KUPANG, PK---Kandungan gizi dan vitamin dalam bahan pangan lokal tidak perlu diragukan. Yang dibutuhkan agar pangan lokal itu lebih menarik minat dan membangkitkan selera adalah teknik pengolahan dan penyajiannya. Karena itu, dibutuhkan kreativitas dalam menyajikannya.
Demikian sari pendapat yang diperoleh dari penjelasan Ketua Tim Penggerak PKK NTT, Ny. Lusia Adinda Lebu Raya, dan Ketua Tim Penggerak PKK Kota Kupang, Ny. Welmintje Adoe Benyamin, Wakil Ketua Tim Penggerak PKK Kota Kupang, Ny. Viktoria Hurek. Ketiganya dihubungi Pos Kupang, Rabu (15/7/2009), merespons diskusi yang diselenggarakan Pos Kupang, Selasa (14/7/2009), tentang pangan lokal.
Diskusi yang dipadukan dengan peluncuran buku 50 Tahun Ziarah Pangan Nusa Tenggara Timur itu menampilkan tiga narasumber, yakni Gubernur NTT, Drs. Frans Lebu Raya, Rektor Undana, Prof. Ir. Frans Umbu Datta, dan Ir. Viator Parera. Dalam diskusi itu dinilai penting mengangkat dan membiasakan masyarakat NTT mengonsumsi pangan lokal. Ketiga narasumber sepakat bahwa NTT sebetulnya tidak kekurangan bahan pangan, karena alam NTT telah menyediakan begitu beragam bahan pangan lokal.
Sejauh ini, masyarakat sudah tidak biasa lagi mengonsumsi pangan lokal karena terlanjur dicitrakan sebagai bahan makanan kelas rendahan.
Menurut Ny. Lusia Lebu Raya, kandungan vitamin dan gizi dalam pangan lokal cukup bagus dan bernilai. Yang kurang, katanya, adalah teknik penyajiannya yang tidak menggoda selera. Karena itu dia berharap agar sajian pangan lokal lebih kreatif.
Dari pengalamannya ketika berkunjung ke masyarakat, kata Ny. Lusia, pangan lokal disajikan dengan menarik selera makan. Pangan lokal seperti jagung, pisang dan ubi-ubian disajikan secara baik selama acara berlangsung. Tetapi dia sering bertanya, apakah menu yang disajikan selama masa kunjungan itu tetap dikonsumsi warga setempat setelah kunjungannya berakhir? "Jangan sampai ada kesan, makanan lokal yang disajikan hanya untuk menyenangkan hati pak gubernur sebagai pencanang program pangan lokal saat melakukan kunjungan kerja ke daerah. Sekembalinya rombongan, jangan sampai warga setempat sudah lupa makan pangan lokal," kata Ny. Lusia.
Pendapat senada diutarakan Ny. Welmintje Adoe. Menurutnya, sangat jenuh mengonsumsi pangan lokal jika disajikan secara utuh tanpa kreasi pengolahan. Dia mencontohkan, pisang rebus yang dibaluti kulit secara utuh akan cepat kenyang bila dikonsumsi seorang anak kecil. Pisang akan lezat dan terus disantap anak bila dijadikan cake pisang, ditaburi dengan parutan keju.
Ubi kayu sebagai pangan lokal, lanjut Welmintje, akan jenuh dikonsumsi oleh anggota keluarga bila disajikan dengan cara rebus setelah dipotong selebar tiga jari orang dewasa. "Ubi kayu bisa diracik dengan sederhana dengan cara memarut sebatang ubi. Parutan ubi dimasukkan dalam kukusan lalu ditaburi kelapa parut atau coklat. Sajian yang menarik dengan berbagai bentuk dan warna ubi kayu yang alamiah bisa membangkitkan gairah makan anak," katanya.
Menurut Ny. Lusia Lebu Raya, di sejumlah kampung yang dikunjunginya, ia menemukan ada banyak hasil panen petani yang berlimpah. Ia sangat menyayangkan bila hasil panen itu tidak dimanfaatkan secara baik karena keterbatasan keterampilan pengolahannya.
Perlu Kampanye
Baik Ny. Lusia maupun Ny. Welmintje sepakat bahwa perlu kampanye menggalakkan masyarakat mengonsumsi pangan lokal. Ny. Lusia optimis pangan lokal akan sukses menjadi raja pangan di NTT jika ada promosi dan kampanye terutama menyangkut kandungan gizi serta penyajian yang kreatif.
Keterlibatan rumah makan dan restoran di Kota Kupang dalam menyajikan pangan lokal, kata Ny. Lusia dan Ny. Welmintje, turut membantu warga Kota Kupang untuk menentukan pilihan menunya.
Wakil Ketua PKK Kota Kupang, Ny.Viktoria Hurek, mengatakan, sudah saatnya warga Kota Kupang tidak berharap kepada beras sebagai makanan pokok dalam keluarga. Pangan lokal juga harus tampil sebagai menu utama yang mendominasi untuk disajikan kepada para tamu.
Ny. Viktoria menambahkan, pangan lokal akan bergema kuat di NTT bila langkah sosialisasi tentang keunggulannya lebih gencar dilakukan oleh semua pihak.
Ibu Pengendali
Terkait dengan upaya menggalakkan pangan lokal, Ny. Welmintje, mengatakan, para ibu rumah tangga harus tampil sebagai pengendali pangan lokal dengan meracik menu makanan bergizi, beragam dan berimbang (3B) untuk disajikan kepada seluruh anggota keluarga.
Menurut Ny. Welmintje, bahan pangan lokal bisa dimanfaatkan secara baik bila para ibu rumah tangga sebagai pengatur menu mau belajar dan mempraktekkan berbagai keterampilan membuat menu makanan dari bahan pangan lokal. PKK Kota Kupang, kata Welmintje, telah menggalakkan program pelatihan kepada Tim Penggerak PKK Kelurahan tentang kiat meracik menu pangan lokal.
Selain pelatihan yang berlangsung secara kontinu kepada PKK Kelurahan, kata Ny. Welmintje, pihaknya juga telah mengeluarkan satu buku tentang cara meracik menu lokal di Kota Kupang. Menu pangan lokal yang disajikan pagi, siang dan malam untuk anggota keluarga itu bisa dipraktekkan karena sederhana dalam penyajian dan modalnya. (osa)
Pos Kupang edisi Kamis, 16 Juli 2009 halaman 1