Gemala Tidak Didukung APBD NTT

KUPANG, PK -- Program Gerakan Masuk Laut (Gemala) Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak didukung alokasi dana dalam APBD NTT tahun 2009. Bahkan Dinas Kelautan dan Perikanan belum diberi peran maksimal sebagai penggerak utama program itu.

Menurut Kepala Bidang Perikanan Tangkap dan Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Propinsi NTT, Rasyid Djamaludin alias Bapa Raja, Sekretariat Gemala ada di Biro Ekonomi Setda NTT. DKP NTT hanya sebagai salah satu Pokja (kelompok kerja) yakni untuk urusan pengembangan sumber daya kelautan dan perikanan.

Bapa Raja yang ditemui di kantor DKP NTT di Kelurahan Namosain, Kupang, Rabu (9/9/2009), mengatakan, sektor kelautan dan perikanan dijadikan salah satu kekuatan ekonomi masyarakat NTT. Namun, dukungan dana APBD untuk dinas teknis seperti DKP NTT sangat minim.

Setiap tahun anggaran, katanya, DKP hanya mendapat alokasi APBD untuk belanja rutin gaji pegawai dan alat tulis kantor. APBD tidak pernah mengalokasikan dana untuk merealisasikan program Gemala sebagai program stratgegis yang bisa menggenjot pendapatan masyarakat.

Menurut dia, sektor perikanan hanya dimasukkan dalam indikator ekonomi makro dimana kontribusinya dalam angka tidak ada. Perikanan dimasukkan dalam sektor perdagangan sehingga alokasi dana APBD untuk sektor perikanan, bisa saja "jatuh" ke perdagangan.

Dana pendukung Gemala, menurut Bapa Raja, bersumber dari dana bantuan Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia, APBN, dana dekonsentrasi, DAK, dana tugas pembantuan dan hibah murni negara- negara sahabat.

Dia menjelaskan, dana bantuan Bank Dunia untuk konservasi terumbu karang sebesar Rp 2 miliar setiap tahun. Konservasi terumbu karang dilaksanakan oleh Coremab di Kabupaten Sikka sejak 2005.

Untuk hibah murni sebesar Rp 80 miliar, katanya, dipakai untuk membangun dermaga perikanan di Flores Timur. Dana bantuan Bank Pembangunan Asia untuk rehabilitasi dermaga perikanan di Tenau dan dana dekon untuk membangun Tempat Pendaratan Ikan (TPI) Oeba, Atapupu dan Maumere.

Sementara dana alokasi khusus (DAK) Rp 1 miliar lebih untuk masing-masing kabupaten/kota di NTT, juga untuk pembangunan sarana prasarana pendukung perikanan.
Semua dana yang mengalir untuk pembangunan bidang kelautan dan perikanan, katanya, harus berdampak pada meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat nelayan, terbukanya lapangan kerja dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Indikatornya, antara lain lapangan kerja bertambah, produksi meningkat, pendapatan bertambah, kesejahteraan meningkat dan kontribusi PAD juga meningkat.

Pada bagian lain penjelasannya, Bapa Raja mengatakan bahwa lingkungan laut juga perlu terus dijaga kelestariannya. Pengawasan terhadap illegal fishing, pemboman liar dan lain-lain harus ditingkatkan lagi. Dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah dan aparat keamanan. Sekretariat Gemala harus berkerja keras dalam mengkoordinasikan semua itu, namun prakteknya masih belum maksimal.

Dia menambahkan, sektor andalan kelautan di NTT adalah rumput laut karena merupakan komoditi ekspor yang laris di pasaran dunia. Rumput laut diminati masyarakat dunia karena memiliki 140 manfaat, diantaranya untuk kosmetik, odol gigi, operasi plastik, peredam suara, puding, kapsul dan lain-lain. Namun perhatian pemerintah terhadap potensi ini belum maksimal.

Mestinya, kata dia, pemerintah sudah harus membuat terobosan dengan mendatangkan investor membangun pabrik pengolahan rumput laut di NTT agar yang dikirim ke luar NTT bukan bahan mentah, tapi dalam bentuk bahan jadi. Langkah terobosan seperti ini harusnya dilakukan oleh Sekretariat Gemala.

Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) RI telah mencanangkan NTT sebagai gudang bibit rumput laut di Indonesia. Kebijakan ini mestinya membawa berkah bagi NTT. Pemerintah harus melakukan terobosan, minimal menyiapkan lokasi penangkar bibit rumput laut, memberikan subsidi kepada petani rumput laut yang membudidayakan bibit.

Dia menegaskan bahwa bisnis rumput laut terbuka lebar, ada petani yang menjual bibit dan ada yang menjual rumput laut kering. Saat ini, katanya, sudah ada perhatian dari pemerintah pada budidaya rumput laut, namun belum maksimal. Ke depan, harus ditingkatkan.
Musim di NTT, tambahnya, sangat mendukung budidaya rumput laut karena dalam setahun empat kali panen. Dia menyebutkan, produksi rumput laut tahun 2008 sebanyak 130.213 ton kering. Sedangkan produksi ikan tangkap 114.294 ton. Kontribusinya ke PAD sebesar Rp 669.667.000, namun dimasukkan dalam pendapatan bagian perdagangan. (gem)

Pos Kupang 11 September 2009 halaman 1
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes