KUPANG, PK -- Direktur Utama (Dirut) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, Fahmi Mochtar, mengimbau masyarakat menghemat pemakaian listrik. Penghematan itu untuk menekan biaya operasional PT PLN.
"Kalau pemakaian listrik hemat, maka biaya operasional PLN bisa ditekan. Kalau biaya sudah ditekan, maka kelebihan biaya bisa diarahkan untuk kepentingan lainnya di masyarakat," kata Fahmi Mochtar, saat berkunjung ke Redaksi Pos Kupang, Selasa (15/4/2008) malam.
Dalam kunjungan itu, Fahmi Mochtar didampingi General Manager (GM) PT PLN Kantor Wilayah NTT, Amir Rosidin dan beberapa pejabat PLN Kanwil NTT, diantaranya Manajer Teknik, Rudi Pramono, Manajer Niaga, Nyoman Astama, Humas PLN NTT, Buce Lioe dan Paul Bolla. Kunjungan Dirut PLN itu diterima Pemimpin Redaksi Pos Kupang, Dion DB Putra bersama seluruh staf.
Fahmi mengatakan, pada tahun 2007, hasil penjualan energi listrik kepada pelanggan mencapai Rp 75 triliun. Namun biaya produksi yang dikeluarkan, diantaranya membeli bahan bakar minyak (BBM) mencapai Rp 83 triliun.
Meski dalam kondisi seperti ini, lanjut Fahmi, PLN terus berupaya untuk tetap melayani dan memuaskan para pelanggan. Padahal dari sisi pendapatan, penerimaan dari pelanggan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan PLN untuk melayani pelanggan.
Untuk itu, kata Fahmi, PLN harus melakukan efisiensi di segala bidang. Efisiensi itu, diantaranya mengimbau para pelanggan melakukan penghematan pemakaian listrik di setiap rumah tangga. Demikian juga penggunaan lampu jalan, perlu diatur lagi sehingga terjadi penghematan. "Penghematan pemakaian listrik itu sangat berarti untuk menekan biaya operasional PLN," ujarnya.
Fahmi menjelaskan, untuk masyarakat NTT, biaya produksi yang dipatok pemerintah Rp 2.800,00/kwh. Sementara penjualan PLN kepada pelanggan sebesar Rp 660,00/kwh. Itu berarti setiap lampu yang menyala, pemerintah memberi subsidi Rp 2.220,00/kwh.
Jika masyarakat belum menyadari keadaan ini dengan tidak melakukan penghematan listrik, demikian Fahmi, maka yang rugi pemerintah. Padahal saat ini, pemerintah sangat membutuhkan tambahan dana untuk memberikan subsidi terhadap sektor lain, seperti kesehatan, pendidikan dan lain-lain. "Kami mengimbau masyarakat untuk menghemat pemakaian listrik di setiap rumah tangga. Kalau siang hari, listrik dipadamkan. Saat tidur malam pun, sebagian lampu dipadamkan. Penghematan tersebut sangat membantu pemerintah," imbau Fahmi. (kro)
"Kalau pemakaian listrik hemat, maka biaya operasional PLN bisa ditekan. Kalau biaya sudah ditekan, maka kelebihan biaya bisa diarahkan untuk kepentingan lainnya di masyarakat," kata Fahmi Mochtar, saat berkunjung ke Redaksi Pos Kupang, Selasa (15/4/2008) malam.
Dalam kunjungan itu, Fahmi Mochtar didampingi General Manager (GM) PT PLN Kantor Wilayah NTT, Amir Rosidin dan beberapa pejabat PLN Kanwil NTT, diantaranya Manajer Teknik, Rudi Pramono, Manajer Niaga, Nyoman Astama, Humas PLN NTT, Buce Lioe dan Paul Bolla. Kunjungan Dirut PLN itu diterima Pemimpin Redaksi Pos Kupang, Dion DB Putra bersama seluruh staf.
Fahmi mengatakan, pada tahun 2007, hasil penjualan energi listrik kepada pelanggan mencapai Rp 75 triliun. Namun biaya produksi yang dikeluarkan, diantaranya membeli bahan bakar minyak (BBM) mencapai Rp 83 triliun.
Meski dalam kondisi seperti ini, lanjut Fahmi, PLN terus berupaya untuk tetap melayani dan memuaskan para pelanggan. Padahal dari sisi pendapatan, penerimaan dari pelanggan lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan PLN untuk melayani pelanggan.
Untuk itu, kata Fahmi, PLN harus melakukan efisiensi di segala bidang. Efisiensi itu, diantaranya mengimbau para pelanggan melakukan penghematan pemakaian listrik di setiap rumah tangga. Demikian juga penggunaan lampu jalan, perlu diatur lagi sehingga terjadi penghematan. "Penghematan pemakaian listrik itu sangat berarti untuk menekan biaya operasional PLN," ujarnya.
Fahmi menjelaskan, untuk masyarakat NTT, biaya produksi yang dipatok pemerintah Rp 2.800,00/kwh. Sementara penjualan PLN kepada pelanggan sebesar Rp 660,00/kwh. Itu berarti setiap lampu yang menyala, pemerintah memberi subsidi Rp 2.220,00/kwh.
Jika masyarakat belum menyadari keadaan ini dengan tidak melakukan penghematan listrik, demikian Fahmi, maka yang rugi pemerintah. Padahal saat ini, pemerintah sangat membutuhkan tambahan dana untuk memberikan subsidi terhadap sektor lain, seperti kesehatan, pendidikan dan lain-lain. "Kami mengimbau masyarakat untuk menghemat pemakaian listrik di setiap rumah tangga. Kalau siang hari, listrik dipadamkan. Saat tidur malam pun, sebagian lampu dipadamkan. Penghematan tersebut sangat membantu pemerintah," imbau Fahmi. (kro)