KUPANG, PK--Tambang mangan makan korban lagi. Empat penambang mangan di Kiumabun, Desa Oebola Dalam, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, tewas tertimbun batu mangan, Selasa (6/10/2009) pukul 14.00 Wita, ketika sedang menggali material galian ini.
Para korban tertimbun selama tiga jam hingga berhasil dievakuasi pada pukul 17.00 Wita oleh warga setempat. Selain empat penambang tewas, satu orang dalam kondisi sekarat. Kempat korban tewas itu, masing-masing Melianus Bariut (51), Petrus Sabloit (38), Ambrosius Seran (11) serta Marice Ton (38). Mereka langsung divakuasi ke rumah duka yang berjarak kurang lebih tiga kilometer arah barat.
Sementara korban yang selamat, Nikolaus Sabloit, mengalami gangguan pada batang leher dan dada akibat tertimbun batu mangan. Dia diselamatkan ke salah satu rumah milik kerluarga yang berjarak kurang lebih satu kilometer dai lokasi kejadian.
Sebelumnya, pada Jumat (2/10/2009) lalu, dua penambang mangan, Simon Lensini dan Etri Lensini tewas tertimbun saat menambang mangan di sekitar Kampung Taliat, Kelurahan Naioni, Kota Kupang.
Istri korban selamat Nikolaus Sabloit, Sarlina Sabloit Malafu, menuturkan, saat kejadian suaminya bersama empat korban lain masuk ke dalam lubang sedalam tiga meter dengan ketinggian tebing delapan meter untuk menggali batu mangan. Tiba-tiba, kata Malafu, tanah dan batu mangan dari permukaan tebing rubuh dan mengubur kelima korban, termasuk suaminya.
Saat itu juga dia berlari menuju lubang dan tidak melihat suaminya bersama empat korban lain, sehingga Malafu berteriak minta tolong. Selang beberapa menit kemudaian, warga sekitar berdatangan dan berusaha untuk menyelamatkan kelima korban dengan menggali tumpukan timbunan mangan. Kurang lebih tiga jam baru warga menemukan kelima korban, empat di antaranya sudah meninggal.
Marice Ton, satu di antara keempat korban yang meninggal, dihantar keluarganya ke Amarasi untuk dimakamkan di sana, sedangkan tiga lainnya disemayamkan di satu rumah milik orangtua mereka di Desa Oebola Dalam yang berjarak kurang lebih tiga kilometer dari Kantor Camat Fatuleu.
Disaksikan Pos Kupang, Rabu (7/10/2009), ketiga korban tewas dibaringkan pada satu tempat tidur di sebuah rumah daun tanpa dinding. Keluarga dan sanak saudara duduk di atas bangku dan kursi mengelilingi ketiga jenazah yang terbaring kaku. Jenazah Ambros Seran, yang merupakan cucu dari dua korban lain, dibaringkan di tengah. Beberapa luka tampak jelas pada wajah ketiga korban yang membiru.
Di tenda duka, beberapa warga duduk bersama beberapa guru dari Ambros Seran. Mereka duduk secara berkelompok. Semua diam membisu, turut merasakan penderitaan keluarga korban. Turut hadir di tenda duka itu, Camat Fatuleu, Batarudin, serta Kapolsek Fatuleu, AKP Yohanes Hamsibu. Sementara di lokasi kejadian yang berjarak kurang lebih tiga kilometer dari rumah duka, tampak sepi, tidak ada aktivitas apa pun di sana.
Lokasi galian mangan itu terletak di bukit dan berada di antara hutan bambu liar di pinggir sebuah kali kering. Untuk mencapai lokasi itu, harus mengikuti jalan tikus melintasi kali kecil hingga 300 meter dari jalan umum. Kurang lebih 10 meter dari lokasi galian terdapat beberapa karung kosong dan 13 botol kosong miras. Di sisi kiri dan kanan lubang yang lebarnya kurang lebih empat meter dengan kedalaman tiga meter itu terdapat 118 karung mangan yang sudah berhasil dikumpul. Dari ke 118 karung mangan itu, 58 karung diletakkan di sisi kiri dan kanan lubang, sementara 60 karung yang diletakkan di depan lubang itu tertimbun tanah akibat evakuasi para korban.
Mangan di bukit ini baru mulai digali satu minggu terakhir. Bahan galian yang belakangan menjadi primadona warga itu masih dikumpulkan di lokasi, belum pernah dijual. (mas)
Pos Kupang 8 Oktober 2009 halaman 1