MASYARAKAT Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tentunya tidak merasa asing dengan tanaman ubi kayu. Hampir semua petani di propinsi ini menanam tanaman jenis umbi-umbian ini. Beraneka ragam pula umbi yang ditanam, antara lain ada yang berwarna putih, ada juga ubi ubi kayu warna kuning.
Cita rasa setiap tanaman ubi kayu atau dikenal dengan singkong ini juga berbeda sesuai daerah masing-masing karena tergantung dari keadaan struktur dan tingkat kesuburan di masing-masing daerah.
Misalnya, ubi kayu dari Kabupaten Ende yang terkenal, yakni ubi nuabosi. Rasa ubi kayu ini sangat memikat selera karena isinya sangat lembut setelah dimasak.
Dari ubi ubi kayu ini, masyarakat umumnya dapat mengolah menjadi makanan ringan, antara lain seperti kripik ubi, gaplek atau tape.
Khusus untuk warga Kabupaten Sikka, ubi kayu atau dikenal dengan nama oho ai. Ada proses pengolahan dan penyimpanan ubi ini sehingga berwarna hitam dan masyarakat mengenalnya dengan nama oh ai mitan (ubi kayu hitam).
Cara pengolahannya sangat sederhana. Umbi ubi kayu, setelah dicabut dari tanah, kulitnya dikupas, kemudian dibelah menjadi dua bagian atau lebih. Hasil belahan itu dijemur selama seminggu. Setelah kering, umbi ubi kayu dibungkus dengan daun pisang, kemudian dimasukkan dalam keranjang anyaman daun kelapa. Keranjang yang ada ubi kayu ini disimpan di tempat yang cukup lembab. Setelah seminggu, keranjang dibuka. Ubi kayu telah berubah warna menjadi hitam ( oho ai mitan) karena telah dipenuhijamur warna hitam. Oho ai mitan kemudian direndam lagi dengan air bersih sekitar empat hari.
Untuk masyarakat di Kabupaten sikka, khususnya di desa- desa, oho ai mitan direbus atau digoreng. Rasanya sangat lezat. Bila oho ai mitan dimakan dengan parutan kelapa setengah tua atau dengan kuah ikan (mage air). (Reddy Ngera)
Pos Kupang edisi Sabtu, 12 September 2009 halaman 5