ilustrasi |
"Kemungkinan dalam minggu ini dilaksanakan sambil menunggu persiapan rambu- rambu penunjuk serta baliho kecil yang akan dipasang di tengah jalan," tutur Kepala Dishub Kota Manado Frans Samuel Koagouw melalui kepala Seksi Pengendalian dan Operasional, Donald Wilar, Selasa (20/8/2013).
Bukan sekali ini saja terobosan yang dilakukan Pemko Manado untuk mengatasi kemacetan arus lalulintas. Setahun yang lalu Pemko Manado bekerja sama dengan Kepolisian Daerah (Polda) Sulut pun menerapkan apa yang disebut Jalur Biru untuk mikrolet di beberapa kawasan rawan macet seperti di Boulevard dan beberapa titik di pusat keramaian kota. Mereka mencoba mengubah jalur kendaraan umum.
Namun demikian, tetap saja kemacetan terus terjadi di kota ini. Pada saat jam sibuk, misalnya pagi hari dan saat orang pulang kerja di sore hari, warga Kota Manado biasa terjebak kemacetan. Perjalanan yang mestinya bisa ditempuh dalam hitungan menit, terpaksa menghabiskan waktu hingga berjam-jam.
Sudah berulangkali warga Manado mengeluhkan kondisi ini. Sejak sekitar lima empat tahun yang lalu kemacetan arus lalu lintas sudah menjadi jerit keseharian warga Manado Penyebabnya simpel saja. Bertambahnya jumlah kendaraan bermotor tidak dibarengi dengan bertambahnya volume ruas jalan. Itu salah satu faktor utama selain aspek perilaku masyarakat dalam berkendara di jalan umum.
Data Direktorat Lalu Lintas Polda Sulut mencatat, setiap bulan pertambahan kendaraan bermotor semakin meningkat. Pada bulan Juli 2012, misalnya, terdapat 710.598 kendaraan bermotor dengan laju pertambahan mencapai 4.000 unit per bulan. Tahun ini bisa dipastikan jumlah kendaraan di Manado lebih tinggi lagi.
Menurut pandangan kita, langkah Dishub Kota Manado mengubah jalur di kawasan Kairagi yang diterapkan dalam waktu dekat baik adanya. Namun, terobosan semacam itu hanya berdampak jangka pendek. Fakta kemacetan di Manado mestinya menggugah pengambil kebijakan di kota ini untuk merencanakan sistem transportasi untuk kebutuhan jangka panjang.
Bayangkan kira-kira akan seperti apa kondisi lalu lintas di Kota Manado 50 tahun mendatang. Garis imajiner itu patut diperhitungkan sejak sekarang agar Manado tidak mengulang kesalahan kota-kota lain di Indonesia. Mulai detik ini rancang dan bangunlah secara bertahap sistem transportasi Kota Manado yang bisa efektif dan nyaman hingga 50 bahkan 100 tahun ke depan. Kalau tidak, maka kita tidak perlu menunggu 25 atau 50 tahun untuk menikmati penderitaan akibat kemacetan. Sekarang saja warga Manado sudah menderita bukan? *
Sumber: Tribun Manado 22 Agustus 2013 hal 10