SOE, PK -- Jatuhnya korban jiwa akibat makan daging sapi yang mati mendadak kembali terjadi di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Kali ini terjadi di Desa Kuale'u, Kecamatan Mollo Tengah, dimana seorang bocah tewas dan 161 warga desa menderita mual-mual, sakit perut dan diare.
Bulan April lalu, kasus serupa terjadi di Desa Tetaf, Kecamatan Amanuban Barat, TTS. Saat itu, 51 satu warga desa itu dan tiga warga Desa Mio, keracunan usai makan daging anak sapi yang mati mendadak. Tidak ada korban jiwa, namun semua mereka yang makan daging anak sapi itu muntah-muntah, diare, panas dan sakit kepala.
Gejala serupa menimpa warga Desa Kuale'u usai makan daging sapi pada hari Jumat (6/11/2009). Warga membeli daging sapi itu dari Jakob Nenosaban. Rupanya daging yang dijual itu adalah sapi yang mati mendadak. Dua hari setelah itu, yakni Minggu (8/11/2009), seorang bocah di desa itu, Selsius Tnesi (5 tahun) mengeluh nyeri di perut, kepala sakit, disusul muntah-muntah dan kejang- kejang. Pada sore harinya, bocah itu meninggal dunia di rumahnya di RT 01/RW 01, Desa Kuale'u.
Kebanyakan warga setempat, juga mengeluhkan gejala yang sama, yakni kepala sakit, perut nyeri dan mual- mual dan muntah. Diusut-usut ternyata semua yang mengalami gejala tersebut adalah mereka yang memakan daging sapi yang dibeli dari Jakob Nenosaban.
Kepanikan menimpa desa itu. Kades setempat, Dance E Kase langsung bertindak. Warga yang mengalami gejala sakit tersebut diarahkan ke kantor desa untuk memperoleh perawatan darurat dari kader-kader posyandu di desa itu.
Informasi yang dihimpun Pos Kupang di desa itu, Senin (9/11/2009) hingga pukul 15.00 Wita, dari 161 warga yang dirawat di kantor desa itu, tiga orang dirujuk ke RSUD SoE, yakni Abdi Banoet (2 tahun), Hermina Opat (52 tahun) dan David Toto (57 tahun), tujuh orang dirawat di posko kantor desa dan sisanya 151 orang rawat jalan karena kondisi mereka tidak terlalu mengkhawatirkan.
Dari 161 korban itu, 129 orang mengalami nyeri perut
dan sakit kepala, 32 orang lainnya mengalami muntah- muntah dan diare.
Beberapa korban yang ditemui di posko penanggulangan darurat di Kantor Desa Kuale'u, kemarin siang, mengatakan, mereka membeli daging sapi itu karena pemiliknya, Jacob Nenosaban mengatakan bahwa daging sapi itu berasal dari sapi sehat namun terpaksa disembelih karena kakinya patah.
Informasi yang dihimpun, pemilik sapi menemukan sapinya mati pada hari Kamis (5/11/2009) sore. Pagi harinya, bangkai sapi itu dipotong dan dijual kepada warga setempat.
"Kami pergi beli di rumahnya Jakob. Kami beli satu kantong plastik kecil dengan harga Rp 35 ribu. Dua hari setelah makan daging sapi itu, kami semua sakit perut, kepala dan muntah-muntah," ujar Thomas Tapatab yang menambahkan bahwa istri dan dua anaknya juga mengalami hal serupa.
Kepala Desa (Kades) Kuale'u, Dance E Kase yang ditemui di desanya, mengatakan, pihaknya langsung mengumpulkan warga yang sakit ke kantor desa pada Minggu (8/11/2009) malam, untuk mendapat pertolongan darurat dari kader posyandu.
"Setelah tahu sudah ada korban jiwa dan banyak yang mengeluh sakit setelah makan dading sapi, saya langsung menghubungi kader posyandu. Warga saya arahkan ke kantor desa dan mereka semua diobati secara gratis oleh kader posyandu dan petugas dari Puskesmas Siso," kata Kase.
Menurut dia, warga mau membeli daging sapi yang dijual Jakobus Nenosaban karena yang bersangkutan mengatakan bahwa daging sapinya itu berasal dari sapi yang sehat namun kakinya patah sehingga terpaksa disembelih dan dijual dagingnya.
"Saya sempat minta bon tapi tidak dikasih. Untung saya tidak makan, kalau tidak kami semua kena," katanya.
Dia mengatakan, warga yang sakit itu tersebar di Dusun I dan Dusun II yakni di RT 1, RT 2, RT 3 dan RT 5.
Kades Kase juga mengaku mendapat informasi bahwa ada beberapa warga Desa Pika yang tak jauh dari Kuale'u, juga membeli daging sapi milik Jakobus. Namun seperti apa kondisi mereka setelah makan daging sapi itu, dia tidak mengetahuinya.
Pantuan Pos Kupang di kantor Desa Kuale'u yang dijadikan posko penanggulangan darurat, terlihat petugas medis dari Puskesmas Siso dibantu staf Dinas Kesehatan TTS menggelar pengobatan gratis kepada para korban.
Warga yang sakit perut, kepala sakit diberikan obat untuk diminum, sementara yang muntah dan diare diinfus. Sedangkan warga yang kondisinya mengkhawatirkan dirujuk ke RSUD SoE. (aly)
Pos Kupang edisi Selasa, 10 November 2009 halaman 1