DUGAAN sebelumnya bahwa empat klub raksasa Eropa lolos ke babak semifinal Liga Champions Eropa 1997, Juventus (Italia) Ajax Amsterdam (Belanda), Borrussia Dortmund (Jerman) dan Manchester United (Inggris) akhirnya terbukti, Kamis (20/3/1997) pada pertandingan babak perempat final kedua. Bolamania tentunya puas karena semifinal Piala Champions 1997 mewakili empat negara di Eropa, Italia, Jerman, Belanda dan Inggris.
Lepas dari tiga tim lainnya, Ajax patut mendapat catatan tersendiri. Juara Liga Belanda 1995/1997 yang kenyataannya di kompetisi liga musim ini kurang beruntung, malahan menggusur jagoan asal negeri Matador Spanyol, Atletico Madrid di kandang. Kemenangan 3-2 lewat perpanjangan waktu menepis anggapan bahwa Ajax sudah habis, Van Gaal tidak bertaji lagi.
Sukses Ajax menumbangkan Atletico menegaskan satu hal, adanya motivasi anak-anak Amsterdam untuk kembali berjaya di Liga Champions Eropa seperti tahun 1995. Kegagalan tahun lalu harus dibalas dan untuk itu Juventus telah menunggu di babak semifinal. Pertemuan Ajax-Juve di semifinal adalah duel yang penuh dengki dan dendam selain perang klasik Italia dan Belanda dalam arti yang sesungguhnya di event sepakbola.
Walaupun masih di semifinal, duel ini sudah merupakan real final. Karena pembagian grup penyisihan mau tak mau mereka harus bertemu sebelum partai puncak. Perang itu telah berawal di sini. Ajax pasti belajar dari kekalahan tahun 1996 di Roma. Sebaliknya Juve tak mau melepas gelarnya begitu saja.
Target Marcelo Lippi adalah mempertahankan Piala Champions dan juara Liga Seri A tahun 1996/1997 tak bisa ditawar. Keputusan Juventus membenamkan Rosenborg 2-0 Kamis lalu membuktikan bahwa tim Kuda Zebra ini masih menjadi calon kuat mempertahankan mahkotanya.
Namun saya ingin mengingatkan Anda yang pemuja Juventus, sebaliknya tidak terlalu gegabah memastikan bahwa jalan Alessandro del Piero dkk akan mulus hingga grand final. Katakanlah Juve sukses melumpuhkan Ajax di semifinal, maka di final bulan Mei nanti sudah menunggu dua "macan" Eropa, Manchester United (MU) dan Borussia Dortmund.
Sama seperti perang Ajax vs Juve, pertemuan MU vs Dortmund di semifinal akan menampilkan sebuah sajian pertandingan yang menawan. MU dan Dortmund, saat ini sama-sama berada pada form terbaik dan berpeluang mempertahankan juara liga di penghujung musim kompetisi 1996/1997. Motivasi MU adalah berjuang mati-matian merebut tiket final, karena nama Inggrislah yang dipertaruhkan. Ingat, tim terakhir yang lolos ke Liga Champions dari negeri nenek moyangnya sepakbola itu adalah Liverpool tahun 1985. Peristiwa 12 tahun silam itu ditandai dengan tragedi Stadion Heysel-Brussels-Belgia. Liverpool dibantai 0-1 oleh Juventus yang diperkuat sang bintang flamboyan Michael Platini. Juve memang juara, tapi Liverpool harus membayar mahal, 28 orang tewas di Heysel akibat ulah hooligan Inggris. FIFA lalu menghukum tim-tim Inggris tak boleh berlaga di Piala Champions selama tiga tahun.
Kini harapan emas itu datang lagi setelah tim asal tim-tim Inggris menantinya selama 12 tahun. Bila Borussia kurang berhati-hati, bukan mustahil The King Eric Cantona cs bakal menekuk Dortmund di semifinal.
Dengan materi pemain saat ini peluang MU lolos sangat terbuka. Namun jangan lupa Dortmund bukan tim yang mudah menyerah. Dortmund memiliki lima pemain nasional yang sukses merebut Piala Eropa tahun 1996 di Inggris.
Melihat semifinalis Liga Champions tahun 1997, nasib juara bertahan Super Juve seperti berada di mulut macan. Kalaupun lolos sampai final tentu memerlukan kerja keras. Lippi harus memutar otak dan memeras keringat. Namun Lippi telah menjatuhkan pilihan terbaik antara MU dan Dortmund. Kedua klub ini memiliki keistimewaan yang sulit dibandingkan. Dengan kata lain MU dan Dortmund merupakan kandidat kuat meraih juara Piala Champions 1997.
Bukan tak mungkin, justru Juve sudah gugur di tangan Ajax sebelum grandfinal. Artinya Piala Champions 1997 menjadi milik Kluivert cs walau belum ada jaminan Ajax bisa mengalahkan MU atau Dortmund yang bakal lolos ke final. Saya belum memastikan tim mana yang bakal memboyong gelar paling prestisius di Eropa. Tunggu saja tanggal mainnya, 9 dan 23 April 1997. **
Sumber: Buku Bola Itu Telanjang karya Dion DB Putra, juga Pos Kupang edisi Minggu, 23 Maret 1997. Artikel ini dibuat menjelang babak semifinal Piala Champions Eropa 1997