Perintis Lahirnya Bank NTT

ALMARHUM Frans Seda adalah perintis lahirnya Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTT, saat ini berubah nama menjadi Bank NTT. Tahun 1960, Seda dan Jusuf Indra Dewa merintis lahirnya bank di NTT. Bank ini akhirnya diresmikan tahun 1962.

Hal ini dikisahkan Thomas Tho, salah seorang mantan Direksi BPD NTT, yang ditemui di kediamannya, Jalan Seruni, Naikoten, Kupang, Sabtu (2/1/2010).

Menurut Thomas, sekembali dari studinya di Belanda tahun 1956, setahun kemudian Seda yang merupakan sarjana pertama asal Flores, membuka perusahaan di Ende, yang dikenal dengan Holding Company PT Nusa Bunga. Perusahaan ini bergerak di bidang perdagangan kopra, pelayaran, pabrik sabun merek Kaboreta, pabrik dendeng kerbau di Reo dan pabrik hollobriks (batu cetak tahan api) di Maumere.

Holding Company menghimpun perusahaan- perusahaan di Flores dengan perusahaan pelayaran Tanjung Bunga. Dalam perjalanan, timbul perselisihan antara Seda dengan Dion Lamury. Dion Lamury mengambilalih perusahan pelayaran dan berdiri sendiri. Peristiwa itu terjadi antara tahun 1956-1957.

Saat itu, katanya, Seda juga bekerja di PT Perintis Jakarta. Dia memberikan perhatian khusus terhadap anak-anak NTT yang potensial. Thomas Tho dan Donatus Say dikirim mengikuti pendidikan sebagai kader bank pada IBC (Indonesian Bank Cooperation) Jakarta. Adol Parera (almarhum) dan seorang lagi mengikuti pendidikan di Bank Boperasi Bandung. Ada yang mengikuti pendidikan pengolahan dendeng dan dua orang lagi mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk pabrik sabun.

Tahun 1960 Seda dan Indra Dewa merespon pendidiran Bank Pembangunan Daerah (BPD) NTT. Di bidang ekonomi, perhatian Seda lebih fokus pada koperasi. Ada dua koperasi besar, yakni Koperasi Kopra (Kokop) di Flores dan Gabungan Koperasi Hewan (Gakowan) untuk Timor dan Sumba serta Flores bagian barat (Ngada dan Manggarai,Red).

Dua koperasi ini tumbuh subur. Setahun Kokop mengirim 2.000-an ton kopra ke Surabaya dan kota besar lain di Jawa dan koperasi hewan yang diketuai Bung Kanis mengekspor 2.000-an ekor ternak ke Hongkong. Seda, demikian Thomas, sangat mencintai Flores yang disebutnya Nusa Bunga sehingga perhatian ke Flores khususnya, dan NTT umumnya, sangat tinggi.

Cerita soal perhatian Seda di bidang perdagangan dan koperasi, juga dituturkan Damyan Godho, wartawan Kompas saat itu. Sebagai wartawan Kompas, Damy mengetahui banyak terobosan yang dilakukan Seda untuk kemajuan NTT.


Di bidang politik, Seda bergabung dengan Kasimo di Partai Katolik. Dalam perjalanan, Kasimo mundur dan Seda naik sebagai ketua umum. Saat menjabat ketua umum Partai Katolik, Kasimo mengusulkannya untuk duduk dalam Kabinet 100 menteri yang dicanangkan Presdien Soekarno. Seda dipercayakan Bung Karno sebagai Menteri Perkebunan. Di masa Soeharto, Seda dipercayakan menduduki jabatan Menteri Keuangan, Menteri Pertanian dan terakhir Menteri Perhubungan.

Partai Katolik, kata Thomas dan Damy, juga pernah mencalonkan Seda sebagai gubernur pertama di NTT. Namun karena tokoh Katolik di Flores pecah sehingga niat itu gagal dan Lalamentik yang terpilih sebagai gubernur pertama di NTT. Seda terus membina kader partai untuk menjadi bupati seperti almarhum Frans Sales Lega di Manggarai, Jan Jos Botha di Ngada dan P C da Cunha di Sikka. Kader partai saat itu, kata Thomas, dididik dengan baik sehingga banyak yang sukses di pentas politik. Seda juga sebagai tokoh yang sangat menentang PKI.

Pasca G 30 S PKI, lanjut Thomas, Indonesia "ambruk" dan Seda sangat berperan dalam melobi negara- negara Eropa untuk terus memberikan bantuan ke Indonesia. Akhirnya dia dipercayakan sebagai Menteri Keuangan yang banyak orang menolaknya, karena kerumitan yang sedang dihadapi bangsa saat itu. (gem)

Pos Kupang, Senin 4 Januari 2010 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes