WOW, sungguh menakjubkan, sungai di bawah gunung sepanjang tiga kilometer hanya ada di Kampung Lambaleda, Desa Tengkuleda, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sungai bawah gunung itu berada di Sungai Waewina. Warga masyarakat Lambaleda menyebut sungai bawah gunung itu yang juga termasuk gua alam bawah gunung itu adalah Werwitu.
Sungai bawah gunung yang juga termasuk goa alam di bawah gunung pada bagian hulunya atau pintu mengalirnya air sungai disebut Werwitu. Sementara di bagian hilirnya atau air sungai keluar disebut Cing Coleng. Hanya masyarakat lokal di Kecamatan Lambaleda yang mengetahui keunikan air sungai di bawah gunung Cing Coleng.
Selasa, 27 Januari 2015, sekitar pukul 15.30 Wita, wartawan Kompas.com bersama dengan sejumlah jurnalis lokal dan bagian Hubungan Masyarakat (Humas) Pemkab Manggarai Timur ditantang menyusuri Sungai Waewina untuk melihat dan menyaksikan langsung keunikan air sungai yang mengalir di bawah gunung. Bahkan insting jurnalis untuk menerima tantangan secara spontan keluar untuk pergi melihat langsung keunikan dan keajaiban goa alam yang dialiri air itu.
Selama perjalanan pulang bersama dengan sopir bagian Humas Kabupaten Manggarai Timur, Om Fabianus Nurung bercerita tentang keunikan air sungai yang mengalir di bawah gunung. Tiba-tiba dalam kendaraan secara spontan menyepakati untuk mengunjungi lokasi wisata tersebut.
Nah, sampai di depan gedung SMAN Lambaleda, rombongan menanyakan informasi kepada masyarakat yang sedang bekerja membersihkan rumput di ladang tentang jalan masuk menuju ke goa alam Werwitu.
Berbekal informasi singkat dari warga masyarakat itu, rombongan memarkirkan kendaraan di pinggir jalan dan berjalan ke depan asrama SMAN Lambaleda. Dari asrama, kami dipandu oleh dua siswa SMAN Lambaleda, yakni Emilianus Igu dan Basilus Balawato. Kedua siswa ini bersama dengan sejumlah rekannya mengetahui lokasi goa itu dan jalan masuknya.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, rombongan bersama dengan dua siswa itu tiba di pintu masuk goa. Saat itu air Sungai Waewina mengalir sangat deras karena musim hujan. Setiba di depan pintu masuk goa, rombongan berhenti sejenak sambil mengabadikan keindahan dan keunikan goa tersebut dengan kamera.
"Pada musim kemarau dan aliran air Sungai Waewina kecil, kami biasa masuk ke dalam goa untuk melihat burung Kalong. Namun, jika air Sungai Waewina mengalir deras kami tidak berani masuk,” jelas kedua siswa tersebut.
"Kami akan terus mempromosikan keunikan goa alam Werwitu di bagian hulunya dan goa alam Cingcoleng di bagian hilirnya. Kami minta kerja sama dari jurnalis untuk memperkenalkan obyek wisata ini ke dunia luar,” jelasnya.
Asal-usul Nama Werwitu dan Cing Coleng
Agustinus Supratman, bagian Humas Pemda Manggarai Timur menuturkan, Werwitu adalah nama seorang gadis di wilayah Lambaleda. Namun, dalam kehidupan sosialnya, Werwitu berperilaku kurang bagus di masyarakat. Agar nama kampung tetap dijaga baik maka para orangtua di wilayah tersebut sepakat membuang Werwitu di pintu masuk goa tersebut. Nah, mulai saat itu goa alam itu disebut Goa Alam Werwitu.
"Saya dengar cerita dari orangtua di sekitar wilayah tersebut yang berkaitan dengan nama Goa Alam Werwitu. Belum banyak yang mengetahui tentang keunikan goa alam di bawah gunung di Lambaleda tersebut. Bahkan, rombongan kita bersama dengan wartawan yang pertama mengunjungi goa tersebut selain warga lokal yang mencari burung kalong,” jelasnya.
Agustinus melanjutkan, nama Cing Coleng juga memiliki arti. Pertama-tama, ada seorang bapak dari kampung sekitar itu pada beberapa tahun silam tersesat. Bapak yang tersesat itu diselamatkan oleh seorang ayam hutan, dalam bahasa lokal disebut “Rata”. Saat itu ayam hutan sedang menggali lubang untuk bertelur. Tiba-tiba galiannya tembus ke bawah dan setika itu sinar matahari tembus di lubang.
Nah, dari dalam tanah ada suara seorang manusia. Lalu ayam jantan bertanya, dalam bahasa lokal, "cing" artinya "siapa" dan dari bawah dijawab "co leng" artinya "kenapa" atau "ada apa". Ketika mendengar suara manusia, ayam jantan menyelamatkan bapak yang tersesat melalui lubang yang sudah digali sehingga bapak tersebut selamat.
“Saat ini Goa Cing Coleng dikelola oleh Paroki Lambaleda sebagai tempat ziarah di Keuskupan Ruteng. Ada sejumlah patung, seperti Patung Bunda Maria. Bahkan di bawah goa itu muncul lima mata air yang mengalir dari air Sungai Waewina. Setiap Sabtu dan Minggu, goa ini ramai dikunjungi wisatawan lokal untuk berdoa sambil berwisata,” jelasnya.
Cara Menuju Goa Werwitu dan Cing Coleng
Wisatawan domestik dan mancanegara yang datang dari Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat berjalan di jalan Transflores menuju Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai. Dari pusat kota, wisatawan berjalan menuju ke Timur dan sampai di Bealaing. Dari Bealaing, wisatawan melintasi hutan lindung Banggarangga menuju ke Beamuring dan menuju ke Bentengjawa, ibu kota Kecamatan Lambaleda.
Selanjutnya dari pusat Kota Kecamatan di Bentengjawa, wisatawan belok kanan menuju Timur. Nah, sampai di depan SMAN Lambaleda berhenti dan berjalan menuju ke Goa Werwitu.
.
Sedangkan ke Goa Cing Coleng, wisatawan berjalan lurus dari ibu kota
Kecamatan Lambaleda menuju ke arah Dampek. Sekitar empat kilometer dari
pusat kota, wisatawan belok kanan dan ada tulisan selamat datang di Goa
Alam Cing Coleng.Untuk wisatawan yang datang dari Timur, seperti Maumere, Ende, Nagekeo, Bajawa belok kanan di Bealaing, ibu kota Kecamatan Pocoranaka. Jalan menuju ke obyek wisata sangat bagus dengan aspal yang layak. Dari Bealaing ditempuh dengan kendaraan diperkirakan memakan waktu 2,5 jam.
Sumber: Kompas.Com