KUPANG, PK--Sidang perdana Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kupang, Rabu (26/8/2009), ricuh, bahkan nyaris terjadi adu jotos. Kericuhan dipicu kata-kata tidak santun yang dilontarkan Ketua Sementara, Victor Lerik, SE, kepada anggota Dewan, Rudy Tonubessi, M.Si.
Seperti disaksikan Pos Kupang, di meja pimpinan sidang, Lerik didampingi Wakil Ketua Sementara, Yeskiel Loudou. Rapat dibuka sekitar pukul 09.50 Wita. Rapat perdana ini hendak membahas beberapa agenda. Di antaranya waktu kerja, pakaian seragam dan tata tertib. Pada saat pembahasan mengenai pakaian seragam, Victor Lerik sempat meminta maaf karena dia tidak mengenakan pakaian seragam yang sudah dibagikan dengan alasan tidak mengetahuinya. Lerik mengenakan celana jeans berwarna biru dan baju kemeja berwarna biru garis-garis.
Rudy Tonubessi masuk ruang rapat sekitar 20 menit setelah rapat berjalan. Tonubessi yang mengenakan baju berwarna hitam kotak-kotak dengan celana kain memasuki ruang sidang. Setelah Tonibessi duduk, Lerik membacakan surat Mendagri yang menegaskan bahwa tata tertib, alat kelengkapan dan lainnya hanya bisa dibahas, tetapi belum bisa disahkan.
Agenda tatib mendapat tanggapan dari sejumlah anggota Dewan. Samuel Taklale meminta agar dibuat jadwal yang lengkap sehingga Dewan tahu jadwalnya. Djainudin meminta UU Susduk yang sudah disahkan bisa dibagikan kepada anggota Dewan untuk dipelajari. Lerik menyampaikan pendapatnya agar tatib dibahas secara informal. Setelah itu baru Dewan menyatukan persepsi dalam rapat resmi.
Terhadap berbagai pendapat itu, Tonubessi meminta waktu untuk bicara. Tonubessi meminta maaf karena tidak tahu ada sidan kemarin. Pasalnya dia belum menerima undangan. Belum selesai bicara, Lerik memotong Tonubessi karena inti pembicaraannya sama, cuma berbeda cara penyampaiannya.
Tonubessi balik menginterupsi Lerik. "Saya belum selesai bicara," kata Tonubessi.
Mantan Wakil Ketua Dewan itu melanjutkan pembicaraannya, tetapi dipotong lagi oleh Lerik. Lerik meminta Tonubessi langsung kepada inti pembicaraan.
Suasana rapat mulai gaduh dan tegang. Menanggapi pembicaraan Tonubessi, Lerik bersuara keras dan mengetuk palu sidang sebanyak tiga kali sambil berteriak agar Satpol PP menggiring Tonubessi ke luar ruangan. Masih dengan suara tinggi, Lerik juga meminta sekwan mengeluarkan Tonubessi dari ruangan. Lerik memukul lagi palu sidang tiga kali. Pada pukulan palu terakhir, air dalam botol aqua di meja Lerik tumpah. "Keluar kau, atau saya yang keluar," kata Lerik sambil mengangkat palu menunjuk ke arah anggota Dewan. Lerik lalu meninggalkan meja pimpinan.
Beberapa saat kemudian, Yeskiel Loudou mengambil alih jalannya rapat. Loudou menskorsing rapat selama satu jam. Loudou meminta agar anggota Dewan bisa menjaga kebersamaan di Dewan. "Saya juga emosi, tapi saya minta kita jaga kebersamaan kita di Dewan ini," pintanya.
Setelah sidang diskor, Lerik diajak masuk ke dalam ruangan Wakil Ketua Dewan. Sekitar pukul 10.55 Wita, Lerik masuk lagi ke ruang sidang dan mencabut kembali skorsing tersebut.
"Pengumuman. Mulai hari ini sampai masa lima tahun kepemimpinan saya, tidak ada orang yang merasa pintar, semua anggota sama. Tidak ada orang yang sok tahu. Semua pendapat, usul dan saran akan saya tampung. Jadi jangan sok, merasa sok pintar, tidak ada orang yang sok pintar, siapa pun dia. Semua punya hak untuk menyampaikan saran, usul. Kalau ada usul, bukan berarti harus dilaksanakan. Kalau ada yang sok pintar, keluar. Mulai hari ini, saya tekankan kalau ada yang sok pintar dan menggurui, saya akan usir keluar atau saya yang keluar," kata Lerik dengan nada suara yang tinggi.
Lerik juga sempat memukul meja pimpinan tersebut dengan tangannya sebanyak tiga kali.
"Kita semua sama di sini. Kebetulan sesuai dengan susduk, saya sebagai ketua. Kita semua punya hak untuk mengajukan saran, usul dan pendapat, tapi mekanismenya kita bahas. Bukan dari udik sana, datang di sini sok pintar. Saya tutup sidang ini, dan kebetulan saya baru menandatangani dua disposisi surat undangan. Kita tunggu surat undangan yang resmi dan besok kita lanjutkan pembahasannya," ujar Lerik
Anggota Dewan lainnya, Leonard Kale Lena, menanyakan kepada Lerik definisi sok pintar. Mendengar pertanyaan tersebut, Lerik langsung membalasnya dengan kata-kata tidak santun.
Tidak puas dengan kata-kata Lerik, Tonubessi menginterupsi. "Saya interupsi, Saudara pimpinan Dewan. Jangan keluarkan kata-kata yang tidak etis," kata Tonubessi.
Mendengar hal tersebut, Lerik menjawab, "Muka ganteng, kulit putih, otak idiot. Sok pintar, tapi goblok. Itu definisinya. Jangan sok menggurui. Mulai besok, jangan ada yang sok menggurui. Paham," kata Lerik dengan nada tinggi.
Tonubessi kemudian menanggapi, "Saudara pimpinan yang kami hormati. Kami anggota Dewan, hanya fungsinya yang berbeda. Anda berdua sebagai pimpinan dan kami anggota. Kami punya hak untuk bicara."
Lalu terjadi 'perang mulut' antara Lerik dan Tonubessi. Beberapa saat kemudian, Lerik turun dari meja pimpinan menuju ke meja anggota. Tiba di deretan depan, Lerik dihadang oleh beberapa anggota Dewan. Mereka menahan Lerik agar tidak menuju ke kursi Tonubessi. Niko Frans, Djainudin, Yeskiel Loudou membawa Lerik ke meja pimpinan dan menenangkannya.
Sementara di bagian belakang, Tonubessy keluar ruangan sambil berteriak meminta Sekwan memanggil polisi. "Sekwan, segera panggil polisi. Saya sudah dihina di dalam ruangan rapat ini," kata Tonubessi. Setelah beberapa saat ditenangkan, Lerik kemudian menutup sidang. (ira)
Pos Kupang 27 Agustus 2009 halaman 1