Dua sejoli Jonathan Stanly dan Bondas (foto Rizky@TM) |
Di jagat maya atau melalui brosur, newsletter dan pamflet, promosi nama Bunaken begitu indah memikat hati. Rindu menarik ingin. Orang dari berbagai belahan dunia mau datang ke Manado, ke bumi Nyiur Melambai karena terhipnotis pesona Bunaken, teristimewa alam bawah lautnya yang disebut-sebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia.
Tak dinyana orang-orang yang terbius pesona Bunaken, yang rela habiskan dolar atau rupiah hasil tabungan bertahun-tahun demi menikmati keindahan alam Sulawesi Utara malah mereguk tragedi indah kabar dari rupa.
Bayangkan perasaan dua sejoli dari London Jonathan Stanly dan istrinya Bondas. Pasangan muda yang mau berbulan madu sekaligus menikmati keindahan alam bawah laut Bunaken harus melewati kubangan lumpur dan bebatuan tajam ketika menuju speed boat di Pelabuhan Calaca Manado, Rabu (9/10/2013). Mereka terpaksa menempuh cara itu lantaran tidak ada jembatan khusus dari dermaga menuju ke perahu yang akan membawa mereka ke Pulau Bunaken.
Pasangan muda itu perlahan menuruni jalan berbatu tajam. Sesampai di bibir pantai mereka melangkah ke perahu melewati kubangan berlumpur yang jaraknya kira- kira 2 meter. Tak ada cara lain, mereka melepas lalu memegang sandal masing- masing. Kubangan yang mereka lewati berisi sampah rumah tangga berupa mie yang sudah bengkak, pembungkus makanan, botol, gelas plastik, kertas, lumpur dan lain-lain. Baunya sungguh menusuk hidung. "It is dangerous," kata Bondas.
Memang berbahaya jika Anda ke Bunaken melalui Calaca atau kawasan Pasar Jengki. Dan, itu sudah berlangsung sangat lama. Sejak jembatan penghubung dermaga dengan perahu rusak dihantam ombak dan termakan usia uzur beberapa tahun silam, belum terlihat gelagat pemerintah daerah ini membangunnya kembali.
Ayo selamatkan Bunaken! Seruan ini akan terus kita gemagaungkan agar pemangku kepentingan di daerah ini jangan berpangku tangan dan memandang remeh temeh terhadap urusan sangat penting itu. Sejak puluhan tahun silam Sulawesi Utara menjadikan pariwisata sebagai sektor andalan dan hasilnya sudah kita petik.
Ketika Bunaken membius jutaan orang dari berbagai benua, justru sepotong jembatan kecil tak sanggup kita bangun dalam tempo sesingkat-singkatnya dan membiarkan sampah busuk bertebaran. Seekor nyamuk di seberang lautan terlihat terang benderang, gajah di pelupuk mata tidak terjamah. Begitu banyak urusan publik di Sulut yang terabaikan dan kita anggap biasa-biasa saja. Kita tidak gelisah dan cemas. Mati rasa. Siapa mau tetap setia pada perkara-perkara kecil? Ayo selamatkan Bunaken segera mungkin! (*)
Sumber: Tribun Manado 11 Oktober 2013 hal 10