Budaya Baca Masyarakat NTT Sangat Rendah

KUPANG, PK -- Budaya membaca orang Indonesia dan Nusa Tenggara Timur (NTT) pada khsususnya masih sangat rendah. Hal ini dipengaruhi oleh warisan nenek moyang yang tidak meninggalkan budaya baca tulis, tetapi budaya lisan seperti budaya omong, menonton dan mendengar.

Hal ini disampaikan salah seorang pustakawan asal Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Frans Wayan, S.Fil, yang membawakan materi tentang 'Pembudayaan Kegemaran Membaca' dalam diskusi panel Pemasyarakatan Perpustakaan dam Minat Baca serta Pemilihan Pustakawan Berprestasi Tingkat Propinsi NTT di lantai I Badan Perpustakaan Daerah Propinsi NTT, Senin (8/6/2009). 

Hadir pada kesempatan itu, Kepala Badan Perpustakaan Daerah Propinsi NTT, Drs. Nahor Talan, Sekretaris Badan Perpustakaan Daerah Propinsi NTT, Drs. Kirenius Tallo, kepala keluarga (KK) dan staf kelurahan dari lima kelurahan di Kota Kupang, yakni Oebobo, Nefonaek, Kelapa Lima, Alak, Maulafa dan Liliba, serta undangan lainnya. 

Diskusi ini mengangkat tema, 'Melalui Masyarakat Perpustakaan dan Minat Baca Kita Tingkatkan Kegemaran Membaca Untuk Memperluas Wawasan Demi Terciptanya Masyarakat Cerdas'. 

Menurut Frans, minat baca orang Indonesia sangat rendah. Masyarakat belum menjadi society book, reader dan writer. Masyarakat, katanya, masih menjadi pendengar dan penonton yang baik. 

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), katanya, masyarakat Indonesia yang menonton televisi sebanyak 85,9 persen, mendengarkan radio sebanyak 40,3 persen, sedangkan yang membaca koran 23,5 persen. 

Sementara menurut Education for All Global Monitoring Report 2005, Indonesia berada di urutan kedelapan negara-negara populasi buta huruf terbesar di dunia. Populasi warga Indonesia yang buta huruf mencapai 18,4 juta orang. Sedangkan buta aksara di Indonesia tahun 2007 sebesar 18,1 juta orang. Empat juta di antaranya adalah usia produktif dan lebih dari 70 persen perempuan. 

Menurut Wayan, ada beberapa hal yang membuat budaya membaca masyarakat rendah, antara lain tidak terbiasa membaca pada usia dini, tidak ada perpustakaan, persepsi yang keliru tentang koleksi, jenis layanan dan sistem layanan perpustakaan, faktor lingkungan dan ekonomi.

Menurutnya, dengan perkembangan teknologi dan informasi saat ini, sangat penting perpustakaan melakukan berbagai terobosan untuk memotivasi minat baca masyarakat. 

Dijelaskannya, budaya baca harus dimulai dari dalam keluarga. Orangtua harus menjadi contoh bagi anak-anak. Memotivasi minat baca anak dimulai dengan membacakan cerita anak, mengalokasikan waktu membaca untuk anak, memberikan hadiah buku bagi anak, membawa buku ke mana dan kapan saja, menggunakan perpustakaan dan menjadi anggota perpustakaan, mengunjungi toko buku dan pameran buku serta menciptakan sebuah perpustakaan keluarga. (nia)

Melayani dengan Baik

KEPALA Badan Perpustakaan Daerah NTT, Drs. Nahor Talan, mengatakan, seorang pustakawan harus mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik dan memberi nilai tambah dalam melayani pengunjung perpustakaan. Dengan demikian para pengunjung termotivasi, gemar membaca dan menjadikan perpustakaan sebagai rumah kedua.

Menurut Talan, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan buku, tahun 2009 telah dilakukan pengadaan buku dengan dana dari APBN dan APBD. Menurutnya, sampai bulan April 2009, jumlah pengunjung yang mendatangi perpustakaan mencapai 55.934 orang. Rinciannya, pengunjung umum sebanyak 2.858 orang, swasta 1.074 orang, TNI/Polri 335 orang, PNS 1.367 orang, mahasiswa 41.465 orang, SMA 4.116 orang, SMP 2.879 orang dan SD 1.840 orang. Sementara jumlah koleksi yang dibaca di tempat, katanya, sebanyak 222.684 judul, jumlah peminjam mencapai 16.939 orang.

Dikatakannya, saat ini pihaknya mengaktifkan mobil perpustakaan keliling untuk memperkenalkan dan mendata masyarakat. Masyarakat yang sudah didata akan dilayani oleh perpustakaan keliling sesuai dengan kebutuhan. 


Selain itu, pihaknya juga akan memberlakukan pelayanan pada hari libur untuk pembaca yang karena sibuk tidak bisa datang membaca pada hari libur. 

Ketua panitia penyelenggara, Dra. Sarah A Alberthus, mengatakan, pemasyarakatan Perpustakaan dan Minat Baca serta Pemilihan Pustakawan bertujuan meningkatkan minat baca dan kebiasaan membaca masyarakat serta menciptakan citra pustakawan sebagai profesi yang dapat dibanggakan. 

Selain itu, katanya, mendekatkan perpustakaan kepada pemustaka, khususnya masyarakat kelurahan, pusat pengembangan anak, mempromosikan kegiatan perpustakaan. (nia)

Pos Kupang edisi Selasa, 9 Juni 2009 halaman 5
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes