2012 NTT Academia Winners

dr Ben Mboi (kiri) dan istri dr. Nafsiah
TAHUN 2012, NTT Academia Award genap memasuki usia yang keenam. Pertanyaan dasar yang kembali ditanyakan oleh para penggagas award ini  bertemu sehari setelah peringatan 17 Agustus 2012 lalu adalah: Sejauhmana kualitas NTT Academia Award masih bisa dipertahankan? Masihkah NTT Academia Award menyasar calon terbaik?

Apakah kita sedang bergerak ke arah itu?Jika tidak, apa yang harus kita lakukan? Kegelisahan  yang tersirat dalam pertanyaan-pertanyaan ini merupakan bukti keinginan untuk maju dan senantiasa mempersembahkan yang terbaik  dalam setiap proses yang ditempuh. Hal ini yang menjadi pegangan bagi para sukarelawan yang tergabung dalam tim kerja tahun ini. Melalui proses panjang akhirnya diputuskan pemenang NTT Academia Winners 2012 sebagai berikut.

1. Dr Aloysius Benedictus Mboi MPh - Lifetime Achievement - NTT Academia Award 2012.

Dalam konteks iklim global yang berubah dan ditengah kerisauan para academia dan pengambil kebijakan tentang proyek-proyek mitigasi perubahan iklim tentang lemahnya kelembagaan formal (dalam hal ini sistim formal dan organisasi kepemerintahan), sosok Ben Mboi tepat untuk membawa harapan bagi rakyat tentang pentingnya pemerintah dan bahwa pemerintah dapat menjadi alat yang efektif danefisien dalam membangun kesejateraan rakyat.

Ditengah kegagalan proyek-proyek kehutanan seperti REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), sosok Dr. Mboi menjadi simbol harapan bahwa bila anda memilih pemimpin yang tepat dan percaya pada sistim, maka daerah yang kering dapat menjadi rimbun dan sejuk, sebagaimana diamini para tetua dari Alila di Alor.

Narasi tetang keberhasilan Ben Mboi ada di mana-mana, dari pelosok Flores hingga pegunungan tinggi di Timor Barat hingga pelosok Alor. "Ketika saya tiba di sini tahun 1978 sebagai guru, daerah ini adalah daerah padang rumput yang gersang dan berbatu. Sering terjadi kebakaran padang setiap tahunnya. Namun kemudian daerah ini berubah menjadi hutan Lamtoro, sejak Gubernur Ben Mboi mendorong reboisasi lewat slogan Operasi Nusa Hijau. Sejak itu, kampung hutan kami menjadi hutan lamptoro."

Hal ini diutarakan Kepala Sekolah SD Gunung di Desa Alila di Alor (Mail 2010; Han 2010 and Boli 2010). Pesan dari Alor di atas memberikan harapan bahwa "Pemerintah dapat bekerja dan sukses dalam menciptakan keberlanjutan ekologi dan ekonomi pedesaan". Cerita di atas juga merupakan konfirmasi atas capaian Gubernur Ben Mboi dalam memimpin NTT 1978-1988 merupakan cerita inspiratif buat para pemimpin NTT masa kini maupun calon pempimpin NTT masa mendatang.

Ditengah-tengah kegersangan dan degradasi kualitas pempimpin NTT yang intelek, visioner,
determinasi kokoh dan personal yang integrative, kami generasi muda dari Forum Academia NTT secara bulat memutuskan bahwa Ben Mboi, Gubernur NTT 1978-1988 sebagai penerima Lifetime Achievement untuk NTT Academia Award 2012.

Di tangan Ben Mboi, rakyat menyaksikan bahwa pemerintah dapat bekerja dan berhasil dalam berbagai sektor termasuk yang paling sulit seperti konservasi lingkungan dan hutan melalui Operasi Nusa Hijau. Mantan Gubernur NTT 1978-1988 menunjukan ciri smart leadership - model yang hilang dari sebuah bentuk kepemimpinan yang ideal yang hilang saat ini dan sosoknya memberikan pesan bahwa NTT sedang kehilangan pemimpin yang dibutuhkan ke depan. Biografi singkat: Dr. Ben Mboi MPh.

2. Dr I Wayan Mudita: Pemenang NTT Academia Award 2012, Kategori Science and Engineering.

I Wayan Mudita
Pak Mudita sedang menyelesaikan studi S3 di Charles Darwin University, Darwin, NT, Australia" (Submitted). Penelitian PhDnya berjudul "Community Biosecurity of Citrus in the Highlands of West Timor, Indonesia". Fokus penelitian ini adalah pada peran kebijakan pemerintah dalam era otonomi daerah dan perlunya pemberdayaan masyarakat dalam menghadapi penyakit huanglongbing (HLB) pada jeruk, khususnya jeruk keprok soe.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebaran penyakit huanglongbing, yang di Indonesia dikenal dengan nama CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration), terjadi bukan hanya tersedianya lingkungan fisik yang memadai, tetapi juga lingkungan sosial (kebijakan) yang mempermudah penyakit menyebar.

Kedua, merintis penelitian mengenai peran tumbuhan lokal dalam ketahanan pangan masyarakat NTT (seperti Lontar). Pak Wayan, sebagaimana beliau biasa di panggil para kerabatnya, sudah 26 tahun mengabdi sebagai dosen di Faperta Undana, Kupang, NTT. Riset PhDnya membuka mata kita bahwa masalah penyakit Huanglongbing (HBL) pada keberlanjutan produksi Citrus di pegunungan tinggi Timor Barat (terutama di Kabupaten TTS dan TTU) berakar pada kebijakan yang tidak berdasarkan pada evidence based - salah satu papernya yang dipublikasikan berjudul Crossing the community-government communication border in managing citrus biosecurity in West Timor, Indonesia".

Pak Mudita lahir di Yehembang, Jembrana, Bali, 21 July 50an tahun lalu. S1  crop protection dari Mataram University, Mataram, Indonesia.  Di tahun 1992 beliau mendapatkan MSc agricultural and environmental sciences dari McGill University, Montreal, Canada. Pak Mudita sedang menantikan hasil PhDnya dari Charles Darwin University, Australia. Biographi singkat I Wayan Mudita PhD Cand.

3. Maria Mediatrix Mali - Pemenang NTT Academia Award 2012, Kategori Social and Policy Entrepreneur 
Mediatrix Mali

Dengan jaringan yang luas, Trix yang pandai berbahasa Inggris dan German ini, berhasil menggalang dana untuk memberantas malaria dari Flores melalui adavokasi dan penguatan kelompok masyarakat, baik di kalangan dasa wisma, kelompok basis umat dan sekolah-sekolah.

Dengan melibatkan Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Trix dan Yaspem berhasil melalukan 72.000 pemeriksaan slide darah malaria di enam kecamatan endemis malaria di Sikka dan berhasil mengobati 1.227 orang yang positif malaria saat itu juga. Trix berhasil mendatangkan ahli-ahli lingkungan dari German untuk membantunya di Sikka. Tindakan memberantas jentik nyamuk di lagon-lagon yang luas dengan BTI (Bacylus Thuringensis Israelensis). Trix juga melibatkan pengusaha yang menyediakan alat berat untuk membuka lagon-lagon yang tergenang agar tidak menjadi sarang nyamuk Anopheles. Tidak hanya pengusaha, anggota brimob, polisi dan tentara pun terlibat dalam gerakan membuka lagon. "Memberantas malaria harus komprehensif dan melibatkan semua unsur masyarakat".

Karena itulah Trix tidak mau bekerja sendiri. Trix Mali melalui Yaspem juga mencari dana untuk melatih para mikroskpist malaria di Sikka. "Saya sangat prihatin dengan kualitas pemeriksaan malaria di Sikka. Sikka memiliki error rate kedua tertinggi di NTT yaitu sekitar 38%. Karena itu, dengan bantuan mikroskopist ahli dari Kemenkes RI di Jakarta, kami bertekad untuk memperbaiki kualitas pemeriksaan malaria di Sikka. Kami telah melatih tenaga mikroskopist dari 14 Puskesmas di Sikka. Saat ini bahkan kami sudah memiliki  "teaching mikroskopist". Kami bertekad untuk menjadikan Sikka sebagai Pusat Cross-checker Malaria untuk daratan Flores". Biographi Trix Mali

4. Gerson Poyk - Pemenang NTT Academia Award 2012, Kategori Sastra dan Humaniora
Gerson Poyk adalah sastrawan Indonesia yang nyaris tidak dikenal di NTT, kampung halamannya sendiri. Berawal dari guru Nusantara, Gerson kemudian memilih menjadi jurnalis, sekaligus sebagai sastrawan.
Gerson Poyk

Pada tahun 1989 ia menerima hadiah sastra ASEAN untuk Sang Guru (1972). Di bidang jurnalistik Gerson adalah penerima hadiah Adinegoro, penghargaan bergengsi yang dikeluarkan PWI, pada tahun 1985 dan 1986. Beliau juga penerima Sea Write Award (1989), Lifetime Achivement Award Kompas dan Anugerah Kebudayaan 2011 dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) atas jasanya di bidang sastra dan budaya.

Karya novel-novelnya "antara lain": Hari-Hari Pertama (1964), Sang Guru(1971), Jerat (1978) Cumbuan Sabana (1979), Giring-Giring (1982), Doa Perkabungan (1987), Poti Wolo (1988), Negeri Lintasan Petir (2009), Sang Sutradara dan Wartawati Burung (2009), Tarian Ombak (2009).   Sedangkan Karya kumpulan cerpennya "antara lain" Matias Akankari (1972), Oleng-Kemoleng & Surat-Surat Cinta Rajagukguk (1975), Nostalgia Nusa Tenggara (1976), Jerat (1978), Di Bawah Matahari Bali (1982), Requiem untuk seorang perempuan (1983), Mutiara di Tengah Sawah (1984), Impian Nyoman Sulastri dan Hanibal (1988), dan Poli Woli (1988).  

Di tahun 2012, karya Gerson Poyk mulai diperkenalkan kembali di NTT. Naskah Teater-nya "Ratu Balonita" dipentaskan ulang oleh para awak teater yang tergabung dalam Rumah Poetika.  Sastrawan kelahiran Namodale, Rote pada tanggal 16 Juni 1931 meskipun tak muda lagi, masih mempertahankan vitalitas dalam ber-kata-kata. Karya masih mengalir dari jarinya. Biografi Singkat Gerson Poyk.

Sumber: Forum Academia NTT

Semua Artikel Terkait Forum Academia NTT: KLIK di SINI

Artikel Lainnya DI SINI
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes