INOVASI dan modifikasi makanan lokal agar menjadi makanan yang berselera sebenarnya sudah lama dilakukan oleh masyarakat ini. Masyarakat yang sudah memiliki kebiasaan mengelola komoditi dari kebun mereka tentu tidak mengalami kekurangan pangan. Inilah yang dilakukan oleh warga Kampung Bina Tana-Desa Wee Kokora, Kecamatan Wewewa Timur-
Kabupaten Sumba Barat Daya.
Sebagian besar warga desa ini sehari-harinya sebagai petani, baik petani sawah maupun ladang. Selain itu, mereka juga beternak kerbau, kuda dan sapi, sementara kebun-kebun mereka ditanami aneka jenis kacang-kacangan, jagung, ubi kayu dan ubi jalar.
Aneka tanaman di kebun tidak selalu panen dan dikonsumsi begitu saja. Ada pula dari jenis hasil kebun tersebut dikelola menjadi jenis makanan yang lebih mengundang selera, namun berkalori.
Seperti halnya jenis makanan yang dikenal dengan nama Okula. Jenis makanan yang berbahan dasar ubi kayu ini hanya makanan pelengkap atau makanan ringan, namun makanan yang biasa dibuat ibu-ibu ini terkadang bisa menggantikan makanan pokok sehari-hari warga desa tersebut seperti nasi dan jagung.
Warga Desa Wee Kokora yang berdomisili di Kupang, Markus MP yang ditemui belum lama ini menjelaskan cara pembuatan jenis makanan ini cukup sederhana, bahkan hampir semua daerah di daratan Sumba mengenal makanan ini meski dengan nama berbeda. "Kalau di Sumba, makanan ini ada di semua daerah.Nama mungkin tidak sama, ada bahan yang sama, tapi urutan pembuatannya berbeda," jelasnya.
Menurutnya, pembuatan jenis makanan ini adalah ubi kayu (singkong) dijemur hingga kering. Biasanya pada musim panas, warga desa menjemur ubi kayu tersebut. Ubi kering tersebut kemudian ditumbuk hingga halus. Setelah halus, tepung ubi tersebut dicampur dengan air hangat.
Adonan ini akan membentuk gumpalan-gumpalan kecil warna putih yang bila dilihat sepintas mirip nasi. Setelah itu dicampur dengan parutan kelapa tua serta irisan gula merah (gula lempeng nira). Setelah tercampur, maka adonan yang sudah mulai kemerahan itu dikukus hingga matang. Sampai pada tahap ini, okula pun siap saji. Agar makanan ini lebih terasa enak, bisa ditambah degan gula atau parutan kelapa lagi.
Okula ini biasanya dimakan dalam setiap kesempatan. Makanan ini juga bisa sebagai pengganti nasi karena selain rasanya enak, orang yang memakan okula akan merasa kenyang tak ubahnya seperti makan nasi.
Bukan itu saja, makanan ini juga bisa disajikan dengan sayur labu serta lauk pauk lainnya. Bahkan warna dan aroma yang memikat dari makanan ini akan mengundang selera siapa yang saja yang menikmatinya.
Makanan ini juga biasa diberikan oleh ibu-ibu kepada anak-anak mereka. Bila biasanya anak-anak sulit diajak makan, maka dengan makanan ini membuat anak-anak tertarik untuk makan.
Bagi masyarakat Wee Kokora, mengelola makanan menjadikan makanan yang berselera menjadikan mereka bisa lebih optimalkan pemanfaatan kebun yang ada dengan menanam ubi kayu. Tanam ubi kayu juga tidak harus di kebun yang berukuran besar, tetapi bisa memanfaatkan halaman pekarangan rumah. (Alfred Dama)
Pos Kupang edisi Sabtu, 5 Juli 2009 halaman 5