Selamat Jalan Pak Piet

KUPANG, PK---Ribuan pelayat, warga Kota Kupang dan sekitarnya, utusan dari daerah-daerah, sahabat kenalan dan simpatisan menghantar jenazah (alm) Piet Alexander Tallo, S.H ke Taman Makam Pahlawan Dharma Loka, Kota Kupang, Rabu (29/4/2009). Makam Gubernur NTT periode 1998-2003, 2003- 2008 itu satu deret dengan makam pendahulunya Gubernur El Tari.

Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, yang menjadi inspektur upacara, atas nama masyarakat NTT mengucapkan selamat jalan kepada almarhum. "Atas nama masyarakat NTT, saya ucapkan selamat jalan Pak Piet, " kata Lebu Raya.

Sebelum dimakamkan, jenazah almarhum disemayamkan di Gereja Maranatha Oebufu dan Kantor Gubernur NTT, Jalan El Tari I, sebagai penghormatan terhadap almarhum. Acara pemakaman dilakukan secara kedinasan, diawali dengan ibadat yang dipimpin Pdt. Thobias Bani, mulai pukul 09.00 Wita di rumah duka di Jalan Amabi, Oebufu. 

Sebelum jenazah almarhum diserahkan pihak keluarga oleh Ny. Erny Tallo kepada inspektur upacara, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, tokoh adat dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) melantunkan natoni. Acara ini mengisahkan perjalanan hidup almarhum, termasuk menjabat Bupati TTS selama dua periode, 1983-1988, 1988- 1993, Wakil Gubernur NTT 1993- 1998, dan Gubernur NTT dua periode, 1998- 2003 dan 2003- 2008 serta pengabdian dan dedikasinya dalam membangun NTT.

Chris Tallo, adik kandung almarhum, dalam sambutannya mewakili keluarga di rumah duka mengatakan, Tuhan tak pernah bermain dadu terhadap semua peristiwa kematian yang dialami umat manusia, termasuk (alm) Piet Tallo. Kematian merupakan rencana Tuhan terhadap manusia ciptaanNya. Kematian juga merupakan peristiwa manusiawi yang tak bisa dihindari.

Chris menyampaikan terima kasih kepada Gubernur NTT sebelumnya, mulai dari El Tari hingga Herman Musakabe yang telah memberi dukungan dan pembinaan terhadap almarhum. 

"Atas nama keluarga, saya minta para staf dan masyarakat NTT untuk memaafkan almarhum selama kepemimpinannya, baik sebagai Bupati TTS, Wakil Gubernur NTT, Gubernur NTT maupun jabatan lainnya. Kami menyadari sebagai manusia, almarhum pasti seorang manusia yang tak sempurna. Hanya dengan cara itu, almarhum bisa masuk dalam kerajaan surga," pinta Chris.

Selaku inspektur upacara, Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, mengatakan, hidup manusia adalah sebuah ziarah yang dimulai sejak lahir hingga meninggal, bahkan sampai kehidupan kekal. Dalam konteks kebersamaan selama hidup, kematian pasti membawa duka bagi mereka yang ditinggalkan. Meninggalnya almarhum tak hanya membawa duka bagi keluarga, tapi juga pemerintah dan masyarakat NTT serta orang-orang yang pernah mengenalnya.


Menurut Lebu Raya, sebagian hidup almarhum dibaktikan untuk daerah ini. Karena itu, NTT telah kehilangan seorang putra terbaik, tokoh, guru dan bapak yang telah meletakkan dasar-dasar pembangunan. Karena itu, kata Lebu Raya, sangat pantas kalau sosok almarhum dijadikan tokoh panutan. 

"Saya minta kepada semua pihak agar semangat hidup dan semua aspek positif yang dilakukan almarhum tetap dijadikan sebagai pedoman hidup. Kita harus menjadikannya sebagai contoh dalam hidup dan karya kita dalam rangka mewujudkan NTT Baru. Almarhum adalah pekerja keras dan tak mau lamban dalam bekerja. Terkadang almarhum bersikap keras. Ini mau menunjukkan bahwa kerja haruslah dengan cepat dan tepat," kata Lebu Raya.

Sebagai penghormatan dan penghargaan, jenazah almarhum disemayamkan di Kantor Gubernur NTT beberapa menit lalu diberangkatkan ke TMP Dharma Loka untuk dikebumikan. 
Saat diantar ke TMP Dharma Loka, di pinggir kiri dan kanan jalan dipadati warga Kota Kupang yang memberikan penghormatan terakhir dengan caranya masing-masing. Ada yang melambaikan tangan, ada yang menatap tak bersuara dan ada yang berteriak memanggil nama almarhum. Ratusan kendaraan dan sepeda motor mengarak jenazah almarhum ke TMP Dharma Loka.

Di TMP Dharma Loka, jenazah almarhum dimakamkan melalui upacara militer oleh TNI. Almarhum dimakamkan satu deret dengan El Tari. Usai pemakaman dilanjutkan dengan tabur bunga di makam El Tari yang kemarin genap 31 tahun meninggal dunia. 

Pemakaman Piet Tallo dihadiri Uskup Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr, mantan Gubernur NTT, Hendrik Fernandez bersama Ny. Mia Fernandez, Herman Musakabe, Bupati TTU, Gabriel Manek, Bupati Rote Ndao, Lens Haning, Wakil Bupati Belu, Wakil Bupati Sumba Barat, Wakil Sumba Tengah, Wakil Sumba Barat Daya, Wakil Bupati Flotim, Wakil Bupati Sikka, Wakil Walikota Kupang, para pimpinan SKPD, anggota DPRD NTT seluruh PNS lingkup Setda NTT serta sanak keluarga serta simpatisan lainnya.(gem/den) 


Air Mata Lebu Raya

SUARA Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, tersekat. Tak kuasa menahan haru. Matanya memerah. Butir-butir air mata bening pun jatuh, menambah hening suasana di tenda duka. Semua yang hadir hanyut dalam duka. 

Suasana itu terjadi ketika Lebu Raya mengungkapkan kenangan saat pertama bertemu (alm) Piet Tallo saat masih menjabat Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) di SoE. Ketika itu Lebu Raya masih mahasiswa. Lebu Raya ke SoE dalam kegiatan GMNI. Dalam perjalanan waktu, pertemuan itu terajut lebih erat lagi ketika duet ini memimpin NTT. Piet Tallo menjadi gubernur dan Lebu Raya menjadi wakil gubernur untuk periode kepemimpinan 2003-2008. 

"Banyak nasihat yang beliau berikan. Beliau menyampaikan nasihat dengan santun dan kata-katanya penuh makna. Petuah itu tetap saya ingat dalam perjalanan hidup saya. Tak disangka, saya mendampingi beliau sebagai gubernur dan saya wakilnya. Kami pun mengakhiri kepemimpinan lima tahun dengan baik. Beliau selalu berpesan, jaga dan bina kebersamaan. Atas nama masyarakat NTT, saya mengucapkan selamat jalan Pak Piet," kata Lebu Raya meneteskan air mata. 

"Dia adalah seorang pendoa yang kuat. Suatu ketika, beliau datang ke ruang kerja saya dan mengajak saya untuk berdoa. Ini sesuatu yang sangat luar biasa bagi saya ketika bersama-sama memimpin daerah ini," kenang Lebu Raya.

Dihubungi Pos Kupang, Sabtu (25/4/2009) malam, saat Piet Tallo menghembuskan nafas terakhir di Jakarta, Lebu Raya juga mengungkapkan pesan yang diberikan beliau kepadanya saat dia menjabat Ketua GMNI Cabang Kupang. "Kalau mau besar, harus keluar dari lubang batu," kata Lebu Raya mengutip nasihat Piet Tallo.

Petuah itu dilukiskan Lebu Raya sarat makna. Awalnya, kata Lebu Raya, dia sulit menerjemahkan petuah itu. Lama kelamaan Lebu Raya mengerti petuah itu, dan keluar dari lubang batu memimpin PDIP NTT, mendampingi almarhum maju dalam pemilihan gubernur dan Wakil Gubernur NTT periode 2003- 2008, dan unggul satu suara pada putaran kedua. 

"Saya sama sekali tak menyangka menjadi pendamping beliau. Saat pertemuan di SoE sama sekali tak ada bayangan bahwa kami harus bersama-sama memimpin NTT. Saya belajar banyak dari beliau," kata Lebu Raya. (gem/den)

Pos Kupang edisi Kamis, 30 April 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes