Kepemimpinan Transformatif

"Ketika para manajer repot dengan kebijakan, para bos dengan kuasa-kuasa, para pelatih dengan proses, dan para tokoh kharismatis dengan peristiwa-peristiwa besar, semestinya para pemimpin repot dengan urusan menolong orang menemukan makna hidup yang terdalam." (Ken Callahan dalam Pulpit Digest tahun 1990)


Alas kata
Sebutkan seorang tokoh yang pantas "ditahtakan" sebagai pemimpin NTT saat ini! Perasaan Anda mungkin sama dengan saya yaitu ragu-ragu. Tidak tahu harus menyebut siapa. Ya, kita kekurangan figur pemimpin. Bahkan kita menjalani hidup tanpa bimbingan pemimpin sejati. Pemimpin idaman. Tidak sempurna, tetapi dia sungguh menolong kita keluar dari persoalan hidup.
Siapakah pemimpin itu? Banyak definisi yang bisa menjadi acuan. Jumlahnya begitu banyak, mendekati 1.000 definisi. Pada era tahun 1990-an ada lebih dari 850 definisi tentang kepemimpinan. Sekarang pasti lebih gemuk lagi.


Warren Bennis, misalnya, menganggap inti kepemimpinan adalah melakukan hal yang benar. Ahli lain, McGregor Burns mengganggap kepemimpinan adalah memuaskan dan menumbuhkan pengikut yaitu motivasi dan potensinya. Dan, Tom Peters menekankan bahwa pemimpin adalah orang yang menangani paradoks-paradoks dan menjelaskan maknanya.


Pemimpin sejati
Dari sekian banyak definisi kepemimpinan, kita dapat menyederhanakannya. Seorang pemimpin sejati mampu menggerakkan orang lain selain dirinya. Mereka menciptakan keadaan, suasana dan semangat. Sebagai pengikut, Anda merasa impianmu bertumbuh, dipertajam dan meraih hasil nyata.
Pemimpin ideal membuat potensi atau hal-hal yang terbaik dari diri kita muncul ke permukaan. Dengan kata lain, lain, seorang pemimpin merumuskan visi bersama, menggerakkan orang bersamanya dan menghasilkan transformasi.
Bagi kita orang Kristen, pemimpin adalah seorang yang memobilisasi dan menghasilkan transformasi agar dirinya dan komunitasnya berada dalam posisi atau kondisi yang Tuhan kehendaki. Membangun tata dunia baru. Menghadirkan Kerajaan Allah di bumi ini. Hal-hal seperti itulah yang membedakan seorang pemimpin sejati dari pemimpin karbitan, atau seorang pengelola serta birokrat saja.
Pertanyaan penting bagi Anda, anggota PMKRI, apakah Anda memahami bagaimana menimbulkan pergerakan atau transformasi? Sudahkah Anda merumuskan visi pribadi Anda sesuai dengan visi organisasi? Bila belum, silakan merumuskannya agar keterlibatan Anda dalam wadah PMKRI sungguh bermanfaat. Ada goal yang hendak dicapai. Kalau tidak punya visi, lebih baik ucapkan sayonara kepada PMKRI. Selamat tinggal Margasiswa.

Kepemimpinan Transformatif
Dalam dunia usaha ada adagium ini: Generasi pertama bertugas membangun, generasi kedua mempertahankan, sedangkan generasi ketiga meruntuhkan (menghancurkan).
Maka model kepemimpinan tranformatif merupakan suatu kebutuhan. Tidak bisa tidak! Pemimpin yang mampu membawa perubahan. Kepemimpinan transformatif merupakan pendekatan untuk mendobrak. Dobrak gaya kepemimpinan tradisional. Dobrak pola pikir lama yang memandang bahwa hubungan antara pemimpin dan karyawan (leadership and followership) semata berlandaskan reward yang diberikan.
Dengan kata lain, faktor utama yang mendorong karyawan untuk bekerja hanya karena dibayar. Dalam pola kepemimpinan tradisional, kontrol atas proses kerja terpusat di tangan sang pemimpin. Dalam konteks PMKRI, ketua presidium menjadi figur sentral.
Kepemimpinan transformatif mendelegasikan wewenang kepada karyawan atau bawahannya, mempercayai, dan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk melakukan pekerjaan kreatif dan dinamis. Dengan demikian, karyawan tidak hanya bekerja dengan semangat business as usual, melainkan berorientasi pada apa yang terbaik bagi perusahaan atau organisasi sejalan dengan talenta yang dimilikinya.


Ada empat pola perilaku kepepemimpinan transformatif.
Pertama, memiliki pengaruh. Seorang pemimpin memiliki pengaruh yang besar terhadap karyawannya. Ia memiliki semacam kharisma dan menjadi model positif (panutan) bagi karyawan atau bawahannya.

Kedua, memberi inspirasi (inspirational motivation). Pemimpin mengedepankan nilai-nilai budaya perusahaan, termasuk di dalamnya menanamkan visi yang inspiratif. Upaya-upaya pembumian budaya tersebut dapat dilakukan melalui simbol atau lambang. Pemimpin berperan sebagai pembangkit semangat teamwork, antusiasme, dan optimisme di antara sesama rekan kerja.

Ketiga, memberi arah, suluh, pedoman. Dia laksana seorang guru yang mengajar dengan baik, mampu memberi dorongan bagi para pengikutnya untuk bekerja mencapai tujuan bersama.

Keempat, cerdas secara intelektual dan emosi. Dia dapat mempengaruhi para pengikutnya untuk memandang permasalahan dengan perspektif dan kesadaran yang jernih. Bawahan mampu berpikir positif, berpikir tentang solusi.

Bagaimana melakukannya?
Berikut beberapa tips bagi para pemimpin dunia usaha dalam menerapkan pendekatan kepemimpinan transformatif sebagaimana dikemukakan Kevin Kalloway dan Julian Barling (2001). Tips ini pun dapat diimplementasikan dalam organisasi lainnya.

a). Mengambil keputusan secara transparan dan konsisten. Cara ini akan mendorong terciptanya rasa hormat dan kepercayaan.

b). Menunjukkan serta mendorong sikap antusias dan optimis, sehingga karyawan (bawahan) lebih percaya diri dan terinspirasi untuk berbuat yang lebih baik.

c). Mengkondisikan dan mengajak karyawan untuk selalu melihat permasalahan dalam lingkungan kerja dengan perspektif yang jernih, sehingga mendorong partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan.

d). Luangkan waktu untuk memberikan perhatian pada karyawan, misalnya dengan memberikan penghargaan kepada karyawan melalui forum-forum pertemuan internal (syukuran kecil atas kenaikan laba tahunan) atau semisal kartu ucapan selamat atas prestasi yang dicapainya.

Kata Akhir
Demikianlah beberapa pokok pikiran yang dapat saya berikan kepada peserta LKK PMKRI Cabang Kupang. Mohon maaf jika kurang berkenan. Saya selalu ingat pesan para guru jurnalistik, jika mau menjadi pemimpin Anda jangan pernah mengharapkan ucapan Terima Kasih. **

Kupang, 28 April 2008

*) Bahan pengantar diskusi dalam Forum Latihan Kepemimpinan Kader (LKK) PMKRI Cabang Kupang, St. Fransiskus Xaverius di Aula Sanlima-Kupang, Selasa 29 April 2008.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes