Bapa Alo dan Mama Ros |
Tidak banyak pasangan suami istri yang bisa merayakan ulang tahun pernikahan emas atau 50 tahun hidup bersama.
Hari Kamis 15 Agustus 2024 pasutri atau pasangan suami istri Aloysius Epu dan Rosalina merayakan pesta emas pernikahan mereka.
Rahasia keluarga ini terkuak saat misa harian pagi di Gereja St.Fransiskus dari Assisi, Kolhua Kupang. Pasutri tersebut membuat intensi khusus yang dibacakan Romo Dus Bone.
Seusai misa romo, diakon, suster, frater serta umat yang ikut perayaan misa harian mengucapkan selamat kepada pasutri Alo dan Ros.
Saya pun tidak mau ketinggalan termasuk mengabadikan mereka lewat kamera foto.
Bapa Alo berasal dari Ende, sedangkan Mama Rosalina asal Kabupaten Belu. Pasutri ini menikah di Atambua 15 Agustus 1974. Saat itu saya baru berusia 5 tahun.
Bapa Alo Epu adalah purnawirawan TNI Angkatan Darat (AD). "Kami menikah di Atambua. Setelah nikah saya ditugaskan ke Timor Timur (kini Timor Leste," kata Bapa Alo.
Menurut Bapa Alo, sebelum pensiun dia bertugas cukup lama di wilayah Kabupaten Manggarai.
Bapa Alo dan Mama Ros hampir selalu bersama ke mana-mana. Kompak. Mereka rutin misa harian pagi di Gereja Assisi Kolhua Kupang. Ikut arisan keluarga Ende di Kolhua pun selalu bersama.
Bapa Alo adalah pria yang ramah, murah senyum dan ceria. Kalau kami kumpul saat arisan bulanan, beliau suka bercanda.
Suasana cair dan penuh tawa bila Bapa Alo hadir. Kesukaannya main kartu dengan anggota arisan yang lain seperti Ambros Ngada, Rofinus Mana, dan lain-lain.
Pasutri Alo-Ros bersama kawan-kawan 😀 |
Tadi pagi saya sempat bertanya resep panjang umur dan sehat hingga merayakan pesta emas pernikahan.
Bapa Alo menjawab dalam bahasa ibu kami yaitu Ende Lio.
"Negi menga no ngaji," ujarnya. Artinya kurang lebih, mereka sehat dan bahagia semata karena selalu melantunkan doa syukur kepada Tuhan.
Resep hidup sederhana namun mujarab. Bersyukur dalam situasi apapun merupakan jalan bahagia.
Proficiat Bapa Alo dan Mama Ros. Sehat dan bahagia selalu. (*)