Elisabeth Supit bersama ular warna putih peliharaannya, |
RUMAH toko (ruko) di kawasan Citra Land Manado dari luar terlihat biasa saja. Makin dekat tampak sebuah kotak besar tersusun rapi serta diberi lubang udara. Apakah isi kotak dengan panjangnya sekitar 1 meter itu? Saat dibuka sepasang ular putih menjulurkan lidahnya. Ular putih tersebut milik seorang wanita cantik.
Jika lazimnya orang hobi memelihara hewan seperti anjing ataupun kucing, namun tidak demikian pada Elisabeth Supit. Wanita ini mempunyai hobi yang menakutkan bagi sebagian orang. Eci sapaan akrabnya justru memelihara hewan reptil yaitu ular warna putih yang panjangnya sekitar 1 meter berjenis kelamin jantan.
Kesukaan Eci memelihara ular butuh biaya tak sedikit. Ular peliharaannya adalah jenis leucistik bernama Lucy. Ular tersebut berasal dari Texas, Amerika Serikat.
Untuk ular berumur dewasa harganya bisa mencapai Rp 20 juta. Sedangkan jika membeli telurnya saja, harga sekitar Rp 25 juta. "Kalau beli telurnya saja, sama seperti kita sedang berjudi karena belum tentu telurnya bisa menetas," kata Eci kepada Tribun Manado, Jumat (1/2/2013).
Eci mengaku membeli ular dewasa itu di Bali. Ketertarikan Eci memelihara ular berawal dari temannya yang juga hobi reptil itu. Dia yang saat itu sedang berada di Jakarta melihat temannya asyik merawat ular. "Awalnya sih saya takut. Tapi setelah melihat teman, saya justru jadi tertarik," ungkapnya.
Ketertarikannya pun diwujudkan dengan membeli ular tersebut di Bali. Bagaimana caranya membawa ke Manado? Ular tersebut dibawa lewat pesawat. Dari bandara, ular miliknya dikarantina dalam tempat khusus. Sejak memelihara ular, Eci pun masuk komunitas Manado Reptil Lover's. Di komunitas ini dia bertemu teman- teman yang punya hobi sama.
Tak hanya itu. Cintanya bersemi di komunitas tersebut. Eci saling jatuh hati dengan ketua koordinator Manado Reptil Lover's, Ferdinan Paparang. Dua sejoli itu ternyata mempunyai ular jenis yang sama. "Pets (nama sapaan Ferdinan), punya ular jenis kelamin betina sedangkan saya punya ular jenis kelamin jantan," kata Eci.
Kedua sejoli ini menaruh pasangan ular putih pada kotak berukuran sekitar 1 meter. Mereka pun sama-sama merawatnya.
Pets mengatakan, untuk mengurus sepasang ular tersebut tidak begitu sulit. Berbeda dengan hewan lainnya, ular hanya dibersihkan jika sudah mengelurkan kotoran.
"Biasa dibersihkan antara satu hingga tiga minggu sekali. Jika sudah mengeluarkan kotoran maka kami berdua membersihkannya bersama-sama," ucapnya. Untuk makanananya, Pets dan Eci tiap bulan mengeluarkan uang Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu untuk membeli tikus putih.
"Satu ekor tikus putih harganya Rp 25 ribu. Biasanya untuk satu ekor ular, makan tikus putih sebanyak tiga ekor. Tapi biasanya jenis kelamin betina yang banyak makan. Untuk jantan hanya dua ekor," sebutnya. Nah, ular tersebut biasanya mengonsumsi tikus dan dicerna selama satu minggu. Ketika makan, tubuh ular tersebut akan bertambah besar dan kulitnya pun akan berganti.
Pets mengatakan, pemelihara ular di Kota Manado tergolong langka. Disamping takut, ternyata masalah pakan adalah persoalan utama yang dihadapi penggemar ular. "Berbeda di Jakarta yang anggotanya banyak. Kami di sini hanya 4 orang yang pelihara ular. Masalahnya selain takut karena biaya pakannya mahal. Di Jakarta untuk satu ekor tikus hanya Rp 3.000, berbeda dengan di Manado," tandas pria yang berprofesi sebagai dokter gigi tersebut. (kevrent sumurung)
Sumber: Tribun Manado edisi cetak 2 Februari 2013 hal 1