Helen di pintu bus Manado-Bitung (foto Rizky Adriansyah) |
USIANYA tidak muda lagi. Helen Sitohang (57) harus bekerja keras sebagai kenek bus jurusan Bitung-Manado. Tubuh kecil yang sudah mengeriput itu beraksi di terminal Paal Dua Manado, Kamis (6/6/2013). Kepala terbungkus topi, badan yang tertutup jaket dan celana jeans, kaki beralaskan sepatu dan tergantung sebuah tas hitam, dengan mantap Helen melakukan aktivitasnya.
Tak pernah terbesit di benak Helen untuk menjalani profesi sebagai kenek bus dalam usia setua itu. Di lubuk hatinya dia ingin menghabiskan masa tua bersama anak dan cucu dengan lebih santai. "Sebenarnya saya bisa saja mewujudkan keinginan tersebut, namun saya tidak mau membebani anak saya," ungkapnya.
Semua berawal saat Helen duduk di terminal Tangkoko Bitung. Saat itu pikirannya gundah gulana memikirkan lamaranke sebuah perusahaan pengalengan ikan ditolak. Umur yang sudah tua menjadi alasan perusahaan menolak Helen.
Dalam kegundaannya, seorang sopir bus tiba-tiba menghampiri dan menawarkan pekerjaan sebagai kenek bus Bitung-Manado. Awalnya Helen bingung. Namun setelah terlibat diskusi lebih jauh, Helen menerima tawaran itu. Ia sadar betul posisinya sebagai wanita berumur. Namun semangatnya tidak kalah. "Pekerjaan ini menjadi pilihan yang terbaik daripada saya menyerah pada keadaan," ujarnya.
Minta ongkos bus dari para penumpang |
Tiga bulan sudah Helen menjalani profesi sebagai kenek. Awalnya Ia agak kaku menjalani profesi yang kebanyakan dilakoni kaum pria ini. Para penumpang kaget dan tertawa saat melihat aksinya. Tidak jarang pula Helen diganggu dan diledek penumpang iseng juga orang-orang di sekitar terminal.
Pengalaman ditipu pun pernah dia alami sehingga merugi Rp 5 ribu. Cobaannya bukan hanya itu. Keletihan kaki yang harus terus berdiri selama perjalanan sering menghampiri. Namun seiring berjalannya waktu, hal itu sudah menjadi hal biasa baginya. "Saya tidak mampu jika menghadapinya sendiri, Tuhan Yesus yang memampukan saya," katanya.
Helen dibayar Rp 30 ribu sekali perjalanan. Rata-rata per hari ia melakukan tiga perjalanan, jadi maksimal pendapatannya Rp 90 ribu. Kadang ada hari tidak full bekerja. Hanya bisa sekali perjalanan. Ia bekerja setiap hari, termasuk hari Minggu seusai ibadah di gereja. BIa mulai bekerja dari pukul 10 pagi sampai 11 malam.
Helen mengaku pendapatannya selama menjadi kenek bus cukup membiayai hidupnya. Helen menyisikan uang untuk membelikan sesuatu untuk cucu-cucunya.
Tidak ada rasa malu dibenak Helen menjalani profesi tersebut. "Kenapa harus malu? Kenek juga bisa jadi berkat buat orang lain, walaupun kebanyakan orang memandang sebelah mata pekerjaan ini," katanya.
Anak satu-sanya Helen menikah dengan gadis Manado dan kini tinggal di Pineleng. Helen sudah memiliki dua orang cucu. Helen adalah wanita berdarah Batak yang lama tinggal di Bekasi. Dulu anak dan keluarga tinggal bersamanya di Bekasi, namun karena sesuatu anaknya pulang ke Manado. Rasa sayang terhadap anak Helen hijrah ke Manado. Saat ini Helen tidak tinggal dengan anaknya di Pineleng. Helen tinggal sendiri di rumah kos di Manembo Bitung.
Waktu tinggal di Bekasi dulu Helen membuka usaha penjualan kue di rumahnya. Disamping itu, ia memberikan les Bahasa Inggris untuk anak-anak di kompleks rumahnya. Pekerjaan sebagai marketing kartu kredit pernah dijanai. Ia sudah lama tidak memiliki pendamping hidup. Selama bertahun-tahun Helen jadi single parent.
Hengki Wurangian (55), sopir bus jurusan Manado-Bitung mengaku pernah beberapa kali menjadikan Helen sebagai keneknya. Menurutnya kinerja Helen sebagai kenek sangat bagus, bahkan melebihi kinerja kenek pria. "Ia memberikan pelayanan yang baik kepada para penumpang. Ia sangat sopan jika harus melayani. Sangat disiplin dengan waktu bekerja juga jujur," kata Hengki.
Meilani, penumpang bus Manado- Bitung mengatakan, kenek wanita seperti Helen merupakan wonderwomen karena tidak semua wanita bisa melakukan pekerjaan seperti itu. "Hal itu sangat bagus, perlu dicontoh banyak wanita," ungkapnya. Helen mengatakan hidupnya keras, namun dari kerasnya hidup dia bisa belajar menjadi pribadi yang lebih kuat lagi. "Yang terpenting dari semuanya adalah mendekatkan diri dengan Tuhan," demikian Helen. (finneke wolajan)
Sumber: Tribun Manado edisi cetak 10 Juni 2013 hal 1