MAKIN mendekati puncak, perjalanan Euro 2000 semakin menegangkan juga membosankan. Memang, sampai pertandingan ke 30, Jumat Wita (30/6/2000), banyak warna yang telah ditampilkan para seniman lapangan hijau kepada kita. Ada yang indah, menggemaskan, menyakitkan, menjengkelkan bahkan harus menguras air mata.
Sampai semifinal sudah tercetak 85 gol. Tetapi pertandingan yang benar benar bersih, artinya berlangsung dalam waktu reguler 2x45 menit cuma 28 partai yakni 24 partai penyisihan grup dan empat partai perempatfinal. Babak semifinal yang kita harapkan berlangsung makin menawan, makin menyerang, makin agresif, justru seperti mencapai anti klimaks. Baik perang Perancis vs Portugal maupun Belanda vs Italia harus melewati masa perpanjangan waktu 2x15 menit bahkan adu penalti. Penonton dan penggemar bola dipaksa duduk dengan mata tak berkedip selama dua jam lebih.
Sampai pada titik ini muncul kekhawatiran jangan jangan sepakbola menyerang agresif yang telah diperlihatkan dengan bagus pada awal kejuaraan Eropa kali ini dikhianati pada saat saat menjelang puncak pesta. Dua pertandingan semifinal, setidaknya telah menunjukkan gejala yang mencemaskan itu. Yang lebih menghibur adalah pertandingan Perancis vs Portugal. Kedua tim meskipun harus menelan waktu selama 117 menit, tetapi menyuguhkan permainan atraktif dan enak ditonton.
Pertunjukkan terburuk terjadi pada partai paling akhir antara Belanda vs Italia. Dalam kurun waktu 120 menit, kita menyaksikan permainan bola cuma bergulir setengah lapangan. Malah sepertinya si kulit bundar hanya bergulir di daerah pertahanan Squadra Azzurra yang melakukan pertahanan total ala Italia: sistem grendel. Dari pendekatan strategi permainan, agaknya dapat dimaklumi karena Italia sejak menit ke 33 bermain dengan sepuluh orang, sehingga mau tidak mau Dino Zoff menginstruksikan Paolo Maldini dkk bertahan saja.
Serangan ke jantung pertahanan Belanda cuma dilakukan sesekali jika ada celah memungkinkan. Akibatnya kiper Belanda Edwin van der Sar tidak berkeringat karena cuma menonton rekan rekannya membombardir pertahanan Italia yang bagaikan tembok itu. Pola bertahan total gaya catenaccio Italia menjengkelkan pemuja sepakbola menyerang. Dalam istilah sepakbola, sistem pertahanan ini disebut sepakbola negatif atau anti sepakbola. Sudah banyak kritik terhadap Italia karena sistem pertahanannya itu tetapi karakter dasar sepakbola negeri spaghetti itu tidak gampang berubah.
Italia di bawah Arigo Sacchi sebenarnya pernah melakukan perubahan yang dapat disebut radikal. Sacchi memperkenalkan sepakbola Italia yang lebih menyerang. Ia memulai eksperimen itu semenjak menangani AC Milan awal 1989 dan meraih sukses besar bersama trio flamboyan Belanda, Marco van Basten, Ruud Gullit dan Frank Rijkaard. Italia yang sukses mencapai final Piala Dunia 1994 adalah Italia yang sangat menyerang. Tetapi Sacchi dihujat habis habisan ketika Italia gagal merebut juara Piala Dunia keempat kalinya. Di babak final Squadra Azzurra kalah 2 3 melawan Brasil.
Sacchi terpaksa mundur dengan memikul makian sebagai "pengkhianat" sepakbola ala Italia lalu menyerahkan tongkat estafet kepada Cesare Maldini. Tapi Cesare Maldini ternyata serba tanggung. Tidak jelas, apakah sepakbola menyerang atau mempertahankan karakter Italia yang sangat bertahan itu. Hasilnya Italia gagal total di Piala Eropa 1996 dan Piala Dunia 1998.
Kini Italia di bawah Dino Zoff seolah olah membenarkan mitos bahwa Azzurra hanya bisa sukses jika kembali ke watak dasarnya, kembali melestarikan warisan leluhurnya. Dino Zoff, kiper Italia yang sukses di Piala Eropa 1968 dan sebagai kapten tim saat Italia memenangkan Piala Dunia 1982 adalah pembela sistem grendel yang menakutkan itu.
Jika Anda cermat menyimaknya, warna Italia 2000 sangat bertahan. Cuma pada tiga pertandingan penyisihan Grup B Italia sedikit lebih berani menyerang, tapi dengan syarat pertahanannya aman dulu dengan empat pemain yang tak berani naik sampai area pertahanan musuh. Sejak perempatfinal hingga semifinal, Italia benar benar defensif dan gol cuma mengandalkan serangan balik.
Percaya atau tidak, melawan Perancis malam ini di Rotterdam, Azzurri tak mungkin mengkhianati karakter dasarnya itu. Zoff tak mungkin berjudi melawan Perancis yang sangat agresif dengan permainan terbuka. Jadi Anda sebaiknya menyiapkan kopi panas serta makanan kecil lebih banyak sebab bukan mustahil pertandingan melewati 120 menit atau lebih. *
Sumber: Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra, juga Pos Kupang edisi Minggu, 2 Juli 2000. Artikel ini ditulis menjelang pertandingan final Euro 2000 antara Perancis melawan Italia. Italia unggul lebih dulu lewat gol Delvecchio menit ke-55. Perancis berbalik unggul dan meraih juara Eropa berkat gol Wiltord menit ke-90 dan gol Trezeguet pada menit ke-103