Biskuit Bantuan UN-WFP Berisi Silet dan Pentul

KEFAMENANU, PK--Ribuan dos biskuit gratis bantuan dari United Nations World Food Programme (UN-WFP) yang disalurkan oleh Care International di Kefamenanu kepada ratusan sekolah dasar di 17 kecamatan di Kabupaten TTU, diduga berisi pisau silet (pisau cukur), jarum pentul, kaca beling, anakan hecter dan batu kerikil. Lima orang murid di Kecamatan Insana hampir menjadi korban biskuit ini. Kasus ini sedang dalam penanganan aparat Polsek Insana.

Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) TTU, AKBP Adi Wibowo, S.H, yang dikonfirmasi wartawan melalui Kasat Reskrim Polres TTU, Iptu Eko Mei Probo Cahyono, Kamis (2/4/2009) siang, membenarkan. "Memang benar ditemukan beberapa bungkus biskuit berisikan pisau silet, anakan hecter (staples) dan jarum pentul. Biskuit itu adalah bantuan dari WFP yang disalurkan melalui Care International kepada ratusan sekolah dasar di TTU," kata Eko. 

Kasus ini, lanjut Eko, sedang dalam penyelidikan oleh aparat Polsek Insana di Kiupukan. Beberapa bungkus biskuit dan silet serta jarum pentul sudah diamankan sebagai barang bukti.

Kepala SDK Kiupukan I, Lazarus Tefa, yang ditemui wartawan di ruang kerjanya, Kamis kemarin membenarkan hal itu. Ia mengatakan, di sekolahnya ada empat murid yang nyaris jadi korban menelan benda asing berbahaya yang terdapat dalam bungkusan biskuit itu. "Hampir saja tertelan oleh para murid. Beruntung segera kami tarik kembali biskuit itu dari para murid," ujarnya.

Ia mengaku tidak mengira biskuit untuk perbaikan nutrisi dan gizi balita justru hampir menelan korban jiwa. "Biskuit itu bantuan dari Pemerintah Arab Saudi melalui WFP dan disalurkan oleh Care International. Sebab, di bungkus kardus tertulis kalimat: Bantuan dari Kerajaan Arab Saudi," jelas Tefa, seraya memperlihatkan bungkus plastik dan bungkus kardus biskuit itu.

Sebenarnya, lanjut Tefa, kasus ini sudah terendus sejak tanggal 25 Maret 2009. Namun, pihak terkait yang paling bertanggung jawab terhadap penyaluran biskuit ini berupaya 'menyembunyikan' dari pers. 

Ia memaparkan, pada tanggal 25 Maret 2009, dua murid, yaitu Adrianus Naisau nyaris menelan pisau silet yang terselip di antara beberapa lempeng biskuit dan Stefanus Neno Naisau, nyaris menelan dua batang jarum pentul dalam biskuit itu.


Berikutnya, kata Tefa, tanggal 26 Maret 2009, dua murid perempuan, yaitu Dorce Nabu dan Irene Naihelly, nyaris menelan pisau silet. Tanggal 27 Maret 2009, Dorce Nabu, nyaris kembali menjadi korban karena dalam bungkus biskuitnya terselip beberapa anakan hecter (staples).

"Lalu pada tanggal 28 Maret 2009, kami para guru menggelar rapat. Dalam rapat disepakati biskuit gratis itu ditarik dari para murid dan disimpan saja di sekolah. Kami minta WFP dan Care International datang untuk memberikan klarifikasi sesegera mungkin," tandas Tefa.

Penjelasan yang sama disampaikan Ny. Elisabet Kase, Kepala Sekolah SDN Nesam, ketika ditemui terpisah, Kamis kemarin. "Salah satu murid kami bernama Januarius Klau, nyaris menjadi korban. Diantara lempengan biskuit terselip sepotong silet. Kami jadi trauma. Karena itu, saya sudah minta kepada guru-guru agar biskuit gratis yang sudah terlanjur dibagikan, ditarik kembali dan disimpan di sekolah. Apalagi saya dengar banyak sekolah juga mengalami kasus serupa," kata Ny. Kase.

Kapolsek Insana, Iptu Herman Lona, ketika dihubungi wartawan, Kamis pagi, menolak menjelaskan kasus ini. "Sebaiknya wartawan menanyakan langsung kepada Kapolres TTU. Sebab, kasus ini sudah dilaporkan kepada atasan saya," katanya. 

Kendati demikian, ia mengakui pihaknya sedang melakukan penyelidikan kasus biskuit tersebut. Barang bukti biskuit, pisau silet, jarum pentul dan anakan hecter sudah disita penyidik. "Saya akan melaporkan kasus biskuit ini kepada Bupati TTU. Dan, untuk menyelamatkan dan menghindari jatuh korban, sebaiknya para kepala sekolah dan semua guru di Insana segera menarik biskuit tersebut dari para murid," pinta Camat Insana, Carolus Mance, S.Sos, yang dihubungi terpisah, Kamis kemarin siang. 

Diperoleh informasi, ada delapan sekolah yang sudah melaporkan kasus biskuit tersebut kepada Polsek Insana. Delapan sekolah itu, yakni SDK Kiupukan 1, SDN Nispukan, SDN Peutana, SDN Bisain, SDN Sipi, SDN Ekafalo, SDN Besnaen dan SDN Nesam.

Pantauan Pos Kupang, pada bungkus plastik dan bungkus kardus, tertulis biskuit itu diproduksi oleh PT. Tiga Pilar Sejati di Solo, Jawa Tengah. Di bungkus itu juga tertulis kalimat dalam tinta warna hijau, yang berbunyi: Sumbangan dari Kerajaan Arab Saudi. Di bagian lain bungkusan, tertulis kalimat: Bantuan dari United Nations World Food Programme, kerja sama dengan Pemerintah Indonesia. (ade)

"Sangat mencurigakan!"

PROJECT Manager Nutricion Rehabilitation Project (NRP) pada Kantor Care International, Willem Leong, yang dihubungi melalui telepon genggamnya di Kupang, Kamis (2/4/2009) sore, mengakui adanya kasus biskuit tersebut. "Memang benar, Care International yang ditunjuk sebagai penyalur biskut yang diproduksi oleh PT. Tiga Pilar Sejati itu. Dan saya sudah mendengar adanya laporan tentang kasus itu. Tapi setelah saya analisa, ada faktor X yang sangat mencurigakan," kata Willem.

Kenapa mencurigakan? "Sebab di Kabupaten Kupang dan TTS tidak ada masalah dan tidak ada laporan soal temuan benda-benda berbahaya itu. Cuma di Kabupaten Belu dan TTU saja. Dan anehnya, biskuit ini bukan saja dibagikan ke sekolah dasar, juga dibagikan ke posyandu setempat. Tapi sampai hari ini tidak ada pengaduan dari Posyandu," katanya dengan nada heran. Dan, biskuit yang dibagikan itu, lanjut Willem, diproduksi pada pabrik yang sama, yaitu PT. Tiga Pilar Sejati di Solo.

Dikatakannya, biskuit itu diproduksi khusus, yakni difortifikasi dengan sembilan vitamin dan lima mineral, untuk perbaikan gizi dan nutrisi para balita di sekolah dasar dan posyandu. "Bantuan dana untuk program biskuit difortifikasi itu berasal dari Kerajaan Arab Saudi melalui WFP. Dan diproduksi di Indonesia, bukan di Arab Saudi. Sedangkan Care International cuma menyalurkan saja," jelas Willem.

Untuk Kabupaten TTU, lanjutnya, ada 100 sekolah dasar dan 200 posyandu di 17 kecamatan yang mendapat bantuan biskuit gratis itu. "Saya kurang tahu angka pastinya. Tapi yang saya ingat, biskuit itu dibagikan di 17 kecamatan di TTU, yang meliputi 100 lebih sekolah dasar dan 200 lebih posyandu," kata Willem. Ia mengaku sedang menggelar pertemuan di kantornya di Kupang.

Willem mengatakan, sebuah tim sudah terjun ke TTU untuk melakukan penyelidikan dan berupaya melakukan sosialisasi. "Bila tim sudah membuat laporan, akan dianalisa apakah akan ditarik atau tidak. Sekarang sementara dipending dulu, biskuitnya diamankan dulu di sekolah," katanya. (ade)

Pos Kupang edisi 3 Maret 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes