Alex menipu Alex, Lippi yang terbaik

Oleh Dion DB Putra

SEHARI menjelang big match di Stadion Old Trafford melawan Manchester United (MU), playmaker Juventus, Alessandro Del Pierro mengatakan, dia akan absen dalam pertandingan itu. Dia ingin menyiapkan fisik menghadapi juara Amerika Selatan, River Plate dalam perebutan Piala Toyota di Tokyo, Selasa (26/11/1996). Pengakuan Del Piero yang oleh publik di negerinya lebih akrab dengan sapaan Alex ini diberitakan luas oleh media massa internasional.

Mendengar hal itu, Pelatih MU Alex Ferguson mengulum senyum. Dalam analisisnya, Juventus tanpa "Alex" Del Piero serta Antonio Conte (kapten) yang masih cedera, kekuatannya hanya sekitar 75 persen. Pria Skotlandia itu langsung mematok target, MU harus menang di kandang sendiri dalam pertandingan Rabu malam atau Kamis dini hari Wita (21/11/1996).

Namun, satu jam menjelang duel itu, Alex Ferguson seakan tidak percaya bahwa Pelatih Juventus, Marcello Lippi menurunkan Alex Del Piero. Strategi Ferguson kacau-balau. Dia tidak menyiapkan pemain serta strategi khusus untuk mengawal jelajah Del Piero saat merumput di Old Trafford.

"Tipuan" gaya Alex Piero akhirnya terbukti. Manchester United kalah 1-0 hasil tembakan penalti Del Piero menit ke-36. Ferguson keluar lapangan dengan wajah loyo, tak tahan mendengar omelan sekitar 45.000 pendukung MU yang kecewa.

Ini merupakan kekalahan kedua kalinya berturut-turut di kandang sendiri hanya dalam tempo dua minggu! Pada 30 Oktober lalu, MU menyerah dengan skor yang sama pada juara Turki, Fenerbache. Kini, nasib MU di ujung tanduk. Untuk lolos ke perempatfinal Liga Champions Eropa 1996/1997, memerlukan sedikit keajaiban. MU harus menang pada duel terakhir melawan Rapid Wina, dengan catatan Fenerbache menyerah pada Juventus di Delle Alpi Turin.

Melihat penampilan tim "Setan Merah" melawan Juventus seperti ditayangkan RCTI mulai pukul 03.30 Wita kemarin, siapa pun perlu mengakui Juventus pantas menang. Lippi membuktikan dirinya layak terpilih sebagai pelatih terbaik di Italia tahun 1995 dan 1996.

Strategi jitu Lippi membalikkan ramalam bahwa MU akan menang di rumah sendiri. Turun dengan formasi 4-4-2 (MU pun memainkan formasi yang sama), pasukan Lippi langsung menekan sejak kick off. Lippi memegang prinsip pertahanan terbaik adalah menyerang tanpa henti. Alex Ferguson rupanya tidak cepat menangkap strategi ini. MU yang biasanya sangat lugas dalam menyerang, justru berada di bawah tekanan lawan.

Para pemain MU yang dikomando sang jenderal Eric Cantona, masih senang memanfaatkan lebar lapangan dengan sistem pertahanan zona. Celakanya, duel di lapangan tengah dikuasai kuartet Juve, Didier Deschamps, Zidane, Alessandro Del Piero dan Vladimir Jugovic. Kehadiran Del Piero sungguh merusak konsentrasi Cantona dalam merancang serangan ke jantung pertahanan lawan. Selama babak pertama, Juve mendominasi pertandingan sekitar 55 persen.

Gol tunggal Juventus pada menit ke-36 adalah bukti nyata buruknya palang pintu "Setan Merah". Alex Del Piero yang begitu bebas berkeliaran, dihadang Butt lalu terjatuh dalam kotak terlarang. Old Trafford diam seribu bahasa saat tembakan kaki kanan Alex mengoyak jala Peter Schmeichel.

Striker MU, Ole Gunnar Solskjaer praktis hanya mendapat dua peluang bagus pada 45 menit pertama. Umpan-umpan Ryan Giggs dari wing kiri maupun David Beckham dari sayap kanan, kurang terukur dan selalu bisa dihalau pilar pertahanan Juve, Ciro Ferrara, Moreno Toricelli dan Paulo Montero. Karena kesal, Eric Cantona bahkan "memakan" Montero pada menit ke-41 sehingga wasit menghadiahkannya kartu kuning.

Babak kedua, Alex Ferguson baru berhasil mengembalikan jiwa permainan timnya. Kendali permainan 80 persen dipegang Setan Merah. Serangan yang dibangun Cantona dkk menghasilkan delapan tendangan pojok dan enam peluang emas dan yang memporak-porandakan pertahanan tim "Zebra". Kegagalan MU mencetak gol lebih disebabkan oleh permainan cemerlang kiper nomor satu Italia, Angelo Peruzzi di bawah mistar Juve.

Peruzzi mematahkan tembakan voli Eric Cantona pada menit ke-64 dari luar kotak enambelas. Demikian pula dengan sontekan setengah dada Ryan Giggs pada menit ke-78. Bila diberi angka, Peruzzi pantas meraih nilai 10 atau yang tertinggi menyusul Del Piero dan libero Ciro Ferrara.

Di kubu MU, masuknya Jordi Cruyff pada menit ke-83 menggantikan Solskjaer tidak banyak membantu. Sebaliknya, Marcello Lippi mengganti Di Livio dengan Tacchinardi untuk memperkuat pertahanan pada saat injury time.

Lippi akhirnya sukses besar di Grup C Liga Champions Eropa 1996. Mereka tak terkalahkan dan sudah pasti lolos ke perempatfinal. Kemenangan Juve menegaskan bahwa mereka adalah tim yang menyerang maupun bertahan sama bagusnya. Lebih dari itu, bangsa Inggris rupanya perlu belajar tentang Italia yang pintar mengibuli lawan, Italia yang terkenal dengan mafianya. Munculnya Alex Piero hanya satu jam menjelang pertandingan, membuat Alex Ferguson harus mengurut dada, menelan kekecewaan untuk kedua kalinya.

** Dipublikasikan Pos Kupang edisi Jumat, 22 November 1996.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes