13 Siswi SLTA Hamil Batal Ikut UN

WAINGAPU, PK -- Sebanyak 13 siswi SLTA di Kabupaten Sumba Timur dan Rote Ndao, batal mengikuti ujian nasional (UN) karena hamil. Dari 13 siswi itu, 10 orang di Sumba Timur dan tiga orang lainnya di Rote Ndao.

Kepala Bidang (Kabid) SMA/SMK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Sumba Timur, Ruben Ngguli Ndima yang ditemui di ruang kerjanya, Selasa (21/4/2009), mengatakan, aturan internal sekolah melarang siswi yang hamil mengikuti UN.

Di Sumtim, katanya, ada 49 siswa yang tidak ikut UN yang pada hari ini sudah memasuki hari ketiga. Dari 49 orang itu, 10 di antaranya karena hamil.

Meski demikian, kata Ruben, tidak berarti siswi hamil tidak mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya. "Mereka bisa ikut ujian Paket C atau mengulang tahun depan," katanya.

Dia menambahkan sekolah hanya melapor ke PPO bahwa 10 siswi itu berhalangan tetap, tidak eksplisit menyebut hamil.

Data yang diperoleh Pos Kupang, 10 siswi hamil itu berasal dari SMAN 1 Waingapu (tiga orang), SMA Andaluri (dua orang), SMAN 2 Waingapu (dua orang) dan SMAN Hahar satu orang.


Menurut Ruben, dengan kenaikan standar kelulusan UN, target kelulusan UN Sumtim untuk SLTA diturunkan dari 80 persen (tahun 2008) menjadi 70 persen. Dia berharap kelulusan tahun ini bisa melebihi target

Dari Ba'a dilaporkan, tiga siswi batal ikut UN karena hamil. Menurut Kadis Pendidikan Rote Ndao, Drs
Marthen L Henukh, ada juga siswa yang tidak mengikuti UN tanpa alasan yang jelas dan ada yang sakit. Total peserta UN SLTA di kabupaten itu sebanyak 1.083 orang.

Tiga siswi yang hamil itu berasal dari SMAN I Lobalain (satu orang) dan dua lainnya dari SMAN Oetefu.
UN di Rote dipantau oleh tim pemantau independen dari Universitas Nusa Cendana Kupang. 

Pada UN hari kedua, sejumlah peserta UN di Kupang mengeluh sulit menjawab soal-soal bahasa Inggris. Soal yang paling sulit adalah pada 15 nomor pertama yang merupakan listening.

Keluhan ini disampaikan Abdul Karim Madjid, Yameks Liko dan Noni Syandri Kuman dari Jurusan Bangunan dan Listrik SMK Kristen 2 Kupang, Antonius Doni (SMK Negeri 5), Agnes Waton dan Febiani Taneo dari jurusan IPA SMA Kristen Kupang. Mereka ditemui terpisah, kemarin.

Para siswa ini mengatakan, soal bahasa Inggris untuk 15 nomor pertama yakni listening dengan alat bantu tape recorder sangat sulit ditangkap. "Kami sudah mempersiapkan diri secara matang, namun mau bilang apa, karena memang soalnya sulit. Kami susah mengerjakannya untuk bagian listening ini," kata Abdul. Siswa lainnya pun mengeluhkan hal yang sama.(dea/mar/nia)

Pos Kupang edisi Rabu, 22 April 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes