Tuhan Lengah

DUA hari menjelang HUT ke-24 Propinsi Nusa Tenggara Timur, Bung Kanis menghangatkan sidang paripurna DPRD NTT di Kupang dengan kisah fantasi tentang untaian kepulauan di ini propinsi.

Berkisahlah Si Bung dengan gaya oratornya yang khas sebagai berikut. Pada hari terakhir di saat Tuhan hendak beristirahat dari pekerjaan mencipta ini dunia, Jawa telah subur luas mendatar. Sumatra dengan lebam rimba rayanya biru-biru hitam terkapar. Kalimantan berat terhampar tersegi-segi membola.

Sulawesi nakal-nakal lincah menari-nari mengempat jari, dan ke sebelahnya Dia serak lempar Kepulauan Maluku, kilat berkilau- kilau hidup kilau sawah habis terluku. Papua? Sengaja Tuhan ciptakan mengepala burung, kepala burung Kasuari.

Tuhan puas. Puas memandang butiran intan permata yang sengaja Ia kalung khatulistiwa. Terciptalah sudah lilitan permata, terciptalah sudah jamrud khatulistiwa, terciptalah sudah Republik Indonesia.

Dan, Tuhan hendak beristirahat. Tapi eeii ... ada tanah melekat di tangan, masih gumpalan kecil-kecil tanah liat melingkup jari jemari. Sejenak Tuhan lengah dan Dia mengebaskan tangan. Gaib ajaib kebasan Alwasia. Tanah yang melayang terkebas, membentuk rentetan pulau-pulau kecil baru di tengah lautan.

Tuhan kaget. Tampak hijau timbul tenggelam pulau yang enam. Semua kecil, terlalu tidak berarti tidak berdaya di tengah pulau- pulau jantan besar.

Tuhan bimbang. Mau diapakankah pulau-pulau kecil itu, memanjang tidak berdaya digelung buas ombak samudera terselatan? Terciptakan tidak tertakdirkan kembang enam seuntai, sama membentuk gugusan Nusa Tenggara.

Tuhan tafakur. Ai tidak! Tuhan tidak hendak menganaktirikan kembang seuntai, meski cuma ciptaan kebetulan, hasil lengah kebasan tangan hendak istirahat.

Dengan senyum kasih Tuhan merelakan masing-masingnya keistimewaan. Bali lemah gemulai tari dewangga raya; Lombok hamparan subur tanah ladang tanah sawah; Sumbawa madu berlepotan di dedahanan rimba belantara; Sumba dengus ringkik kuda lumba; Timor hewan limpah di tandusnya sabana dan Flores pesona panorama.

Mencegah tercipta kebetulan baru, jauh di atas gunung-gunung Flores, tertegun Tuhan mencuci tangan. Eii lihat! Air kotor cuci tangan, menitik jari-jemari Ilahi, membuat pesona baru: Tiga buah danau, Kelimutu unikum dunia. Danau berwarna tiga; yang satu merah darah, satu lagi hijau girang pupus pisang, di sampingnya putih-putih kabur kulit telur asin. Kain penggosok tangan Ia lempartebarkan ke permukaan, mengepul menguaplah harum firdaus, hutan cendana harum mewangi di Timor.

Cerita fantasi tentang Nusa Tenggara Timur itu dituturkan Kanis Pari sebelum menyatakan sikap fraksinya, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menerima Nota Keuangan dan Rancangan Perubahan APBD I NTT tahun anggaran 1982/1983 untuk ditetapkan dalam Perda pada sidang paripurna DPRD NTT tanggal 18 Desember 1982 (Kanis Pari, Jangan Takut Berpolitik, 2004: 265).

Setiap kali merayakan hari jadi ini propinsi, beta suka membaca kembali cerita fantasi Bung Kanis Pari. Kisah fantasi yang menggelitik sekaligus memberi ruang sejenak untuk introspeksi. Benarkah Tuhan menciptakan gugusan pulau-pulau kecil di kawasan Nusa Tenggara ini tanpa rencana? Hasil lengah kebasan tangan Ilahi saat hendak istirahat? Ah, si Bung ada-ada saja. Tuhan tentu punya rencana sendiri dengan menghadirkan gugusan pulau yang indah di kawasan selatan NKRI. Kepulauan ini menyimpan keistimewaan yang tidak dipunyai pulau yang lain, baik dari sisi manusia, alam maupun budayanya.

Bukankah Bali cukup sering lebih populer di mata dunia internasional ketimbang nama Indonesia? Bukankah Lombok kini disebut sebagai Bali plus karena keistimewaan mereka merawat dan memanfaatkan karunia Tuhan lewat pembangunan total di bidang pariwisata?

Dua hari menjelang HUT ke-52 Propinsi NTT, pemerintah propinsi meluncurkan Visit Flobamora di Aula El Tari-Kupang dengan target kunjungan 1 juta wisatawan pada tahun 2013.

Tekad yang luar biasa. Kita salut dan hormat. Sudah semestinya NTT lebih percaya diri karena dibandingkan dengan Bali, Lombok atau Sumbawa, gugusan 566 pulau di kawasan ini jauh lebih kaya. Kaya tak terkira.

Masalah Flobamora sejak dulu hanya satu, kita kurang fokus dan total mengurus satu soal agar dunia mengenal NTT sebagai apa. Kita mau mengurus banyak hal sehingga serba tanggung lalu tercecer di mana-mana.

Tentang pembangunan pariwisata, beta ingin mengutip pesan inspiratif dari P. Robert Ramone, CSsR, salah seorang pemenang NTT Academia Award 2010. Menurut pastor dari kongregasi Redemptoris yang berkarya di Pulau Sumba tersebut, kuranglah tepat diksi menjual obyek wisata karena karya tangan Tuhan yang indah itu sesungguhnya sudah menjual dirinya sendiri. Tugas pemerintah (negara) adalah membuka akses agar setiap orang dapat bepergian ke obyek- obyek wisata tersebut dengan mudah.

Nah, bagaimana kenyataan hari ini di beranda Flobamora? Tuan dan puan sudah tahu sehingga beta tak perlu beri tahu. Dirgahayu Nusa Tenggara Timur. NTT Bisa (lebih baik). Kalau mau! (dionbata@yahoo.com)

Pos Kupang, Senin 20 Desember 2010 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes