99 Sekolah di NTT Lulus 100 persen

KUPANG, PK--Sebanyak 10 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Nusa Tenggara Timur (NTT) memperoleh kelulusan nol persen dalan Ujian Nasional (UN) tahun 2009. Sedangkan 99 sekolah lainnya berhasil meraih kelulusan 100 persen. Total jumlah SMP peserta UN tahun 2009 sebanyak 691.

Hal ini disampaikan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Propinsi NTT, Ir. Thobias Uly, M.Si, kepada Pos Kupang di ruang kerjanya, Senin (22/6/2009). Menurut Uly, sekolah dengan kelulusan nol persen merupakan sekolah yang berada di daerah terpencil dan SMP terbuka yang jumlah gurunya tidak memadai.

Sekolah tersebut adalah SMP Terbuka Amfoang Utara, SMP Tri Sakti-Kabupaten Kupang, SMP Terbuka Fatule'u, SMP Ki Hajar Dewantoro, SMP Satu Atap (Satap) Hanga, SMP Terbuka Solor Barat, SMP Satu Atap Oelamasi, SMP Terbuka Negeri 1 Bajawa Utara, SMP Satap Katawel dan sebuah SMP swasta.

Meski ada kelulusan nol persen, menurut Uly, persentase kelulusan tahun ini mengalami kenaikan yang signifikan dari 46,36 persen tahun lalu menjadi 70,25 persen tahun 2009. Padahal standar kelulusan UN pun meningkat dari 5,25 menjadi 5,50.

Menurutnya, meningkatnya persentase kelulusan tahun ini merupakan hasil kerja keras dan kerja sama semua pihak, mulai dari pemerintah propinsi, tokoh masyarakat, tokoh agama, orangtua, guru, sekolah dan media massa, baik yang bersifat teknis maupun non-teknis.

Secara non-teknis, katanya, Dinas PPO Propinsi NTT sudah berupaya semaksimal mungkin dengan semua elemen masyarakat. Sedangkan secara teknis berupa supervisi, try out dan sebagainya.

Dikatakannya, di balik kegagalan sekolah-sekolah penyelenggara yang mendapatkan kelulusan UN nol persen, ada pula sekolah yang sangat baik dalam perolehan nilai.
Ranking satu diduduki oleh SMP Kristen Mercusuar dengan nilai rata-rata 34,11, kedua, SMP Negeri 1 Rote Barat Daya dengan nilai rata-rata 33,18 persen, ketiga, SMP Seminari Pius XII Kisol dengan nilai rata-rata 32,53 persen, keempat, SMP St. Yohanes Berchmans Mataloko dengan nilai rata-rata, 32,92 dan di urutan kelima, SMP Sinar Pancasila Betun dengan nilai rata- rata 31,78.

Selanjutnya, kata Uly, siswa yang memiliki nilai tertinggi berasal dari SMP Negeri 2 Kupang atas nama Dita Maulidia Anggrani dan Irwan Yosua Blegur. Kedua anak ini memiliki nilai yang sama, antara lain bahasa Inggris 8,98, Matematika 10, bahasa Indonesia 9,81 dan IPA 9,49. Sedangkan di urutan tiga oleh Roby Gunawan dari SMP Katolik Immaculata Ruteng dengan nilai Matematika 10, bahasa Inggris 8,98, Bahasa Indonesia 9,18, IPA 9,74.


Menurutnya, persentase kelulusan yang diperoleh tahun ini belum memuaskan. Karena itu, pihaknya akan terus mendongkrak dengan pola-pola yang ada sekarang dengan sentuhan perbaikan ke depan.

Untuk sekolah-sekolah yang nol persen, katanya, diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Dinas PPO akan memberikan perhatian yang serius kepada sekolah-sekolah tersebut. Ia berharap ke depan semua pihak bisa bekerja sama lebih baik lagi kelulusan UN di NTT terus terdongkrak.

Menjawab pertanyaan wartawan soal pengumuman UN yang terlambat, Uly menjelaskan, sebenarnya pengumuman UN tingkat SMP diumumkan Sabtu (20/6/2009). Namun, karena hasilnya baru diterima panitia, Minggu (21/6/2009) malam, dan baru diserahkan kepada panitia kabupaten/kota hari Senin (22/6/2009), sehingga kemungkinan setiap kabupaten/kota akan mengumumkan sendiri-sendiri. (nia)

Sekolah Swasta Lebih Tinggi

SECARA nasional tingkat kelulusan siswa baik dari SMP, MTS, SMA, SMK hingga MA tahun 2009 mengalami kenaikan sekitar 2 persen. Persentase kelulusan siswa sekolah swasta lebih tinggi dibanding sekolah negeri.

Demikian disampaikan Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) Mungin Eddy Prabowo, Ketua Pelaksana UN yang juga anggota BNSP Djemari Mardapi dan Ketua Pusat Penilaian Pendidikan (Kapuspendik) Burhanudin Tola dalam jumpa pers di kantor Departemen Pendidikan Nasional, Senin (22/6/2009). "Secara nasional, persentase kelulusan UN mengalami kenaikan," tegas Mungin.

Dijelaskan Mungin, persentase kelulusan UN SMP/MTs, mengalami kenaikan sebesar 2,06 persen. Pada tahun 2008 sebesar 92,76 persen menjadi 98,82 pada tahun 2009. Rerata nilai juga naik sebesar 0,46 persen sehingga menjadi 7,33.
Di tingkat SMA/MA, terjadi peningkatan kelulusan 2,42 persen dari 92,76 persen pada tahun 2008 menjadi 93,74 persen pada 2009.Rerata nilai UN sebesar 0,04 persen sehingga menjadi 7,25. Sedangkan di SMK, kenaikan tingkat kelulusan sebesar 1,27 persen Yakni dari 92,58 persen tahun 2008 menjadi 93,85 persen pada tahun 2009. Dan rerata nilai naik 0,34 persen menjadi 7,44.

Dijelaskan Mungin, pada tahun 2009 ini BNSP merubah sistem kelulusan UN. Peserta UN dinyatakan lulus memenuhi standar kelulusan jika memiliki rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Dan khusus untuk SMK, nilai uji kompetensi minimum 7,00.

Dijelaskan Mungin, tingkat kelulusan SMA sebesar 94,04 persen dan MA sebesar 91,71 persen. Untuk mata uji Bahasa Indonesia, kelulusannya 89,3 persen, IPA (96,42 persen), IPS (91,78 persen) dan Agama (93,67 persen)

Mungin menjelaskan, tingkat kelulusan siswa sekolah swasta lebih tingi dari sekolah negeri. "Untuk SMA Negeri sebesar 91,36 persen dan swasta 95,14 persen," tegas Mungin. Sedangkan SMP negeri 94,66 persen dan SMP swasta 95,32 persen. "Kita tidak tahu penyebabnya apa," urai Mungin.

Burhanudin Tola menjelaskan, meningkatnya kelulusan UN lantaran peserta didik menjadi rajin belajar, guru juga lebih rajin mengajar dan sekolah makin bertanggung jawab. "Dengan demikian, kita akan rekomendasikan kepada Depdiknas agar UN tetap dijalankan," tegas Burhanudin Tola.

Selain harus lulus UN, ada tiga komponen lagi yang harus dipenuhi peserta didik yang penilaiannya dilakukan oleh guru atau sekolah masing-masing. Yakni menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai baik pada seluruh mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, estetika dan jasmani, olahraga dan kesehatan. Serta lulus ujian sekolah untuk mata pelajaran ilmu pengetahuan dan tekhnologi.

Terhadap siswa yang tidak lulus UN, Mungin menjelaskan ada dua cara yang bisa dilakukan. Yakni mengulang ujian nasional pada tahun depan. Atau menjadi peserta program kesetaraan yang ujian nasionalnya akan dilakukan pada akhir Juni ini. (persda network/yls)

Pos Kupang edisi Selasa, 23 Juni 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes