Urusan Rekor, Oranye Keok!

MELIHAT penampilannya yang semakin aduhai, semua orang agaknya hampir percaya tuan rumah Belanda akan keluar sebagai juara Piala Eropa di kampung halaman sendiri tahun ini. Tetapi hati hati, dalam hal rekor pertemuan Belanda Italia, tim Oranye benar benar keok, kalah bersaing dengan Azzurri.

    Simak saja catatan sejarah ini.  Dari 13 kali pertemuan keduanya sejak tanggal 13 Mei 1920 dan paling akhir tanggal 9 September 1992, Italia menang sebanyak 6 kali, seri lima kali dan cuma kalah 2 kali. Sebaliknya Belanda kalah 6 kali, seri 5 kali dan menang hanya 2 kali.

     Mengingat kilas balik sejarah itu, ada saran bijak untuk penggemar Oranye. Sebaiknya jangan terlalu dini berpikir bahwa Oranye akan dengan enteng maju ke final kemudian menempati singgasana terindah. Namun, ada satu titik yang sudah pasti pertandingan semifinal Euro 2000 antara pasukan Kincir Angin melawan serdadu Rowawi di Stadion Arena Amsterdam Belanda, Kamis (29/6/2000) bakal seru dan layak ditonton.

         Partai ini menjanjikan kepuasan. Bukan hanya dari sisi kualitas permainan, tetapi juga ajang adu gengsi sebagai negara sepakbola di Eropa. Percayalah, permainan sepakbola kelas dunia akan dipertontonkan oleh kedua kesebelasan. Keduanya sama sama sudah pernah menjadi juara Eropa. Belanda, meskipun belum pernah juara dunia    tetapi prestasinya tidak bisa dikatakan satu kelas di bawah Italia yang sudah tiga kali memegang tropi Piala Dunia.

    Perjalanan Italia dan Belanda menuju babak semifinal Euro 2000 sama sama mulus dan bermutu. Italia meraih hasil bersih di Grup B kemudian mematahkan Rumania    pembunuh raksasa Britania    dengan skor meyakinkan 2 0. Tak disangka, tim asuhan Dino Zoff yang mendapat banyak kritikan bahkan tidak diunggulkan itu meraih hasil sangat menakjubkan.

         Penampilan necis dan rapi parlente pun telah diperagakan tim Oranye. Memimpin Grup D dengan menistakan juara dunia 1998 Perancis 3 2, menumpas tim Dinamit Denmark 3 0 dan menekuk runner up 1996, Repuklik Ceko 1 0. Di perempatfinal, Senin dinihari Wita (26/6/2000), Belanda memperagakan kehebatannya yang fantastik. Membantai singa Balkan, Yugoslavia dengan skor terbesar dalam ajang Euro 2000, 6 1.

            Melihat materi pemain maupun sutradaranya, Belanda saat ini justru diasuh pendekar bola yang selama lima tahun lebih menjadi maskot Serie A Italia, liga profesional nomor satu di dunia. Frank Rijkaard, semua orang tahu betapa luar biasanya dia bersama Ruud Gullit dan Marco van Basten ketika menjadi tridente AC Milan.

         Pikiran enteng akan mengatakan, Belanda seharusnya tidak perlu gentar menghadapi Azzuri 2000. Toh sebagian besar pemain Belanda adalah mantan anggota Serie A bahkan masih ada sejumlah pilar yang kini masih merumput di sana, seperti Edgar Davids dan kiper Edwin van der Sar (Juventus). Sementara Dennis Bergkamp, Aron Winter (mantan Inter Milan), Patrick Kluivert (eks AC Milan), demikian pula Clarence Seedorf.

         Selama bermukin di negeri spaghetti itu, para pemain ini tentunya sudah tahu rahasia kekuatan Italia. Secara makro gaya permainan Italia sudah dihafal oleh tim Oranye Belanda. Sekarang tergantung kepada Frank Rijkaard meramu strategi dan taktik yang yang tepat untuk melumpuhkan Paolo Maldini dkk.

         Banyak sisi lebih menguntungkan tuan rumah. Mereka bermain di kandang sendiri, Stadion Arena Amsterdam. Tapi yang perlu diwaspadai Belanda adalah faktor antiklimaks yang bisa saja menghadang pada partai menentukan ini. Sebab mereka sudah bertarung habis habisan di perempatfinal mengalahkan Yugoslavia. Jangan jangan memasuki babak semifinal, mereka justru kehabisan bensin.

         Melihat materi pemain yang ada, akan terjadi pertarungan sengit di semua lini. Lini tengah akan saling bertarung Edgar Davids vs Demetrio Albertni. Di lini vital tersebut Belanda mungkin yang akan lebih mengusainya karena Italia kehilangan pekerja kerasnya,  Antonio Conte yang cedera enkel kaki diinjak Gheorghe Hagi (Rumania). Memang ada Luigi di Biagio atau Angelo de Livio, tapi mutunya satu kelas di bawah Conte.

         Di lini belakang, kedua tim memiliki kualitas hampir sama, meskipun dari sisi soliditas, Italia lebih baik. Azzurri memiliki Nesta, Cannavaro, Mark Iuliano dan Paolo Maldini (mudah mudahan cederanya sudah pulih). Sementara lini belakang Belanda digalang kapten Frank de Boer, Michael Reiziger, Paul Bosvelt, Jaap Stam serta kiper kurus jangkung, Edwin van der Sar.

         Pola permainan kedua tim tidak berbeda banyak. Italia 2000 adalah Italia yang sangat menyerang. Dino Zoff ternyata tidak lagi fanantik buta terhadap sistem grendel yang telah banyak dikritik itu. Zoff justru piawai meramu harmonisasi, menyerang dan bertahan.

    Sedangkan Belanda, semua orang juga sudah tahu dengan total footballnya yang berprinsip: Pertahanan terbaik adalah dengan terus menyerang lawan sampai kedodoran. Siapa yang beruntung? Anda sebaiknya menjadi saksi dengan langsung menonton via layar kaca. *

Sumber: Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra, juga Pos Kupang edisi Rabu, 28 Juni 2000. Artikel ini ditulis menjelang pertandingan babak semifinal Euro 2000 antara Belanda melawan Italia. Kedua tim bermain seri 0-0 selama 120 menit.  Italia lolos ke final berkat kemenangan 3-1 lewat adu penalti.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes