Jerman hingga final Euro 2008. Pada babak final Piala Eropa 2008 di Wina-Austria, pasukan Loew tersandung batu. Menyerah 0-1 atas Spanyol lewat gol indah Fernando Torres. Maka duel malam ini seperti ulangan final Euro 2008.

Jerman balas dendam? "Oh pasti. Kalah di final seperti Piala Eropa 2008 selalu menimbulkan kekecewaan. Saya tidak ingin kembali ke Berlin tanpa sesuatu. Kami sangat ingin mengalahkan Spanyol," kata Schweinsteiger.

Dari sisi manapun Jerman 2010 kiranya berhak untuk percaya diri dapat mengalahkan Spanyol. Dari 21 pertemuan mereka sebelum malam ini, rekor kemenangan Jerman lebih baik yaitu 8-6 dan sisanya berakhir seri.

Setelah mengantar tim Die Mannschaft ke semifinal Piala Dunia 2010 dengan permainan fantastis, popularitas Loew melesat hebat. Di Jerman dia hanya kalah tipis dari Kanselir Angela Merkel yang juga "gila bola". Joachim Loew dipuja 82 juta rakyat Jerman yang mendambakan timnas mereka kembali merebut gelar juara dunia. Apalagi sejak Jerman Bersatu belum sekalipun negeri itu meraih juara dunia.

Loew dibanjiri pujian dan harapan. Simak pujian Franz Beckenbauer. "Jerman tak pernah bermain seperti ini. Cara dan gaya mereka bermain fantastis. Setiap orang bergerak, ingin menguasai bola. Semangat tim ini luar biasa," katanya. Atau dengar cara memuji mantan bintang Inggris, Gary Lineker.

"Pada hakekatnya sepakbola adalah permainan 22 orang. Mereka memainkan bola untuk mengalahkan lawan. Dan, Jerman selalu memenangi pertandingan," kata Lineker. Ya, Jerman adalah tim spesialis turnamen karena hampir selalu meraih juara.

Loew sungguh memahami nilai tradisional bangsa Jerman sebagai sumber kekuatan. "Empat tahun saya bekerja. Saya paham nilai-nilai yang dihormati masyarakat Jerman umumnya, yakni kekuatan, ketegaran, kecepatan, disiplin dan kerja keras. Dengan begitu, kami dapat menyajikan sepakbola atraktif. Kami tidak gentar kepada tim manapun," katanya.

Begitulah! Mesin tempur Jerman telah siap menderu-deru demi melumat seteru. Awas, La Furia Roja. Kalian bisa menjadi korban berikutnya.

Apakah mudah membunuh tim Matador? Tunggu dulu. Jangan takabur. Banjir pujian dan harapan bagi Jerman bisa menjadi bumerang. Sejarah telah membuktikan, Jerman remuk redam justru karena antiklimaks atau percaya diri berlebihan. Spanyol bukan Inggris, bukan juga Argentina. Pasukan Merah tetap dengan jatidirinya. Jalan derita telah dilewatinya sejak penyisihan. Spanyol jauh dari puji, kering dengan pujaan. Cara bermain Spanyol yang tiki-taka lewat operan pendek kaki ke kaki paling tidak disukai Jerman.

Laksana Matador, Spanyol adalah petarung ulung. Bertarung sampai tetes darah terakhir. Jadi tunggu dan lihatlah sampai menit terakhir, apakah sweater biru Loew masih mujarab atau Jerman menangis untuk kedua kalinya.Selamat begadang.*

Pos Kupang 7 Juli 2010 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes