Rekor Edu Nabunome Belum Terpecahkan

Edu Nabunome (tengah)
PROVINSI Nusa Tenggara Timur (NTT) identik dengan gudang atlet atletik nasional.  Sejak tahun 1960-an putra-putri Flobamora mengharumkan nama Indonesia melalui cabang olahraga tertua itu.

Ketika diwawancarai Pos Kupang, Jumat (19/2/2016), mantan pelatih atletik NTT, Drs. Fredik Tunliu menceritakan kembali kilas balik kiprah atlet atletik di daerah ini. Pria  yang akrab disapa Eddy Tunliu ini menyebut  Rony Mello sebagai orang NTT pertama yang mengikuti pendidikan formal atletik tingkat internasional di Jerman   melalui program pendidikan dan latihan (diklat).

Eddy menjelaskan, menghadapi PON VI, Komando Gerakan Olahraga (Kogor) NTT memanggil sejumlah atlet dari daratan Timor, Alor, Flores dan Sumba.  Para atlet yang terpilih saat itu mengikuti program TC di Kupang, yakni Piter Lobo (Timor) mengikuti nomor lari 100 meter dan lempar lembing. Jan Imang (Alor) ikut 10.000 meter dan lari marathon. Zet Lalametan (Timor) ikuti nomor lompat tinggi. Amos Kamesah (Timor)  mengikuti nomor 10.000 meter, lari marathon dan Marthen Gela (Sumba) mengikuti nomor lompat tinggi galah. Sedangkan atlet putri, Martha Pati (Timor) mengikuti nomor 100 meter dan  200 meter. Asnat Riwu Pasa (Sumba)  mengikuti nomor 100 meter, lompat jauh dan Johana Mety (Sumba)  lempar cakram.

Atlet putra dan putri NTT  yang dipersiapkan ke PON VI dilatih Rony Mello, Rudy Leiwakabesi dan  Eddy Tunliu. Pemusatan latihan selama satu bulan.  Ternyata PON VI dibatalkan karena peristiwa Gerakan 30 September (G 30 S PKI)  tahun 1965 di Jakarta.
Para atlet atletik NTT yang sudah dipersiapkan mengikuti PON VI  dibubarkan dan dikembalikan ke daerah masing-masing.

Pemerintah dan KONI Pusat menetapkan PON VII  di Surabaya,  Jawa Timur,  tanggal 26 Agustus -6 September 1969. KONI kembali merekrut atlet-atlet yang telah dipersiapkan empat tahun sebelumnya. Hasil yang diraih atlet atletik NTT di PON VII tidak mengecewakan. Amos Koamesah meraih medali perunggu  nomor lari marathon dan Johana Meti meraih perunggu nomor lempar cakram.

"Atlet atletik NTT menoreh prestasi gemilang saat mengikuti Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Atletik di Jakarta Desember 1972. Saat itu NTT mengirim atlet putra Kusa Detaq di nomor  1.500 meter, serta atlet putri Mathilda Fanggidae (almh) nomor tolak peluru serta Viana Djahimo juga nomor tolak peluru dengan pelatih Rony Mello dan Dra. Martini Wora.  Di Kejurnas Atletik 1972, atlet NTT Mathilda Fanggidae meraih juara I  (medali emas)," kenang Eddy.

Ia mengatakan, dalam sejarah atletik NTT bahwa  banyak nomor yang diikutsertakan pada kegiatan tingkat nasional, baru pada Kejurnas Atletik 1972 itu NTT mencetak  sejarah  baru meraih medali emas pertama. "Dan pada saat itu KONI NTT mencanangkan motto "NTT Emas". Karena itu, motto NTT Emas embrionya telah diletakkan dari cabang atletik yang adalah ibu dari semua cabang olahraga," kata  Eddy.

Pada tahun 1973, NTT  mengutus sejumlah atlet mengikuti PON VIII.  "PON VIII di Jakarta adalah PON prestasi pertama dan tidak seperti PON-PON terdahulu yang lebih pada PON prestise. Provinsi NTT di PON VIII mengirim atlet putra  Kusa Detaq mengikuti nomor  lari 1.500 meter dan  Otnial Takaeb 10.000 meter. Atlet putri Mathilda Fanggidae dan Mace Siahainenia nomor tolak peluru, Wempy Foenay (lempar cakram), Yuli Hangge  (1.500 meter),  dan Yance Radja (1.500 meter). Pelatih Rony Mello dan W.A.L. Radja.  Di PON VIII,  atlet  Otnial Takaeb meraih medali perunggu (juara III) dan Mathilda Fanggidae meraih medali emas (juara I). 

Sekretaris Pengprov PASI NTT, Eduard Setty mengatakan saat Mell Yacob, S.H  menjabat Ketua DPRD Kabupaten Kupang sekaligus Ketua Pengcab PASI Kabupaten Kupang, dia mencanangkan program Atletik Masuk Desa tahun 1980 -1985. Program  Atletik Masuk Desa melahirkan atlet legendaris Eduardus Nabunome. Saat Pengda PASI NTT dijabat Piet A Tallo, digelar rutin Sirkuit Atletik NTT tahun 1995 -2009. Hasilnya,  lahir atlet nasional Oliva Sadi Olivia yang hingga kini masih menjadi andalan NTT.

"Masih menjadi kebanggaan NTT karena catatan rekor nasional yang diraih atlet NTT Eduardus Nabunome pada nomor lari 10.000 meter junior tahun 1986 di Jakarta, Bali 10 K tahun 1989 (29:25.0), dan lomba lari marathon tahun 1993 di Jakarta (2:19.18), belum terpecahkan sampai saat ini. Selain itu,  rekor atlet Oliva Sadi  nomor 1.500 meter  junior tahun 2001 di Kuala Lumpur, Tersiana Riwu Rohi nomor 10.000 meter  jalan cepat diraih tahun 1999 di Jakarta (47:26.84) dan 20.000 meter jalan cepat diraih Tersiana tahun 2003 di Jakarta (1.40.25)," kata Eduard Setty.  (ferry ndoen)


Sumber: Pos Kupang 20 Februari 2016 hal 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes