Hidup Bersama Banjir dan Longsor

SAMPAI pekan kedua bulan Januari 2015 tercatat 12 kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur  (NTT) yang melaporkan adanya bencana alam. Bencana yang dilaporkan antara lain banjir, tanah longsor, gelombang pasang dan angin kencang dengan korban jiwa sebanyak tujuh orang.

Kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Rabu (14/1/2015),  Pelaksana Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTT, Tini Thadeus menyebutkan, 12 kabupaten yang telah melaporkan mengalami bencana yakni  Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan (TTS), Timor Tengah Utara (TTU), Malaka, Sikka, Ngada, Lembata, Manggarai Timur (Matim), Manggarai Barat (Mabar), Rote Ndao, Sumba Timur (Sumtim) dan Kota Kupang. 

Dari keempat jenis bencana yang dilaporkan itu, kata Thadeus, paling dominan adalah bencana banjir dan tanah longsor. Jumlah kerugian akibat bencana  di 12 kabupaten  masih didata tetapi perkiraan sementara menembus angka miliaran rupiah. Di Kabupaten Sumba Timur saja, taksasi kerugian mencapai Rp 821 juta.

Dijelaskannya, dari tiga titik lokasi bencana akibat banjir di Sumba Timur, terjadi kerusakan duiker  dan talud pengaman di Desa Laipandak, Kecamatan Wula Waijelu senilai Rp 500 juta, kerusakan oprit talang di Desa Lai Hau Kecamatan Lewa Tidahu senilai Rp 117 juta, kerusakan talud oprit di Desa Hambapraing Kecamatan Kanatang senilai Rp 204 juta. Sedangkan dari Lembata dilaporkan ada kerusakan 16 unit rumah penduduk akibat banjir dengan kerugian  Rp 350 juta.

Banjir dengan dampak serius pun terjadi di Kabupaten Kupang  mulai dari wilayah Tarus, Noelbaki, Oesao hingga Naibonat. Ratusan unit rumah penduduk tergenang air dengan ketinggian 40 hingga 50 centimeter. Banjir akibat meluapnya Sungai Oesao itu pun merendam ratusan hektar tanaman penduduk.

Menurut catatan Pos Kupang, intensitas serta daya rusak banjir Oesao terus meningkat dalam waktu sepuluh tahun terakhir. Selain faktor sedimentasi sungai, ketiadaan drainase sepanjang Jalan Timor Raya ikut memberi kontribusi terjadinya banjir saban tahun. Dalam sepuluh tahun terakhir, sadar atau tidak, telah banyak terjadi alih fungsi lahan di kawasan itu. Permukiman meluas seiring meningkatkan jumlah penduduk. Makin banyak pula properti dan bangunan baru di kawasan tersebut.

Mengingat musim hujan di NTT  akan memasuki puncaknya pada bulan Januari dan Februari 2015, maka kemungkinan besar bencana banjir dan tanah longsor sedang mengintai dengan ganas. Maka untuk kepentingan jangka pendek, kewaspadaan serta langkah antisipasi mesti menjadi perhatian pemerintah dan seluruh komponen masyarakat. Mesti disadari bahwa kita hidup bersama banjir dan longsor yang sewaktu-waktu bisa merengggut nyawa serta mengeruk harta benda.

Untuk kebutuhan jangka panjang kita mendorong pemerintah kabupaten dan kota di NTT tidak main-main dengan urusan tata ruang wilayah. Tata ruang memungkinkan kita tahu tempatkan diri. Mana lokasi untuk pemukiman, industri, pertanian dan lainnya. Dan, memelihara  kelestarian lingkungan merupakan keniscayaan. Jangan babat pohon sembarangan. Juga buanglah sampah pada tempatnya. Kita bisa mulai dari hal-hal yang kerap dianggap remeh seperti itu.*

Sumber: Pos Kupang 16 Januari 2015 hal 4
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes